Suatu hari di sebuah kuil kecil, seorang gadis sedang berdoa ia mendengar suara dari samping kuil keadaan di sana sangatlah gelap dan hujan deras gadis itu berdoa dengan sangat fokus hingga ia terkejut was-was mendengar suara dari samping kuil. Ia berjalan ke samping kuil dan melihat Hannyo yang berdiri di bawah air hujan sambil menengadah membelakanginya dia seperti terlihat mendengarkan suara hujan dengan banyaknya pohon yang ada di depannya.
"(Apa dia.... Mendengarkan suara hujan).. Anu permisi" Gadis itu akan memanggilnya dan disaat itu juga Hannyo menoleh dengan Tatapan yang dingin. Namun, gadis itu berwajah terkejut ketika melihat wajahnya.
"(Ke.. Kenapa dia sangat tampan.... Astaga hatiku berdegup kencang)"
Hannyo hanya berjalan mendekat membuat Gadis itu semakin gugup melihatnya.
"Apa kau memanggilku?" Tatap Hannyo
"Eh..... Aku hanya ingin memberitahu mu, kau akan sakit jika kehujanan tanpa payung, kebetulan aku tadi sedang berdoa di kuil dan mendengar mu Disini, jika boleh tahu apa yang kau lakukan disini?"
"Aku hanya menunggu seseorang bagaimana denganmu kenapa kau berdoa di kuil ini, apa kau benar-benar penduduk asli Desa ini"
"Kau tahu soal Desa ini?"
"Tidak banyak tapi kau yang lebih tahu daripada aku, bisa beritahu aku"
"Kau mau aku memberitahumu?"
"Kau bukan berasal dari sini"
Balas Hanyo dengan langsung menyela nya. Seketika Gadis itu menjadi terkejut tak berkutik sepertinya dia memang bukan gadis dari desa itu tampilannya juga seperti pengelana dan berambut seperti ahli sihir.
"Kau.... Tahu aku siapa?" Tatap Gadis itu dengan ragu
"Hanya dengan menatap saja aku sudah tahu siapa kau, aku yakin kau sedang pulang dari sini, desa ini sebenarnya adalah kampung halaman bukan, dan kau berdoa tentang Seseorang yang dekat disini bahkan kau adalah pengguna sihir"
"Wow kau benar-benar tahu dengan akurat, memang bener sih ini memang kampung halamanku tapi aku benar-benar tidak berasal dari sini aku berdoa soal kakakku yang 5 tahun yang lalu telah melakukan sesuatu yang tidak bisa aku percaya, apa kau mau mendengarnya"
"Jika kau bisa bercerita padaku Kenapa aku tidak bisa mendengarnya"
"Baiklah kau lelaki yang baik pertama, Namaku Ono dan kau?"
"Aku Hannyo"
"Nama yang bagus, bisa aku mulai, sebenarnya 5 tahun yang lalu kakakku adalah seorang Samurai dia diminta atasan untuk memegang pedang kutukan, setelah aku pelajari, pedang kutukan itu adalah pedang kutukan level bawah, untungnya bukan level atas jika itu level atas itu akan membuatnya seperti iblis. Atasannya memintanya untuk membunuh penghianat dengan pedang kutukan itu yang ia bawa di tangannya jadi agak ragu hingga kakak ku dipaksa untuk membunuh dan dia benar-benar membunuh mereka. Hal itu membuat pedang itu menjadi haus darah dikendalikan oleh pedang itu yang menjadi menggila semuanya, tapi dia sama sekali tidak membunuhku. Setelah itu, setelah dia membunuh semuanya kecuali Aku, dia pergi begitu saja. Sebelumnya dia mengatakan padaku bahwa dia akan kembali setelah 5 tahun lagi di saat itu juga aku lari dari Desa ku dan belajar sihir selama 5 tahun penuh. Dan hari ini aku benar-benar kembali untuk menemukan kakakku" Kata gadis yang bernama Ono itu.
"(Jika dipikir-pikir, pedang kutukan menjadi tertutup karena 1 pecahan dari bola Kimo. Aku harus mengambil pecahan yang menempel di batang pedang itu, tapi bagaimana caraku mendapatkan orang itu)" Hannyo menjadi terdiam berpikir
"Ngomong-ngomong Kenapa Kau di bawah hujan menunggu seseorang, kau tidak sendirian?" Tanya kembali Ono padanya.
Hannyo hanya menunjuk ke sampingnya membuat Ono melihat samping dan seketika ia terkejut karena ada Mizuki yang tidur di sana
"Ke... Kenapa Dia bisa ada di sana?! Kenapa aku tidak sadar sama sekali, Apa dia bersamamu?"
"Jangan khawatir dia bersamaku, soal kakakmu tadi bisa aku ikut mencarinya"
"Kenapa kau ingin ikut campur urusanku?"
"Ini juga sebuah urusanku dan kutukan itu aku tahu segalanya"
"Benarkah, kau bisa melepas kutukan itu dari kakakku"
"Selama dia tidak tersayat pedangnya sendiri, dia tidak akan terkena kutukan itu"
"Kau benar-benar tahu soal kutukan itu?" Tanya Ono lagi.
"Aku benar-benar tahu soal kutukan itu bahkan gadis yang sedang tidur itu sudah menjadi gadis terkutuk" Kata Hannyo seketika membuat Ono terkejut tak berkutik
"Apa maksudmu, seharusnya dia mati, dia terkutuk dan kau malah membawanya ke sini apa yang kau pikirkan sebenarnya?!"
"Karena itulah aku membawanya karena aku ingin menyelamatkan nyawanya" Balas Hannyo.
"Apakah benar yang kau katakan soal kutukan pedang?"
"Apa kau masih harus meragukan aku lagi?" Hannyo menjadi menatap dengan tatapan yang sangat tajam
Lalu Ono menghela napas panjang. "Baiklah aku akan menyetujuinya, mohon bantuannya, pertama ayo kita ke tempatku, desa ini sangat kecil jadi jangan heran jika kau dari kota menganggap Desa ini tidak sama seperti kota"
Kata Ono lalu Hannyo mengangguk serius.
Tak beberapa lama kemudian Hannyo menghadap Ono di sebuah tempat kecil rumah jeraminya dengan Mizuki yang ada di luar menikmati pemandangan luar sambil berpikir sesuatu.
"(Aku benar-benar sangat heran untuk ikut dengan kakak dan sekarang dia benar-benar bisa mencari wanita apalagi wanita cantik gitu mereka sedang mengobrol di dalam dan aku benar-benar ingin mendengarkan apa yang mereka bicarakan tapi kakak benar-benar tidak ingin aku tahu....)" Ia tampak begitu kecewa dan hanya bisa melamun di luar menunggu Hannyo dan Ono bicara di dalam
"Pedang kutukan itu adalah bidang kutukan level awal karena mungkin pedang itu hanya memiliki satu bantuan dari satu pecahan bola Kimo" Kata Hannyo.
"Maksudmu bola iblis itu?! Kenapa kau bisa tahu soal bola itu?" Ono menatap agak terkejut.
"Aku tahu soal kutukan, tentu saja aku juga tahu soal bola itu, jika Aku berhasil mendapatkan pecahan itu dari dalam pedang kutukan yang dibawa oleh kakakmu maka kakakmu akan terbebas dari kutukan itu tapi jika kamu telah berhalusinasi oleh kutukannya maka tak ada cara lain selain membunuhnya beserta memutuskan pedangnya, dengan begitu kutukan itu akan keluar atau musnah dan aku bisa mengambil pecahan Kimo nya"
"Tunggu kenapa Kau ingin bunuh kakakku?"
"Bukankah sudah aku bilang dari awal, itu hanya kemungkinan bisa mencoba Kalimat pertama yang kuucapkan tadi, pertama kita harus cari kakakmu di mana dulu"
"5 tahun terakhir dia bilang padaku dia akan menetap di bukit Siha di sana untuk menghalangi para Samurai menuju perjalanan perang lewati Bukit seha dan sepertinya sudah banyak yang dia bunuh karena yang aku lihat banyak sekali sesuatu yang berceceran di sana masuk tengkorak dan tempurung dari samurai yang hendak berperang"
"Kalau begitu sudah diputuskan kita akan pergi ke sana, kau bisa bertarung bukan apa sihirmu"
"Aku tidak bisa ikut maafkan Aku"
"Ada apa?"
"Aku tidak berani melawan kakakku sendiri... Bagaimana jika aku... Memintamu dan aku akan membayar mu"
"Seberapa besar kau akan membayar ku"
"Semua yang aku punya asalkan kau benar benar mengembalikan kakak ku"
"Tapi aku tidak membutuhkan apapun" Hannyo menatap licik membuat Ono menelan ludah dipermainkan olehnya.
"Aku... Aku akan melakukan apapun yang kau minta" Tatap nya seketika Hannyo tersenyum kecil dengan tatapan liciknya.
Hal itu pasti membuat Ono terpaku takut dengan gemetar. "(Kupikir dia lelaki yang baik baik, ternyata tidak....)" Ono berpikir bahwa Hannyo akan meminta sesuatu yang tidak pantas.
"(Aku Sempat berpikir gadis itu terlalu takut menghadapi ini semua dan hanya mengarahkan ke orang lain dan orang lain itu adalah aku, Apa yang harus dilakukan pertama. Mungkin langsung bunuh tapi dia bilang aku tidak boleh membunuh kakaknya tapi aku sangat menginginkan pecahan itu sekarang, yang harus aku lakukan hanya ke sana dan memastikan apakah pedangnya memang memiliki pecahan itu jika tidak punya pecahan itu akan kembali saja dan mulai melupakan ini dan aku benar-benar tidak peduli sama sekali....)" Pikir Hannyo dengan serius.
Lalu dia berdiri. "Baiklah, aku akan pergi sekarang, siapkan imbalan nya ketika aku sudah berhasil" Kata Hannyo, lalu dia berjalan keluar dari sana.
Tapi bertemu dengan Mizuki. "Kakak!" Di sana Mizuki menoleh padanya ketika mendengar ia keluar dan mulai mendekat padanya.
"Kakak, apa sudah selesai atau menunggu sesuatu lagi di sini" Tatapnya dengan senyuman manis dan wajah yang sangat polos itu.
"Bisakah kau menunggu di sini sebentar aku ada urusan di bukit Siha" Balas Hannyo
"Apa yang mau kakak lakukan di sana aku ingin ikut dan melihat aku juga ingin mempelajari apa yang kita lakukan saat bertarung dengan sesuatu"
"Tidak bisa, kau harus di sini saja dan Tunggu Aku di sana sangat berbahaya sekali untuk anak kecil sepertimu. Tetaplah di sini, dan tunggu saja..." Kata Hannyo dengan tatapan serius lalu berjalan melewatinya membuat Mizuki terdiam. "(Kakak akan kembali kan?)"
Setelah itu Hannyo pergi ke bukit dia sendirian dengan tidak ditemani apapun dia berjalan di tengkorak tengkorak yang telah lama busuk baju-baju Samurai dan baju-baju perang telah ter berserakan sangat tua dan lama pohon disekitarnya dan tanaman di bawahnya juga hampir mati karena pencemaran dari darah yang busuk, darah yang sudah terkotori oleh kutukan pedang. Karena siapapun yang terkena tebasan pedang kutukan itu akan mendapatkan kutukan dalam darah dan jiwanya.
Hannyo berhenti berjalan melihat sebuah rumah gubuk kecil yang sangat tua dengan banyaknya darah hitam yang telah membusuk disana.
Dia lalu berpikir sebentar karena ia melihat segel pagar pelindung di sekitar gubuk itu.
"(Memakai pagar pelindung dari segel kutukan pedangnya...)"
Lalu tangan kanannya dipenuhi dengan bayangan hitam yang berubah menjadi satu pedang Juken. Tanpa basa-basi ia mengayunkan pedangnya itu membuat sebuah tebasan yang terbang mengenai segel pagar pelindung itu hingga pecah.
Seketika keluar seorang pria dengan pakaian biasa dan di tangannya memegang pedang kutukan. Pedang itu tidak lebih panjang dari milik Hannyo karena pedang pria itu kutukan nya tingkat rendah sementara pedang milik Hannyo yang tertinggi tapi bukan berarti itu akan membuat kemenangan telak pada satu sisi saja.