Chereads / Legenda Buronan Pertama [HIATUS] / Chapter 10 - Chapter 10 Hannyo Bakeneko

Chapter 10 - Chapter 10 Hannyo Bakeneko

Hannyo tersenyum kecil membuat Baren terdiam bingung. 

"Ada apa? Kenapa kau tersenyum begitu?" 

"Hanya saja, ini masih terlalu kecil, jika kau ingin menambah kekuatan mu, bunuhlah banyak orang lagi..." Kata Hannyo, di saat itu juga. Ada suara angin yang sangat kencang dari banyak nya sisi di hutan itu membuat Baren menoleh kemana mana dengan waspada. "(Apa yang terjadi...)"

Di saat itu juga, bayangan bayangan hitam yang bersembunyi di celah celah gelap di sekitar sana menjadi berjalan dengan cepat dan langsung ke arah Hannyo, mereka berkumpul dan menjadi satu mmebentuk sihir bayangan yang bergerak seperti badai berantakan di belakang Hannyo membuat Baren terkejut melihat itu. 

"Darah panggilan merupakan bisikan dari siluman sementara, sihir kutukan, masih di atas segala nya" Kata Hannyo, seketika bayangan itu langsung menuju ke Baren yang terkejut kaku, rupanya bayangan hitam itu menghacurkan aliran darah yang melayang layang itu. Membuat suasana menjadi gelap hitam, bukan gelap merah, lalu bayangan itu menghilang dengan cepat membuat Baren terdiam kesal. "(Sialan.... Awas saja...) aku akan membalas mu, kita akan bertemu lagi!! Aku akan mencari mu lagi, iblis!!" Teriak Baren, seketika dia langsung melesat menghilang membuat Hannyo terdiam. "Cecenguk...."

Setelah itu dia kembali berjalan kedalam kota dan melihat toko butik itu, rupanya Mizuki sudah selesai, dia menggunakan gaun yang manis dan cocok untuk casual wear. 

Ia kebetulan menoleh ke Hannyo yang datang. "Kakak!!" Dia menatap dengan cemas. 

"Kakak, kakak itu kemana saja!! Kenapa tidak ada dari tadi!? Aku sangat takut jika kakak meninggalkan ku!!" Ia menatap kesal sekaligus ketakutan. 

Hannyo terdiam menatap baju Mizuki. "Itu cocok untuk mu" Tatapnya.

"A... Terima kasih hehe..." Mizuki langsung memasang wajah malu. 

"Kalau begitu ayo pergi, kita cari penginapan" Kata Hannyo yang langsung berbalik membuat Mizuki terdiam. 

"Ah, kakak, ini mantel mu" Dia langsung berlari mendekat memberikan mantel Hannyo yang telah terlipat. 

"Terima kasih sebelumnya, aroma mantel ini sungguh sangat hangat..."

--

Matahari menyambut pagi di kota ADFA. Nampak Hannyo berjalan di sekitar kota dengan sudah memakai mantel hitam nya, mendengar orang berteriak menawar, melihat ramainya orang yang sangat fokus pada aktivitas mereka sendiri.

"(Jika di pikir, di sini tidak ada masalah sama sekali, aku bisa menilai bahwa kota ini sungguh sangat aman, pasti termasuk salah satu kota umum di sini)" Pikirnya. 

Ia lalu berjalan ke sebuah penginapan dan masuk ke salah atau kamar, nampak di sana ada Mizuki yang terbaring tengkurap di atas ranjang sambil membaca sebuah buku.

Dia menoleh dan menyapa. "Halo kakak, selamat datang, bagaimana lihat lihat nya?" Tatap nya dengan wajah ramah nya itu, lalu Hannyo berjalan mendekat dengan wajah datarnya, ia melihat di buku itu ada sebuah gambar kapal.

"Ah kakak, apa kakak ingin membaca buku ini, aku mendapatkan nya di meja kamar ini" Kata Mizuki.

"Buku di sini sangatlah mahal, bagaimana pemilik tempat ini meletakan buku sembarangan"

". . . Memang benar buku mahal, mungkin pemilik sengaja agar kita bisa membaca dengan luas" Balas Mizuki.

"Lalu, kau suka kapal?"

"Ya, setelah membaca ini aku sangat penasaran dengan kapal, apa kakak pernah berada di kapal?" Tanya Mizuki dengan penasaran.

". . . Yah" Balas Hannyo dengan singkat.

"Hah beneran?! Bagaimana rasanya?! Apa sangat menyenangkan?! Kakak bisa melihat laut yang luas dan ikan ikan yang muncul ke permukaan? Ceritakan padaku kakak" Tatap Mizuki dengan tidak sabaran.

"Jika kau ingin menaiki kapal, kita bisa menjelajah samudra di sini, rasakan sendiri apa yang akan kau lihat dengan mata mu dan kau rasakan dengan tubuhmu" Balas Hannyo.

"Beneran?! Aku ingin kapal kakak, maksudnya... Aku ingin naik kapal kakak!" Mizuki langsung bersemangat.

Tapi wajahnya berubah cemberut dan kecewa ketika ada di tepi sungai melihat sebuah sampan kayu di depan nya. Dan Hannyo ada di samping nya membawa alat dayung ia memberikan satu alat dayung nya pada Mizuki.

Tapi Mizuki membuang wajah. "Kakak berbohong"

". . . Ini adalah kapal" Tatap Hannyo.

"Maksudku bukan kapal sekecil ini, aku ingin kapal besar" Kata Mizuki dengan agak marah dan mengambek pada Hannyo. Lalu Hannyo membuang wajah sambil menghela napas panjang dan berlutut padanya.

"Aku akan beritahu kau caranya naik kapal besar, kita akan menyebrangi lautan dengan kapal ini dan saat ada kapal besar lewat, kita hadang dan ambil alih kru nya" Kata Hannyo. 

"Apa itu tak apa?"

"Yeah tentu saja"

Seketika Mizuki setuju dengan idenya. "Itu bagus, aku ingin melakukan nya" Kata Mizuki. 

"Kalau begitu naik lah" Kata Hannyo, lalu Mizuki mengangguk dan menaiki sampan itu. 

Akhirnya mereka naik ke kapal, Mizuki duduk di depan dan Hannyo berdiri mendayung sampan itu mengikuti aliran air yang tak terlalu deras, perjalanan lautan mereka dimulai.

"Kakak, kita kira apa kita mengubah jalur petualangan kita menjadi jalur air! Kita akan menguasai samudra!!"

"Teruslah bersemangat" Kata Hannyo dengan senyum kecilnya melihat tingkah gadis kecil itu. 

Tapi kenyataan nya.... 

Siang terik yang panas. Mizuki tertepar di sampan itu dengan kepanasan. "Huf... Panas, kakak, dimana kapal besarnya, ini sudah lautannnn" Kata Mizuki, rupanya mereka sudah ada di tengah tengah lautan. Hannyo masih berdiri dan melihat sekitar, ia menatap ke segala arah tapi tak ada kapal yang datang. "(Dulu aku banyak melihat kapal bajak laut di sini tapi kenapa sudah berkurang sekarang, apa ini karena angkatan laut itu?)" Pikir Hannyo.

*Angkatan laut adalah suatu organisasi resmi yang dijalankan untuk menangkap penjahat di atas kapal atau yang biasa disebut sebagai bajak laut yang kerjanya hanya merampas barang dan jarahan kapal lain. Angkatan laut juga memiliki beberapa buronan besar, tak tanggung tanggung mereka memberikan jumlah uang pada buronan yang berhasil tertangkap. Karena hanya bajak laut terkuat saja yang akan diberikan berita buronan dirinya sendiri.

Tak lama kemudian, Hannyo melihat sebuah pulau yang agak jauh di depan mereka. Ia terdiam sejenak dan berpikir ada pulau di antara daratan minim.

"(Rupanya ini pulau pertama yang kita temukan)" Hannyo terdiam menatap. 

Hingga akhirnya dia menuju ke sana membuat Mizuki bingung. "Kakak, apa ada sesuatu?" Ia menatap. 

Di saat itu juga, Hannyo merasakan sesuatu secara kebetulan. "(Aku merasakan pecahan bola kristal di sini) Kita berjalan jalan di sini dulu" Kata Hannyo. Lalu Mizuki mengangguk dan mereka berdua ke pulau itu.

Mizuki perlahan turun dari kapal dan Hannyo sudah turun melihat sekitar, ia melihat ada jalan menanjak dan beberapa orang tengah mengumpul di sebuah rumah di atas bukit itu.

"Hm... Ini sangat segar" Mizuki meregangkan tubuh melihat pantai yang indah, lalu ia menoleh ke Hannyo yang terdiam melihat sana dari tadi.

"Kakak, apa kakak baik baik saja, apa yang kakak lihat?" Tatap Mizuki, Hannyo menoleh padanya dan terdiam.

"(Aku merasakan pecahan bola kristal ada di rumah itu) Ikuti aku" Kata Hannyo. Dengan bingung, Mizuki mengikutinya dan akan melewati tempat banyak orang orang itu.

Di sisi lain, tepatnya di rumah yang banyak orang mengerumun tadi, mereka membicarakan sesuatu di luar.

"Kasihan sekali Nona Mazu, dia harus menerima kenyataan bahwa tubuhnya tak lama lagi bertahan"

"Dia sangat baik, memberikan obat pada kita yang sakit, kita harus punya orang sepertinya lagi untuk dihormati atas jasanya"

"Dia juga telah melindungi kita dari banyak makhluk jahat yang muncul di desa ini" Kata mereka yang membicarakan nya dengan nada iba

Rumah itu adalah tempat dimana seorang biarawati tinggal,, ia selalu meniup seruling yang sangat merdu dan bisa membuka hati seseorang maupun makhluk lain nya yang benar benar terluluh oleh suara seruling nya, ia dikenal sebagai biarawati kehidupan, semasa dia sehat, selalu berjalan jalan di sekitar desa di pulau itu, ia memberikan yang terbaik dan sealu membantu pada orang orang yang kesulitan, karena itulah dia sangat di sedihkan banyak orang ketika tubuhnya sudah sakit sekarang. Bernama Mazu, wanita cantik ini selalu membuat obat terbaik dan sangat pandai mengusir roh jahat yang akan mengganggu desa, karena itulah desa itu tampak aman tanpa adanya kekhawatiran akan siluman yang akan datang, karena rumor mengatakan dia bisa mendeteksi mana siluman, iblis dan roh jahat yang sedang menyamar menjadi menusia.

Ketika Hannyo melewati depan rumah nya, dia terlihat berbaring dan ada beberapa biarawati dewasa menemaninya di kasur futon lantainya, dengan ditemani seruling nya yang ia pegang di tangan nya. Biarawati biarawati itu menangis sedih di dekatnya, sementara ia sendiri hanya mencoba menunjukan senyum tenang itu.

"Nona Mazu, kuatkan dirimu" Kata mereka yang tak rela jika dia harus mati karena penyakitnya.

"Jangan khawatir, aku akan selalu ada di hati kalian, selama aku hidup, aku terus merasa kesakitan karena penyakitku ini, dari awal aku memang terbatas dan saat aku pergi nanti, tempatkan serulingku di tempat sakral agar roh ku bisa melindungi kalian dari ancaman mahkluk yang jahat" Balas nya mencoba tidak membuat mereka khawatir.

Lalu ia memiringkan kepalanya, di saat itu juga pandangan nya mengarah ke pintu yang memperlihatkan Hannyo dan Mizuki yang berjalan melewati ruamhnya. Hannyo menoleh sebentar dengan lirikan nya sambil terus berjalan, membuat Mazu juga menatapnya, dan di saat itu juga Mazu terkejut bermata besar tak percaya. "(Dia!!... Dia iblis?! Aku bisa merasakan aliran darah iblis di tubuhnya, beraninya masuk ke desa ini, andai saja aku bisa kesana meniup serulingku agar dia bisa terbakar api panas karena dia adalah iblis, tidak ada gunanya. Aku sebentar lagi akan mati, jika saja aku punya tubuh yang sehat)" Pikir Mazu lalu perlahan menutup mata. Tapi di saat yang bersamaan ada suara yang berbisik di telingaya membuat nya terkejut dalam hampir kematian nya. 

"~Kalau begitu aku akan memberikan tubuh yang sehat padamu~"