Selagi bayangan gelap itu bertarung melawan siluman, Hannyo berdiri dan menatap ke Kanade.
"Diamlah di sini" Kata Hannyo, seketika ia memunculkan satu pedang nya dan melewat naik ke tubuh siluman itu, ketika sudah sampai di atas, ia mengayunkan pedang nya dan membelah monster itu Menjadi dua secara horizontal.
Bayangan Hannyo pun juga hilang dan Hannyo mendarat mengayunkan pedang nya dengan cepat agar darah siluman itu menyingkir dari pedang nya. Lalu ia melempar pedang nya ke bawah sambil melihat Kanade yang duduk tak percaya melihat itu.
"(Luar biasa, aku sudah mengira lelaki ini bukanlah lelaki manusia, tapi lelaki yang pandai apapun... Lebih tepatnya dia dari ras iblis, Rupanya iblis memang sekuat ini melawan siluman sebesar dan mengerikan itu)" Pikir Kanade.
Lalu Hannyo menoleh dan melihatnya. "Kau sudah melihat banyak dari tadi, kenapa harus memasang wajah aneh itu" Kata Hannyo sambil berjalan pergi tanpa melihat ataupun mendekat pada kanade.
Kanade menjadi berdiri dan berlari mengikutinya masuk ke hutan itu dan pedang Hannyo yang ada di bawah tadi menjadi menghilang menjadi bayangan hitam yang perlahan juga menghilang tanpa menyisakan apapun. Begitupun juga bekas tubuh siluman itu yang telah tercincang tadi, tubuhnya menghilang menjadi taburan tak terhingga.
"Ngomong ngomong apa yang terjadi pada siluman yang kau bunuh tadi?" Tanya Kanade dengan penasaran sambil mengikuti jalan nya Hannyo di hutan yang sangat lebat itu.
"Itu suatu sihir, siluman akan mati dan menghilang tanpa sisa jika di bunuh"
"Jadi siluman tadi akan menghilang? Lalu apa yang terjadi jika siluman itu mati tanpa di bunuh, maksud ku mati sendiri"
". . . Siluman berbeda dengan manusia maupun hewan, dia tidak akan bisa mati. Hidupnya sangat lama dan akan menjadi abadi kecuali mati hanya karena terbunuh. Dua siluman berbeda bisa saling berkelahi dan jika salah satunya gugur maka dia akan menghilang dan siluman yang menang akan bertambah kekuatan dari siluman yang gugur" Kata Hannyo. Lalu Kanade terdiam bingung. "Aku tidak mengerti sumpah"
"Kalau begitu kau bisa belajar sendiri"
"Apa?! Kenapa asik belajar sendiri? Bukankah belajar itu lebih enak jika diajari orang lain?" Tatap Kanade dengan tak terima.
"Dengar, belajar akan lebih mudah jika dikerjakan tanpa ada yang mengajari, karena kita belajar dan terus belajar dan sampai menemukan dimana titik kesalahan yang akan membuat kita maju" Kata Hannyo.
Seketika Kanade terdiam dan melihat sekitar lalu kembali melihat Hannyo yang masih fokus ke depan.
"Um.... Apa kau belajar ini semua sendirian? Berapa lama kau belajar mengenali dunia ini?"
"Kau tidak perlu tahu urusan orang lain" Balas Hannyo dengan singkat.
"(Lelaki ini menyebalkan.... Tapi hal itu hilang karena dia terlalu tampan, jika saja dia tidak tampan, aku pasti sudah berteriak dan memukulnya)" Kanade menjadi kesal sendiri pada Hannyo.
Lalu Hannyo berhenti berjalan membuat Kanade juga berhenti berjalan, tentu saja ada sesuatu di depan mereka yang membuat Kanade terpelongoh sendiri melihat apa yang ada di depan mereka.
Mereka berjalan hingga menemukan sebuah gua yang mengarah ke pintu kecil di sana meskipun tak ada pintu, hanya ada lubang kotak tempat masuk.
"Itu…!" Kanade langsung teringat lalu Hannyo menoleh.
"Itu adalah tempat dimana aku tinggal dan melindungi diri bersama ayah ku… di sini…. Di sini pasti ada" Kanade menjadi melihat sekitar, ia berlari dan mencari sesuatu membuat Hannyo terdiam bingung menatapnya.
"Ini dia" Kanade menemukan sebuah makam penguburan di sana. Sudah terlihat jelas bahwa itu adalah makam milik ayah nya yang telah lama mati.
"Ayah….. Akhirnya aku bisa kembali" Kanade berlutut dan menjadi tampak sedih melihat makam ayah nya di depan nya.
"(Ayah dulu menjagaku, melindungiku agar aku tidak keluar dari gua aman kita, sementara di harus menjelajah sedikit demi sedikit demi menemukan jalan keluar di sini hingga kau harus pergi begitu saja)" Pikir Kanade. Hannyo yang telah melihatnya, memilih mundur dan berjalan ke gua itu kembali, ia tak mau mengganggu Kanade yang tengah bersedih.
Rupanya gua itu mengarah ke gunung lava yang masih aktif. "(Gunung ini, sudah jelas sebuah kutukan)" Pikirnya. Lalu Kanade berjalan mendekat.
"Apa kau ingin masuk?" Kanade menatap lalu Hannyo mengangguk dan mereka berjalan masuk.
Di sana ada sebuah gerbang yang sangat besar yang mengarah ke lava gunung.
"Tempat apa ini?" Bingung Kanade.
"Kau sendiri pernah tinggal di sini dan bahkan kau tidak mengenali tempat ini?" Tanya Hannyo.
"Bukan begitu, aku hanya belum tahu saja soal gerbang ini, karena dulu tak ada gerbang aneh ini" Kata Kanade lalu Hannyo terdiam dan mendekat ke gerbang itu melihat ada sebuah ukiran tulisan yang berbunyi. "Ka-li-pa"
"Kalipa?" Tatap Kanade dengan bingung.
"Itu artinya pengorbanan, yang jelasnya adalah setiap hari gunung ini memakan setidaknya satu siluman sekaligus untuk sebuah pengorbanan, hal itu dilakukan untuk menambah tenaga agar pulau ini hidup, bergerak kemanapun secara acak dan tidak menempati satu lokasi seterusnya"
"Hah, jadi semua siluman yang tinggal di sini, mereka hanya akan bergilir untuk di korbankan?!" Kanade terkejut.
"Tentunya begitu dan sekarang gerbang ini belum memakan satu pengorbanan" Balas Hannyo, tapi tiba tiba gerbang itu terbuka dengan cepat dan seketika muncul sebuah tentakel lava yang langsung menyerang Hannyo, dia mengikat tangan Hannyo dan kaki tubuhnya, tak lupa juga leher Hannyo.
"Sial...."
Hannyo dan Kanade menjadi terkejut dan seketika Hannyo tertarik ke gerbang itu memakan Hannyo lalu gerbang itu menutup.
"Tidak!!!" Teriak Kanade. Itu adalah langkah yang sama yang dilakukan lava pengorbanan untuk mengambil tubuh pengorban.
"Tdak!! Kenapa huhu" Kanade berlutut dan menangis. Tapi mendadak ada suara sesuatu dari luar gua. Kanade menoleh dan berdiri menjadi waspada karena sesuatu itu seperti mendekat ke sana.
"(Apa itu.... Aku sungguh sangat takut....)" Ia gemetar, tapi Kanade terdiam ketika melihat bahwa itu Mazu.
"N… Nona Mazu?" Kanade menatap.
Mazu hanya tersenyum anggun, seketika ia melempar sesuatu ke depan gerbang. Rupanya Mizuki yang telah terikat.
"Hah!! Mizuki!!" Kanade menjadi terkejut.
"Kanade!! Kenapa kau ada di sini? Apa kau mau menyusul ayah mu itu sendirian di sini begitu tahu pulau siluman kembali muncul? Sebaiknya... Biarkan gadis itu menjadi tumbal, ada apa dengan mu, kenapa kau ada di sini? Dimana lelaki yang bersama mu itu?" Tatap Mazu dengan nada tegas.
"Dia… Dia… Apa yang mau kau lakukan pada Mizuki, lepaskan dia"
"Lepaskan? Bukankah aku sudah bilang aku akan menjadikan nya tumbal, sebentar lagi tali lava akan keluar dari gerbanng itu memakan gadis kecil itu. Dia adalah Kenigh, pastinya akan sangat lezat" Kata Mazu.
"Dia sudah memakan Mas Hannyo!!" Teriak Kanade.
Seketika Mazu terdiam dan malah tertawa senang. "Ahahahha sangat tidak terduga, pastinya tubuh iblis itu akan sangat berharga untuk pulau ini, jadi, karena sudah ada tumbal yang datang, jadi gadis ini bisa aku makan" Mazu menarik tali Mizuki yang langsung di tangkap olehnya sendiri.
"Akhh!!" Mizuki hanya bisa ketakutan.
"Tunggu Nona Mazu, kau manusia, kenapa kau memakan manusia juga?!" Teriak Kanade.
"Aku bukan manusia, aku siluman, pecahan itu memberikan tubuh yang sehat untuk ku dan tubuh yang sehat itu adalah tubuh siluman. Makanan seperti Kenigh ini akan meningkatkan kekuatan ku, jadi selamat makan"
Mizuki hanya bisa ketakutan tak bisa berkata kata. "(Apa yang sebenarnya terjadi, aku sungguh sangat takut, kakak, dimana kamu.....)"
Tapi tiba tiba saja gerbang itu menunjukan sebuah keretakan yang muncul membuat mereka terdiam melihatnya.
Retakan itu semakin panjang dan itu membuat Mazu terdiam dengan mata melebar tak percaya dan seketika gerbang itu hancur memunculkan Hannyo yang langsung melesat.
Di saat itu juga bayangan Hannyo menarik Mizuki untuk lepas dari tangan Mazu jadi Hannyo bisa langsung melesat menodongkan pedang menusuk tubuh Mazu membuat Mazu terkejut.
Hannyo melepas tangan nya dan membiarkan pedang nya itu menancap ke tubuh Mazu.
"Kau… Sialan" Mazu dengan gemetar akan mengambil serulingnya, tapi serulingnya jatuh karena tangan nya gemetar.
"Kelemahan manusia ada di jantung, meskipun kau adalah siluman, tapi keskitan mu adalah kesakitan yang akan dialami manusia" Kata Hannyo, seketika Hannyo menarik Mazu dan menendang nya ke lava. "Akkkhhh tidak!!" Teriak Mazu hingga ia harus termakan lava gunung itu.
"Mizuki!" Kanade berlari mendekat ke Mizuki yang ada di bawah, ia melepas ikatan tali maupun penutup mulut Mizuki. Seketika Mizuki memeluknya dengan ketakutan.
Hannyo lalu melepas mantel nya dan memberikannya pada Mizuki yang terdiam.
Mantel Hannyo terasa agak panas karena dari lava itu.
"Bagaimana bisa kau tidak termakan lava gunung itu?" Tatap Kanade.
Tapi Hannyo hanya diam dan seketika tempat mereka menjadi melebur dan berubah menjadi pulau yang di tempati Kanade. Mereka mendadak saja sudah ada di bibir pantai pulau dan pulau siluman itu menjadi menghilang.
"Eh,, bagaimana bisa ada di sini?" Mizuki melihat sekitar dengan bingung.
"Dimana pulau siluman itu menghilang?" Tanya Kanade yang melihat lautan luas bersama Hannyo.
"Pulau itu akan muncul di suatu tempat ketika ada yang memanggil lagi" Kata Hannyo. Lalu Kanade terdiam dan menoleh ke Mizuki yang bermain air pantai karena waktu menunjukan pagi hari. Ia menikmatinya dengan bermain air pantai. "Kakak ke sini" Panggilnya.
"Baik" Kanade langsung mendekat.
Hannyo terdiam, ia melihat matahari dan melihat ke tempat dimana pulau siluman tadi malam muncul. "(Rasanya hampir setengah mati aku berada di dalam gunung itu.... Kapan kapan pastinya aku akan bertemu dengan pulau itu lagi... Di pulau ini, apakah ada desa lain.. Aku tak bisa merasakan pecahan Kimo, apa aku harus berjalan ke dalam pulau ini, tapi sejauh ini yang aku lihat hanyalah desa kecil di pinggir pantai saja)" Pikir Hannyo, ia masih harus memastikan apakah ada pecahan di pulau tempat Kanade tinggal itu.
Pulau itu terlihat kecil, tapi padahal jika sudah ada di sana, pastinya akan ada lebih dari satu desa. Hannyo bisa mencari pecahan lain nya di desa lain tetapi masih di pulau itu.