Di lautan luas, Hannyo terus mendayung dengan santai dan perlahan sementara Mizuki duduk tenang di bawah nya sambil mengelus kucing Hannyo. Tepatnya Luca, kucing bayangan yang selalu muncul dengan bayangan Hannyo, ia melakukan nya agar Mizuki tidak bosan selama perjalanan.
"Kakak, kakak tahu hal seperti ini apa kakak dulu pernah menjadi anggota kapal yang menyusuri laut?" Tanya Mizuki.
"Ya begitulah" Balas Hannyo.
"Eh beneran?! Keren! Jadi kakak beneran sudah jadi anggota bajak laut?"
"Yah, begitulah" Hannyo kembali membalas lalu Mizuki menjadi berwajah terkesan.
"Anggota? Kakak jadi anggota atau kaptennya?" Tanya Mizuki.
"Aku hanya anggota"
"Anggota? Siapa ketuanya? Apa dia juga siluman? Atau iblis?"
". . . Dia hanya manusia, manusia yang memiliki kekuatan luar biasa. Tubuhnya lebih kecil dari aku tapi dia sangatlah kuat, ini membuatnya sangat abadi... Dia bernama Rokusuke" Balas Hannyo.
"Kapten bertubuh lebih kecil dari kakak? Dia lelaki kan kenapa dia yang jadi kapten nya?"
"Aku hanya terserah pada dia, dia orang yang sangat unik jika kau bertemu dengan nya nanti... Itupun jika kita bertemu, kita akan ke pulau selanjutnya, aku yakin arahnya tepat, pulau itu tempat dimana dia di tahan"
"Hah di tahan? Jadi kapten kakak itu sudah tidak memiliki kapal?"
"Yah begitulah" Balas Hannyo dengan nada santai.
Tapi tiba tiba saja ada sebuah peluru meriam besar mengarah ke kapal mereka. Hannyo yang melihat itu menjadi terkejut dan langsung menarik mizuki membuat Mizuki ikut terkejut.
"Tahan nafas mu" Kata Hannyo menutup mulut Mizuki seketika dia lompat ke air. Di saat itu juga Meriam besar itu langsung menembak ke arah kapal mereka membuat kapal mereka hancur. Dapat dipastikan itu adalah sebuah Meriam yang menyasar.
Hannyo segera keluar dari air dan membawa Mizuki untuk bernapas. Mizuki yang ia pegang menjadi panik bergerak memberontak karena ia tak bisa berenang. "Kita akan tenggelam!"
"Tenang lah" Hannyo memegang tubuh Mizuki membuat Mizuki benar benar terkejut tapi ia diam, tidak memberontak dari hal itu.
"Itu tadi hampir saja" Kata hannyo.
"Kakak, itu tadi apa?" Tanya Mizuki.
"Hanya Meriam nyasar, di sini daratan sangat jauh" Hannyo melihat sekitar tak menemukan pulau maupun karang.
"Kakak, terbang saja memakai sayap kakak" Kata Mizuki lalu Hannyo terdiam, ia menghela napas panjang.
"Dari mana kau tahu itu?"
"Hehe, aku melihat kakak membawa kak Kanade malam itu, aku juga terkejut kakak terbang dengan sayap besar itu, apa itu sayap yang dimiliki iblis. Sangat cantik tapi punya kakak agak menakutkan" Sindir Mizuki.
"Haiz terserah" Balas hannyo dengan nada pasrah nya. Lalu ia memegang erat tubuh Mizuki.
"Akhhh kakak, aku malu!!"
"Apa? Kenapa?" Hannyo langsung melepas nya.
"Aku malu! Apa kakak lupa aku ini perempuan! Umurku juga sudah hampir 16 tahun"
". . . Baiklah, aku minta maaf jika menyentuh dada kecil mu"
"Hah gak usah bilang kecil juga!!"
"Baiklah, pegangan leher ku" Hannyo memegang kedua paha Mizuki dan membawanya seperti menggendong nya di dada. Mizuki perlahan memegang erat bahu di baju Hannyo.
"Tahan nafas mu" Kata Hannyo lalu Mizuki mengangguk.
Seketika Hannyo menyelam sangat hampir lama, dengan cepat dan mendadak muncul bayangan hitam yang keluar dengan cepat membuat ombak di sekitar nya. Bayangan itu adalah kedua sayap yang terlentang lebar setelah berada di udara. Dan terlihat Hannyo menggendong Mizuki di dada. "Wahhhh" Mizuki benar benar terkesan melihat bawah
"Pegangan yang erat" Kata Hannyo, dengan cepat mereka melesat hingga menciptakan angin besar yang datang sementara.
--
Hannyo melihat sebuah pulau dari kejauhan, pulau lengkap dengan pelabuhan besar, ia tersenyum kecil tapi wajahnya mendadak berubah menjadi terkejut ketika melihat tanda sesuatu di bendera kapal kapal yang berlabuh di sana. Bendera lambang itu bukan dari ataupun milik para bajak laut, melainkan milik angkatan laut.
Di saat itu juga Hannyo menghilangkan sayapnya membuat Mizuki terkejut. "Akh kakak kenapa kau berhenti?!"
"Tahan napas mu" Kata Hannyo, seketika mereka jatuh ke air dan kembali lagi ke darat.
"Akh uhuk... Kakak, apa yang sebenarnya terjadi?!" Tatap Mizuki dengan kesal.
"Di sana, ada angkatan laut.... Lebih tepatnya kita sudah sampai di tempat dimana orang yang kita bicarakan tadi di sampan" Kata Hannyo.
". . . Kapten kakak? Rokusuke?"
"Yah, jaraknya juga sudah dekat, kita ke sana" Hannyo mulai berenang hingga sampai di pulau itu, baju mereka basah.
"Kakak, sepertinya kita butuh baju yang kering" Kata Mizuki lalu Hannyo menoleh ke sekitar, tempat itu sepertinya tempat sibuk, banyak yang berjualan apalagi banyak toko di sana hingga Hannyo menemukan toko baju.
"Ayo beli baju"
"Eh tapi... Model kakak yang seperti ini tidak banyak yang jual"
"Ini baju yang di buat seseorang untuk ku, memang baju ini sangat tidak ada duanya, tapi jika aku memakai baju basah ini akan aneh, aku akan menitipkan bajuku saja" Balas hannyo.
Lalu Mizuki mengangguk meskipun ia berpikir sesuatu. "(Apa kakak memiliki seseorang yang dekat dengan nya? Lebih dari seorang sahabat, teman atau mungkin kekasih?)"
Beberapa jam kemudian mereka berdua keluar dengan pakaian berbeda. Mizuki dengan gaun merah muda nya yang nyaman dipakai dan Hannyo menjadi terdiam bingung karena ia memakai baju kemeja putih dengan corak angkatan laut. "Apa baju ini memang di buat angkatan laut?" Tanya Hannyo pada penjual kedai.
"Ya, anda akan sangat cocok memakai baju itu"
"Kalau begitu aku titip baju basah tadi, biarkan kering" Kata Hannyo sambil meletakan koin emas besar di meja. Seketika penjual kedai itu menjadi terkejut dan langsung membungkukan badan. "Baik tuan, segera... (Benar benar orang kaya)"
"Kakak, pulau ini sangat luas" Kata Mizuki dengan terkesan melihat sekitarnya. Banyak orang berjalan jalan layaknya orang sibuk pada umumnya. Hannyo hanya fokus memasang wajah serius melihat sekitar.
Hingga ia menemukan tepat jauh di depan mereka ada pagar tembok besi yang sangat besar. "Sudah jelas dan tak lain lagi, ini tempat angkatan laut" Kata Hannyo.
"Apa yang kakak pikirkan dari tadi hanya angkatan laut, sebenarnya apa yang terjadi pada angkatan laut? Apa itu membuat masalah untuk kakak?" Tanya Mizuki di sampingnya.
"Tempat ini adalah tempat dimana Rokusuke di tahan" Kata Hannyo.
"Itu berarti di sini ada penjara besi?"
"Tidak, lebih tepatnya dia diletakan di terik matahari di padang lapangan di balik pagar ini, kedua lengan nya di ikat dan membuatnya tak bisa kemana mana. Seluruh tubuhnya terikat dan diberi hukuman tidak dilayani makan selama bertahun-tahun"
"Hah? Kakak ini beneran lah... Manusia akan mati jika tidak makan selama bertahun-tahun"
"Aku memang benar, dan dari yang aku dengar.. Dia akan di eksekusi hari ini, kita beruntung datang melihat kematian nya"
". . . . Apa maksud nya?! Kakak bilang kakak beruntung melihat kematian teman kakak sendiri, kakak pikir eksekusi itu apa? Dia itu akan mati dan kakak dengan keji nya bilang beruntung melihatnya mati, benar benar anggota yang berkhianat...." Mizuki menggeleng dengan menyila kedua tangan nya. Lalu Hannyo terdiam, ia mengingat sesuatu membuat nya berpikir.
"(Aku meninggalkan nya di saat kita benar benar terpojok oleh Angkatan Laut) Haiz baiklah, kali ini aku berniat menolongnya dan kau harus membantuku" Kata Hannyo.
"Eh kenapa?"
"Dengarkan aku, begini rencana nya, aku akan mengalihkan perhatian para angkatan laut itu" Tunjuk Hannyo pada banyak nya angkatan laut yang berjaga di gerbang depan pagar itu.
"Pagar itu tidak terkunci, kau bisa langsung masuk dan menyelinap, kau harus melakukan nya dengan cepat karena aku mengandalkan mu" Kata Hannyo. Seketika Mizuki terdiam dengan wajah kosong itu, ia takut akan gagal.
Ada 5 angkatan laut dengan senjata jarak jauh mereka yakni pistol dengan bubuk mesiu. "Hoam....Rasanya benar benar bosan" Kata salah satu dari mereka.
"Kau benar, kita sudah terlalu lama menunggu di sini dan hasilnya tak ada apa apa karena hanya menunggu tahanan buronan saja"
"Menurutmu dia di eksekusi apa?"
"Mungkin gantung diri atau kepala nya di pisah"
"Apa itu tidak akan mustahil, dia manusia yang kuat. Tubuhnya kecil tapi jiwanya kuat"
"Dia tetap manusia, kematian nya adalah rasa sakit yang luar biasa"
"Aku hanya ingin sesuatu terjadi, seperti ia di selamatkan rekan nya, agar kita bisa beraksi"
Tiba tiba saja ada ada bayangan hitam melingkari kaki mereka berlima seperti ular yang tak terasa, awalnya mereka melihat ke bawah dengan wajah bingung nya dan di saat itu juga bayangan hitam itu mengikat kaki mereka membuat mereka terjatuh.
"Uakh…." Mereka terjatuh dengan kaki mereka yang terikat, di saat itu juga kesempatan Mizuki masuk ke gerbang penjagaan yang terbuka sedikit. Di sana ia menjadi terkejut ketika di balik pagar tembok besar itu rupanya lapangan yang luas dan sangat panas karena matahari.
Di tengah tengah lapangan itu ada seorang lelaki yang terpalang tangannya tak bisa kemana mana. Dia hanya lemas di sana tak bisa apa apa.
"(Apakah itu kapten kakak?)" Pikir Mizuki lalu ia segera berlari ke tengah tengah sana. Ia menahan rasa panas di sana, sementara Hannyo ada di depan 5 angkatan laut yang berjaga itu.
"Hoi siapa kau?" Tanya mereka yang perlahan bangun.
Tapi Hannyo hanya diam, ia merentang tangan kanan nya seketika muncul pedang panjang nya membuat mereka terkejut.
"Itu?" Mereka langsung tersadar dan sepertinya mengetahui Hannyo siapa.
"Dia pendekar dua pedang itu, rekan dari bocah abadi itu" Kata salah satu dari mereka. Rupanya Hannyo juga terkenal sebagai buronan di angkatan laut.
Di sisi lain Mizuki sudah sampai di tempat Rokusuke. "Tuan Roku" Mizuki mendekat menatap. Lalu Rokusuke mengangkat kepalanya dan melihat Mizuki, ia terdiam dengan wajah polos.
"Siapa kau?" Tatapnya.
"Aku Mizuki, aku perintah dari seseorang yang mengaku sebagai rekan kapal mu dulu" Kata Mizuki.
"Rekan… Kapal?.... Hah… Kuroi?!" Rokusuke menjadi ingat. Sepertinya ia memanggil Hannyo dengan sebutan Kuroi yang artinya hitam.
"Apa benar, tapi kenapa dia meminta gadis kecil sepertimu, apa kau sedang bercanda?" Tatap Rokusuke.
"Aku tidak bercanda, aku harus segera menyelamatkan mu" Mizuki mengeluarkan pisau kecil, lalu mencoba melepas tali pengikat tangan Rokusuke.
Tapi tiba tiba ada yang berteriak. "Penyusup!!" Rupanya ada yang melihat Mizuki.
"Hoi, cepatlah, atau kau lari tinggalkan aku" Rokusuke menatap panik.
"Aku bisa….(Aku harus bisa, kakak sudah meminta ku untuk bisa!!)"