"Mizuki, apa kamu baik baik saja, lututmu baik baik saja?" Tanya Ayasa yang berlutut mengoleskan obat pada lutut Mizuki yang mengangguk. "Itu baik baik saja, terima kasih, oh iya.... Bukankah kamu harus bertemu dengan kakak? Dia mungkin menunggu mu di luar" Kata Mizuki, dia mengatakan itu sambil melihat kucing kucing milik Ayasa yang menatapnya.
"Oh iya, benar, kalau begitu, aku keluar dulu.... Tapi apa kamu yakin, dia orang yang baik?"
"Kamu hanya perlu menceritakan semuanya padanya, maka dia akan membantu mu" Kata Mizuki. Lalu Ayasa menjadi menilai Hannyo akan membantu dan berjalan keluar dari sana. Sementara Mizuki menatap kucing kucing itu lagi dan mendekat, bermain dengan mereka di dalam.
Di sisi luar, Hannyo berdiri di tempatnya tadi dengan masih merokok, lalu ia mendengar suara pintu terbuka dan tertutup dari rumah Ayasa.
Ayasa melihat Hannyo yang membelakangi nya dan seketika Hannyo mengatakan sesuatu tanpa menoleh sedikit pun. "Ikuti aku, kita perlu tempat yang baik untuk bicara" Sambil berjalan duluan.
Ayasa terdiam ragu, tapi ia harus mengikuti Hannyo karena dia yakin, Hannyo akan menolong nya. "(Aku yakin dia akan menolong ku, aku hanya perlu meminta bantuan nya....)"
Lalu mereka sampai di tempat yang mengarah langsung ke bulan, Hannyo menoleh padanya lalu menjatuhkan rokoknya dan menginjaknya untuk memastikan nya kemudian bicara. "Katakan saja apa yang kau inginkan"
". . . Yang aku inginkan? Apa kamu bisa mengabulkan nya? Kamu bisa menolong ku?"
"Aku bisa melakukan nya jika kau menceritakan padaku apa yang terjadi pada tempat ini, bagaimana bisa wilayah sekecil ini ada di sini, jika ini wilayah kecil, pastinya di sebut desa karena seberang sana, jalan kaki, itu sudah ada di sebuah kota jalur" Kata Hannyo.
"I... Itu memang benar, tempat ini dulunya adalah sebuah desa yang begitu maju, hanya termasuk dua blok yang hanya menyiapkan berbagai macam barang, seperti barr dan warung makan.... Tempat ini dulunya sangat terkenal dengan jual belinya, barr yang nyaman, warung makan dengan makanan kenyang, butik yang memiliki baju cantik, dan yang lain nya tapi semuanya sirna.... Bahkan sempat sempatnya naik daun di kenal banyak orang dari luar desa, sekarang sudah tidak lagi, karena beberapa tahun yang lalu, ada satu kapal besar dengan bendera bajak laut mematikan, mereka ilegal dan datang begitu saja. Mereka menjarah semuanya membuat orang orang di sini begitu trauma. Namun ada satu hal yang membuat ini semua menyakitkan, aku... Aku dulu hanyut ketika masih bayi, hanyut di lautan luas hingga di temukan oleh salah satu bajak laut di sana. Mereka tidak mau merawatku, alhasil, tempat pemberhentian mereka yakni tempat ini, mereka meninggalkan ku di sini dengan barang barang bawaan. Aku menangis dan terus menangis hingga aku di temukan oleh seorang wanita tua, dia merawatku di gubuk kecil itu hingga dia akhirnya pergi meninggalkan ku selama nya" Kata Ayasa.
Hannyo terdiam mendengar itu. "(Jadi memang benar, karena itulah mereka trauma tidak suka pada pendatang dengan kapal yang datang) Lalu, apakah karena kau, mereka juga membenci gadis yang ada di sini, mereka mengira gadis yang datang sama dengan mu yang harus dibunuh termasuk Mizuki" Kata Hannyo.
"Sepertinya memang begitu, aku benar benar bersalah, maafkan aku, aku memang seharusnya tidak dilahirkan"
"Tapi, kau bahkan belum mengetahui, siapa orang tua mu, mereka memiliki sebab kenapa mereka menghanyutkan mu di lautan"
"Um.... Aku hanya menganggap mereka tidak menginginkan ku..... Aku tak pernah ingin dilahirkan seperti ini" Ayasa tampak putus asa membuat Hannyo terdiam.
Lalu dia menghela naas panjang. "Bagaimana jika ikut kami saja" Hannyo menatap.
"Ikut kalian? Kemana?"
"Pergi menaiki kapal, dengan begitu kau bisa berkeliling dunia bersama kami, dan juga, aku yakin, pasti ada sebab kenapa orang tua mu melakukan hal itu pada mu saat itu jadi kau hanya perlu cari tahu"
"Tapi, aku tetap merasa sangat bersalah pada orang orang di sini, mereka pasti akan di serang untuk kedua kalinya...." Ayasa menjadi ragu.
"Untuk apa mengkhawatirkan mereka yang bahkan tak menginginkan mu" Kata Hannyo, seketika Ayasa terkejut dan terbuka oleh kalimat itu.
"(Mungkin memang benar....) Jika itu memang satu satunya cara, aku akan melakukan nya... Aku ingin ikut kalian, tapi sebelumnya beri aku waktu satu hari, kita berangkat besok saja" Kata Ayasa.
"Yeah, tentu, aku kebetulan harus ke kota seberang untuk melakukan pertemuan sebentar, jadi persiapkan dirimu, beritahu Mizuki soal ini... Kembalilah ke tempat mu sekarang" Kata Hannyo.
Lalu Ayasa mengangguk dan berjalan pergi meninggalkan nya untuk kembali ke gubuknya.
Sementara Hannyo berjalan pergi dari sana, dia menemukan sebuah kota yang tidak terlalu kecil maupun tidak terlalu besar. "(Aku tidak yakin ini adalah kota)" Pikirnya lalu akan masuk di keadaan gelap itu, tapi ada penjaga menghentikan nya. "Bang, sebelum masuk, biarkan aku memberitahu sesuatu, ini bukan kota, sebentar lagi akan menjadi desa dan akan di hancurkan gedung gedung nya.... Karena di sini tidak kebagian nama kota, jadi jangan menilai tempat ini kota" Kata Penjaga itu membuat Hannyo terdiam.
". . . Aku, mengerti...." Dia asal mengangguk lalu di persilahkan masuk. "(Jadi sekarang sistem nya begitu, kota yang tidak resmi di bangun oleh jalur kerajaan naga, tidak akan bisa di anggap kota dan akan di robohkan....)" Ia terdiam sambil terus berjalan.
Di sana memang benar, banyak penjual maupun pedagang yang sebagian bersiap siap pindah dari kota itu. "(Sepertinya wilayah ini menang berbahaya.... Karena itulah jalur naga tidak membuat tempat ini menjadi kota)" Pikir Hannyo sekali lagi, tapi ia mendadak terdiam merasakan sesuatu.
"(Kenapa aku merasa ada kekuatan yang sama denganku di sini...?)" Dia melihat sekitar dan melihat seorang lelaki sebaya dari jauh membeli roti di pasar itu.
Lelaki itu memakai baju kaus abu abu dengan rambutnya juga abu abu. Dia juga punya satu rambut liat berwarna merah seperti milik Hannyo.
Gaya berbicaranya juga menyenangkan dan ramah dan anting perak itu.
"(Anting itu?!)" Hannyo menjadi terkejut.
"Baiklah... Terima kasih nona.. Semoga harimu baik baik saja" Lelaki abu abu itu menatap ramah pada penjual setelah membeli makanan. Lalu ia akan berjalan tapi ia berhenti ketika Hannyo benar benar di depannya.
"Ada yang bisa di bantu?" Tatap nya.
"Kau... Geru bukan?" Kata Hannyo. Seketika lelaki itu terdiam kaku dengan mata yang berwarna perak miliknya.
". . . K.... Hann.... Hannn.... Hannyo!!" Dia menatap panik. Lalu Hannyo tersenyum kecil.
"Oh astaga.... Aku benar benar senang bertemu denganmu" Dia seketika langsung memeluk Hannyo membuat Hannyo terkejut, tentu saja semua orang memandang mereka.
"Ehem.. Ini masih publik"
"Hannyo, Aku benar benar merindukanmu..... Takdir sepertinya menemukan kita" Kata lelaki yang bernama Geru itu lalu Hannyo mengangguk serius.
"Kenapa kebetulan sekali?" Hannyo menatap.
"Aku kemari karena tersesat dari jalur naga, kupikir tempat ini kota, ternyata bukan...."
"Kalau begitu kau harus segera pergi, karena kau harus berakhir di kota HAGA, setelah itu biarkan Rokuro menyusul, aku akan pergi sekarang, karena di sini tidak ada aura pecahan Kimo" Kata Hannyo dengan nada tenang.
"Heh kenapa cepat sekali akan pergi?! Kita saja belum mengobrol 5 menit!" Geru terkejut di hadapan Hannyo.
"Ini harus dilakukan, ingat pesanku sebelum kita semua berpencar, jangan berkumpul hingga pecahan kimo juga belum terkumpul, carilah pecahan kimo dan kembali padaku bersama yang lain nya....."
"Aku memang ingat itu, tapi bukanlah kau sadar, itu membutuhkan waktu yang sungguh sangat banyak sekali.... Apa kau akan melakukan hal ini sampai sejarah terukir?"
"Yeah, tak peduli berapa lama kita mencarinya, memang tetap harus mencari pecahan sampai kita benar benar mengumpulkan nya, jadi.... Sampai jumpa" Kata Hannyo, lalu ia berbalik dan berjalan pergi.
Geru menjadi tak Terima, ia sudah lama ingin bertemu dengan Hannyo tapi suatu keadaan membuatnya harus berpisah dengan nya lagi.
"(Rasanya agak susah kalau sangat jauh deh aku pergi)" Geru terdiam lalu ia berbalik dan kembali berjalan, ia lalu memegang rantai yang ada di pinggang nya.
Di sisi lain, Bahaya akan segera terjadi. Dimana bagian tepian laut tempat tadi, ada kapal bajak laut besar berhenti, mereka berlabuh di pinggir dekat kapal Rokusuke.
Lalu keluar para bajak laut yang tampak keji. "Hm, sudah lama aku tidak kemari.... Sudah sangat lama" Kata pemimpin mereka itu yang di pangggil..
"Bos, apa kita kemari hanya untuk mengambil gadis itu?" Tanya salah satu bawahan nya.
"Yeah, ambil gadis itu, dengan begitu kita bisa memanfaatkan nya, aku menyesal membuang nya saat itu, semoga saja dia masih hidup" Balas Bos bajak laut.
"Tapi bos, kenapa ada kapal di sini?" Mereka menunjuk kapal milik Rokusuke.
"Kita urus itu nanti, sekarang aku hanya ingin tahu gadis itu saja" Balas sekali lagi Bos bajak laut, lalu mereka mulai berjalan ke sana.
Mereka mulai satu persatu masuk ke tempat yang ada di sana, termasuk Barr, butik dan yang lain nya, mereka akan mengajukan pertanyaan yang sama.
"Dimana gadis sialan itu! Katakan pada kami!!"
Lalu mereka akan membalas dengan ketakutan. "Dia ada di luar desa, gubuk kecil adalah tempat miliknya, kami mengusir nya di sana dari pada membunuh nya"
"Oh, bagus bagus, untung nya kalain tidak membunuhnya, ke sana sekarang" Kata bos bajak laut, lalu mereka ke sana dan yang benar saja. Mereka langsung membuka pintu gubuk yang dimana ada Mizuki dan Ayasa.
"Hah?!" Mereka berdua terkejut.
"Huh, kenapa ada dua?" Bos bajak laut menjadi bingung melihat dua gadis, dia juga tidak tahu bayi yang dulunya masih kecil, tumbuh menjadi gadis seperti apa, dia tidak bisa membedakan antara Mizuki dan Ayasa.
"Apa yang.... Apa kalian bajak laut saat itu?" Ayasa menatap tak percaya.
"Hahaha..... Iya, ini kami yang kembali, kami kembali hanya mengambil gadis cantik itu, dan kalian akan kami tangkap, cepat tangkap mereka" Kata Bos bajak laut.
"Tunggu, kakak akan menyelamatkan kita!!" Mizuki menantang dengan berani.
"Huh?! Siapa?! Siapa itu?! Biarkan aku yang mengatasi nya, jadikan mereka umpan" Kata Bos bajak laut, seketika Mizuki dan Ayasa menjadi terpaku dan hanya bisa berteriak.
Dengan payahnya, di luar, Rokusuke masih tertidur pulas, dia tidak terlihat karena dia tidur di belakang gubuk sehingga mereka tidak melihatnya, dia pun juga tidak berguna karena tidur sekarang.