Kali ini kita akan membahas yang namanya Geru Bakeneko. Seseorang yang sama seperti Hannyo.
Tapi Geru memiliki warna yang dominan ke abu-abu, mulai dari bajunya, rambutnya, dan mata miliknya. Dia juga selalu Memakai kalung pengikat leher kain yang berwarna merah pemberian dari seseorang yang sangat berarti untuknya. Memakai anting perak untuk mengingat kekuatannya.
Beda halnya dengan Hannyo yang memakai dua pedang sementara dirinya senjata berupa sebuah rantai perak tak terbatas. Rantai itu tidak bisa dipanggil seperti pedang juken milik Hannyo yang bisa dipanggil kapanpun dengan kekuatan bayangannya.
Sementara rantai milik Geru panjangnya 2 meter melingkar di ikat dan di pasangkan di pinggangnya. Jadi dia terlihat seperti membawa rantai itu terus menerus di pinggangnya. Rantai itu terlihat panjangnya 2 meter tapi setelah dia menggunakannya, panjang rantai itu menjadi tak terbatas. Musuh akan mati dengan melemparkan ujung rantai dan bisa mengikat mangsa maupun objek yang ada di depannya.
Setelah dilemparkan, rantai itu akan dengan sendirinya mengikat dan tidak bisa terlepas Jika dia menariknya. Hal ini sangat berguna untuk berburu atau melawan lawannya.
Rantai itu bisa dipegang oleh semua orang termasuk manusia tapi mereka tidak akan bisa memanjangkan rantai itu menjadi tidak terbatas. Karena yang bisa hanyalah Geru sendiri. Rantai itu bernama Ubachen yang artinya rantai perak panjang.
Dia adalah legenda buronan kedua setelah Hannyo. Sifatnya juga berkebalikan dengan Hannyo. Dia lebih ramah dan menyenangkan, tidak memiliki sifat dingin sama sekali dan tidak juga menganggap semuanya terlalu serius. Dia juga bertugas mencari pecahan-pecahan Bola Kimo dan juga akan mencari saudara yang lain. Ini adalah kisah perjalanan dan petualangan milik Geru Bakeneko.
Di hari yang mendung tanpa hujan Geru berjalan di tengah lembah rumput yang luas dan menyegarkan. Disana ada gambar rumput yang sangat luas dengan warna yang hijau segar. Tapi terganggu karena mendung yang semakin gelap.
Geru menatap langit dan menghela nafas lega.
"Hu.... F,.. Akhirnya nanti akan hujan juga, aku benar benar telah menantikan ini sepanjang waktu, karena aku memang suka hujan"
Dia menatap langit tapi ada yang membuatnya teringat pada sesuatu sehingga membuatnya diam.
"(Kenapa Hannyo benar benar membuat kita berpisah, hanya karena soal pecahan Kimo yang pecah, dia membuat kita benar benar mencari pecahan sehingga benar benar membuat kita berpisah. Padahal dulu kita berempat selalu membunuh bersama. Membunuh orang lah, siluman lah, yokai lah... Apapun itu lah.... Tapi sekarang sudah tidak.... Benar benar sudah tidak, akhir akhir ini aku juga tidak membunuh manusia, apa ini sebenarnya tujuan Hannyo yah... Membuat kita tak membunuh manusia... Aku benar benar bingung)" Dia berpikir terlalu panjang dan membuat hujan turun membasahi atas kepalanya hingga bawah. Hujan itu semakin deras. Lalu ia mengambil sesuatu dari pinggangnya, payung kuno yang kecil berwarna perak.
Dia membuka payung itu dan memayungi dirinya sendiri.
"Hm~.. Bau hujan di tengah padang rumput memanglah nyaman, sebaiknya aku segera melanjutkan perjalanan" Dia kembali berjalan... Hanya berjalan saja.
Dia akan menuju kota YAZA untuk melanjutkan perjalanan sekaligus kota pertama yang akan ia temui. Geru merupakan seorang iblis yang sama dengan Hannyo tapi ada yang membedakan dirinya, dia lebih dominan lahir dengan rambut abu abu. Jadi jika Hannyo adalah kucing hitam dia sendiri adalah kucing abu abu.
"(Sedikit keluhan saja... Asal dia tahu, aku benar benar lelah hidup seperti ini. 500 tahun yang lalu harusnya kita masih tetap ada di pohon iblis. Sekarang sudah tidak lagi, di sini harga diri iblis benar benar murah, semua manusia, siluman merendahkan kita karena mereka tak percaya iblis itu ada, jadi aku berwujud manusia untuk menutupi saja, jika aku mengaku iblis nantinya malah di ketawain)"
Saat sampai dikota YAZA di sana dia menjadi berhenti berjalan dan menutup payungnya karena sudah mulai terang. Di sana ia juga melihat ada penjaga penjaga yang menjaga gerbang di sana.
"(Kalau tidak salah... Bukankah tempat gerbang depan itu adalah tempat di mana selain manusia tidak boleh masuk. Salah satu pengawal itu pastinya bisa tahu dari aura, dan jika makhluk selain manusia masuk dia akan langsung menangkapnya...)" Dia menjadi terdiam serius. Lalu tak lama ada kereta kuda pembawa barang kecil melewati Geru dan berjalan duluan masuk ke gerbang penjagaan. Di sana ada 2 orang penjaga menghadang.
Di kereta kuda itu ada satu orang yang mengendalikan kudanya.
"Bisa aku lihat barang apa yang kau bawa?" Tanya salah satu penjaga.
"Si.. Silahkan"
Lalu dia membuka penutup kereta itu rupanya isinya hanya barang biasa dia kemudian di perbolehkan masuk. Lalu penjaga itu menoleh ke belakang di mana Geru berdiri di sana. Geru berdiri membelakangi gerbang dengan gerak gerik yang sedang berpikir.
"Kenapa lelaki itu ada di Sana... Sebaiknya aku cek" Dia berjalan mendekat.
Geru sedang terdiam menatap langit, dia melihat awan mendung yang perlahan menghilang.
"(Kota YAZA adalah kota terakhir atau kota paling belakang dari semua cabang kota di sini. Jadi disini aku yang harus masuk dari belakang sementara Hannyo masuk dari depan dari kota ABCA)" Pikir Geru.
Tapi tak lama pria penjaga tadi datang. "Permisi tuan" Panggilnya membuat Geru menoleh.
"Apa kau ingin masuk kemari.. Jika ingin masuk, kau harus melewati pengecekan" Kata pria penjaga itu.
"Oh... Tapi bagaimana jika aku terbukti siluman di sini" Geru menatap dengan tatapan idiot.
Hal itu membuat penjaga itu terdiam bingung.
"Kenapa kau berpikir seperti itu tuan, aku tidak melihat aura aura lain di tubuhmu"
"(Oh.... Membodohi nya benar benar mudah, atau ini karena kemampuanku ini yang menyamarkan aura iblis ku hehe)" Geru menjadi sombong sendiri dalam hatinya lalu melirik ke penjaga tadi.
"Hei bisa kenalan?" Tatap Geru.
"(Ada apa dengan orang ini, apa dia mencoba main main denganku.... Tapi?)" Penjaga itu awalnya ragu lalu ia terdiam ketika melihat ke pinggang Geru yang terdapat rantainya di sana.
"Apa kau seorang petualang?"
"Ya mungkin bisa di bilang begitu, tapi aku tidak bekerja" Balas Geru lalu pria itu mengangguk mengerti.
"Kalau begitu masuklah jika ingin ke kota YAZA" Tawarnya.
"Oh baiklah... Tapi kau tadi belum membalas perkataan ku, bisa kita berteman?"
"Maafkan aku, aku terlalu sibuk, mungkin lain kali saja" Balas pria itu yang berjalan pergi membuat Geru terdiam.
"(Sekarang aku tahu, sepertinya susah bergaul dengan manusia yang hidup di zaman ini... saat zaman modern datang, aku akan bergaul dengan semuanya... Sekarang...Jalani perintah Hannyo dulu~)" Geru berjalan masuk dengan lancar karena dia bisa menghilangkan aura iblis yang bisa di baca manusia pembaca.
*Manusia pembaca adalah manusia yang bisa melihat dan merasakan sebuah aura dari makhluk lain selain manusia. Mereka bisa mendeteksi mana siluman, mana yokai dan mana ras lain seperti elf maupun bison di sini. Tapi ada satu yang tidak bisa deteksi oleh mereka yakni aura iblis. Karena aura iblis sam sekali tidak bisa di rasakan manusia, aura iblis hanya bisa di rasakan oleh siluman tingkat tinggi. Karena itulah geru aman untuk masuk ke gerbang penjagaan kerajaan YAZA.
"(Hm.... Rasanya aku ingin makan dulu, tapi makan apa?)" Dia berjalan melihat sekitar, di sana seperti tempat dagang jual beli seperti pada umumnya.
Tapi kakinya terhenti ketika melihat Colosseum besar di depannya yang agak jauh. Ia terdiam dengan mulut yang terngangah sedikit.
"(Aku tidak tahu kota ini punya Colosseum?)"
Lalu malam menjadi cepat dan Geru masih berdiri di sana. Di sisi lain pria penjaga yang ia temui tadi berjalan pulang dengan baju yang telah berganti, dia melihat Geru yang ada di tengah jalan.
"Tuan kau tidak bisa ada di sini.... " Dia mendekat tapi saat Geru menoleh, ia sendiri malah terkejut.
"Kau yang tadi... (Lelaki aneh tadi?!)"
"Oh.. Halo lagi kawan, apa aku menghalangi jalan?" Tatap Geru dengan wajah yang ramah.
"Ya... Maksudku... Apa kau ingin mencari tempat bermalam?"
"Sepertinya begitu, karena sudah malam juga"
"Kalau begitu ikutlah denganku... Aku punya penginapan kecil di sana"
"Oh keren... Baiklah ayo!!" Geru menjadi bersemangat.
Mereka memasuki area gang yang sempit dan semakin gelap karena hari juga sudah mulai malam. Geru menjadi bingung dalam hatinya. "(Ini sangat aneh, perasaan penginapan itu harus di tempat yang terlihat tapi kenapa ini sangat aneh berada di tempat seperti ini yah?)"
"Kita sudah sampai" Kata pria itu lalu Geru menoleh dari tatapannya ke langit.
Geru melihat sebuah rumah yang berhempit di antara dinding lain. Rumah itu berlantai 2 dan terlihat manis tapi tidak mewah.
Lalu dia membuka pintu dan mempersilahkan Geru masuk. Di dalam benar benar mengagumkan dan hangat karena ada meja makan panjang dan lantai ada juga tempat pemesanan makanan.
"Keren di sini seperti hotel dan rumah makan gaya orang barat kuno"
"Tempat ini dulu memang penginapan dan sekaligus bar hangat, tapi sudah tidak lagi"
"Tunggu... Kau bilang bar hangat. (Tempat para.... Rogk?!)" Geru menjadi terkejut sendiri.
*Bar hangat = Bar hangat adalah tempat yang sama seperti bar pada umumnya tapi lebih berbeda karena bar hangat lebih bersahabat tanpa adanya sesuatu yang vulgar di sana. Tidak seperti bar pada umumnya yang menggunakan wanita bertubuh untuk bekerja, berbeda dengan bar hangat, bar hangat adalah tempat bekerja untuk pada Rogk. Rogk sendiri merupakan gadis percampuran antara elf dan bison.
Ras jenis ini memunculkan tubuh yang loli atau bisa di sebut sangat manis. Tak peduli memiliki dada rata maupun tubuh kecil. Bar hangat tetap mempekerjakan mereka karena itu adalah inti dari bar hangat. Rogk bisa berwarna mencolok dan manis. Para pelanggan juga harus lembut pada mereka. Di bar hangat inilah tidak ada yang di sebut hubungan dalam (seks) mereka hanya di izinkan mencumbu beberapa kali bersama para Rogk.