"Ini kamar anda, jika butuh sesuatu, tinggal datang padaku" Kata Tang setelah menunjukan kamar untuk mereka.
"Terima kasih banyak" Balas Geru. Lalu Tang berjalan pergi meninggalkan mereka.
"Master.... Sebenarnya apa tempat ini ini sebesar kota?" Tanya So-in yang di dalam bersama Geru.
"Sepertinya tidak, mungkin hanya seper empat kota, di sini juga sepertinya sudah tua dan agak berisik" Balas Geru sambil berdiri bersandar dan menoleh ke jendela bulat di sana.
"Apa master pernah menaiki kapal?"
"Tentu... Aku bertemu dengan seorang lelaki yang sangat lucu, dia juga sangat menyukai Hannyo dan kekuatan nya"
"Siapa itu Hannyo, master?"
"Dia yang teratas dari yang terkuat... Bukanlah kau tahu 4 legenda buronan pertama, yang pertama dan paling nomor satu adalah Hannyo sendiri dan aku nomor dua" Kata Geru.
"Ah, itu... Dia yang paling kuat dan menawan" So-in teringat dengan terkesan.
"Yup, Jika kau di takdirkan bisa bertemu maka aku akan menunjukan nya padamu, aku dengar Rokg memiliki keinginan bertemu yang terkuat kan" Balas Geru.
"Ya, aku ingin bertemu dengan nya, tapi, sepertinya itu mustahil, Rogk biasa seperti ku ingin bertemu dengan iblis luar biasa, itu tidak mungkin"
"Jangan khawatir, aku akan menunjukan nya padamu" Kata Geru. Tapi tiba tiba ada suara asap dari luar pintu kamar mereka.
Geru terdiam dan membuka pintu. Di luar sepi dan melihat ada lorong yang gelap.
"So-in bisa kau di sini tunggu aku saja?" Tatap nya lalu So-in mengangguk.
Geru berjalan ke lorong itu dan semakin jauh menemukan sebuah tempat penampungan air membuatnya terdiam.
"Ini.... Aku seperti mengenalnya" Ia berpikir sebentar. Seketika teringat sesuatu.
"(Ini tempat menyimpan air yang masuk, intinya tempat ini sudah di masuki air sebanyak ini... Tidak tunggu, aku belum menentukan seberapa banyak air yang masuk ini, aku akan mengeceknya terlebih dahulu)" Dia mengambil rantai nya yang ada di pinggangnya lalu memasukan ujung rantai ke dalam penampungan itu.
Ia semakin terkejut ketika ujung rantainya benar benar seperti jatuh dan termakan begitu saja, itu menandakan air itu sudah sangat dalam.
"(Aku mengatur panjang rantai ku menjadi 12 meter, dan sekarang masih ada sisa kelebihan ke dalaman, itu berarti sekitar 13 sampai 14 meter air ini mengisi..... Jika di biarkan waktunya mungkin hanya 2 hingga 3 hari saja, tapi kenapa mereka hanya biasa saja, lebih baik aku cari tahu)" Dia kembali mengambil rantai nya dan berjalan pergi menemui tang yang ada di sekitar orang orang itu.
Tang tak sengaja menoleh dan melihat Geru yang datang mendekat. "Tuan pendatang, ada yang bisa di bantu?" Tatap nya dengan masih ramah.
"Aku ingin bertanya sesuatu saja, sebenarnya apa tempat ini masih aman untuk ke pulau yang kau inginkan?" Tatap Geru membuat Tang terdiam berpikir.
"Maksudku... Kemungkinan besar kau tidak akan bisa ke sana, saranku lebih baik berhenti ke pulau dekat tujuanku... Karena tempat ini sudah kemasukan air sangat banyak" Kata Geru. Seketika hal itu membuat semua orang yang ada di sana dan mendengarnya menjadi terkejut.
"Tuan pendatang, bisa kita bicara di dalam saja" Tang menatap serius. Hal itu membuat Geru terdiam bingung, ia melihat sekitar dan sedikit merasa tidak enak. "(Apa aku mengatakan sesuatu yang membuat mereka tak nyaman?)"
-
"Sebenarnya aku sudah tahu itu, tuan pendatang, kau tidak bisa membicarakan nya di depan mereka, aku mencoba membuat mereka tenang tapi kau malah memberitahu mereka, Tuan pendatang"
"Oh maaf kan aku" Geru menatap menyesal. "Tunggu... Jika aku tahu kenapa kau malah memaksakan untuk ke pulau itu?"
"Aku tidak tahu nanti akan tenggelam, dan kau memberitahuku sekarang... Saat sudah sampai di pulau tujuan aku benar benar tak tahu harus apa, ini sudah aku perbaiki beberapa kali... Tapi sudah tak ada jalan lagi. Benda dan material penting tersedia di pulau yang kami tuju, kami akan memperbaikinya di sana"
"Kenapa kau sangat suka dengan tempat ini?"
"Karena ini memang sebuah kota kecil yang ku buat"
"(Begitu yah... Aku tahu penderitaan mu sih....)... Saranku sih.... Kau lebih baik membuat desa, carilah tanah bebas dan buat desamu sendiri" Kata Geru. Lalu Tang menjadi terdiam ragu.
"Tapi aku benar benar takut desa kami tak akan maju"
"Jangan khawatir, kau bisa minta siluman, tapi jika ingin minta harus ada imbalan nya sih. (Kenapa aku memberitahu nya tak jelas gini?)"
"Mungkin memang benar, aku akan membangun desa" Kata Tang.
"Tu.. Tunggu... Kau tidak berniat minta siluman kan?!"
"Tidak... Aku akan berusaha sendiri, pulau yang Anda tuju sebentar lagi akan terlihat, biarkan aku mengantarmu keluar nanti, sekalian kami akan turun melihat pulau itu, tapi.... Bisa aku minta bantuan padamu tuan pendatang?" Tatap Tang membuat Geru terdiam.
"Sebenarnya, aku ingin memberitahu mereka, tapi.... Sedikit cerita, aku sangat senang jika mereka menyukai tempat yang aku buat, apalagi aku sebagai pembuat tempat ini, mereka memuji dan berpikir bahwa benda ini akan aman dan luar biasa. Kupikir itu akan bertahan sangat lama, tapi ketika tiba waktunya untuk rusak.... Aku takut mereka akan berpikir buruk dan kecewa padaku, jadi.... Aku tak berani bilang pada mereka" Kata Tang dengan nada yang takut dan sangat ragu maupun putus asa menjadi satu.
"Apah... Kau tak berani bilang di depan mereka!!" Geru terkejut sendiri melihat Tang yang tak tahu harus apa.
"Mau bagaimana lagi... Aku benar benar takut mereka tak akan setuju, hal ini benar benar membuat ku sangat takut.... Mereka pasti akan berpikir aku begitu buruk dan yang lain nya...."
"Haiz... Yang pertama di lakukan itu, buat pidato yang bijak bukan kalimat menyedihkan... Tak perlu mengemis... Jadilah seorang pemimpin yang tinggi seperti alpha" Kata Geru.
"Kalau begitu anda saja yang bilang" Tang menatap tanpa dosa membuat Geru kembali terdiam.
"Ck, kau itu pemimpin bukan sih, seorang pemimpin itu adalah seseorang yang sungguh sangat baik dan berani, jangan berpikir begitu, kau malah menyerahkan hal ini pada orang lain" Tatap Geru dengan wajah agak kesal.
"Maafkan aku, aku sepertinya bukan pemimpin yang baik" Tang kembali kecewa lalu Geru menghela napas panjang. "Baiklah, aku akan membantu mu... Kumpulkan semua orang sekarang di tengah" Kata Geru.
"Terima kasih" Tang menjadi sebagai dan langsung berjalan pergi untuk memberitahu pada semuanya agar berkumpul mendengar pemberitahuan penting.
"Kenapa kita di kumpulkan disini....?"
"Entahlah... " Semua orang yang sudah berkumpul menjadi bingung sendiri. Lalu mereka melihat Geru yang menaiki papan di atas mereka agar bisa terlihat mereka. "Ehem.... Maaf mengganggu waktu kalian, tapi seseorang ingin berbicara" Kata Geru. Dia menunjuk Tang yang ada di bawah dan di antara mereka semua.
"Eh... Tuan pendatang kenapa aku.... Bukankah kau yang mau bilang?!" Dia menjadi panik.
"Tak apa, aku hanya membantumu mengarahkan perhatian saja, sisanya milikmu" Balas Geru dengan wajah yang santai.
"(A.... Apa yang.... Terjadi.... Kenapa malah begini...)" Tang menjadi terpaku, padahal dia sudah berharap bahwa Geru yang bicara pada semuanya tapi dia malah mengarahkan semuanya pada Yang. "(Sebaiknya aku lakukan saja....) E.... Ba... Baiklah... Kalian semua... Sebelumnya maaf kan aku... Tempat ini sebentar lagi akan tenggelam" Kata Tang mulai bicara pada mereka. Seketika mereka yang mendengarnya menjadi terkejut.
"Apa?! Apa yang terjadi?!" Mereka semua terkejut setengah mati bahkan hanya mendengar kalimat dari Tang itu saja.
"Tapi jangan khawatir, aku berencana membangun sebuah desa... Yang akan berhenti di pulau terdekat meskipun kita tak berhenti di pulau tujuan kita, aku harap kalian setuju dengan ide ku membuat desa bukan tempat seperti ini" Tang menambah. Lalu mereka semua terdiam. Hal itu membuat Tang berpikir mereka tak setuju hingga membuat wajahnya kecewa.
"Semuanya!!" Tiba tiba Geru berteriak membuat mereka menoleh. "Semuanya, sebelumnya, biar aku perlurus, aku tahu kalian semua suka tempat ini, kagum akan tempat ini tapi sepertinya petualang kalian cukup samapai di sini saja. Generasi generasi sekarang harus melakukan pekerjaan kasar untuk mencukupi kebutuhan, dengan membangun desa kalian bisa menghasilkan bahan pangan tanaman sementara jika tinggal di sini terus, hanya akan membuat kalian kekurangan bahan, jadi apa kalian setuju" Tatap Geru.
"(Tuan pendatang, aku mohon)" Tang menatap khawatir takut jika semuanya menolak ide mereka.
Tapi. "Kami setuju!!" Teriak salah satu dari mereka. "Ya, kami setuju" Di susul banyak yang berbicara membuat Tang mengangkat wajah senangnya.
"Kami akan ikut kau pemimpin, membangun desa yang baik" Mereka menambah.
"Terima kasih" Tang menjadi sangat lega dan senang. Lalu Geru juga ikut sedikit tersenyum dan turun dari papan itu tadi.
Setelah sampai di pulau berikutnya, Geru berjalan keluar di ikuti So-in yang berjalan mengikutinya.
"Akhirnya aku bisa menginjak kakiku di tanah, ayo So-in" Ajak Geru yang mulai melangkah keluar saat gerbang masih terbuka.
"Master.. Tunggu dulu" So-in akan mencegah tapi terlambat, Geru sudah menginjak udara di luar dan jatuh ke air.
"Akh..... Apa yang.!!!" Dia berdiri dengan terkejut, untungnya airnya dangkal hanya se telapak kakinya saja. Lalu So-in berjalan turun setelah gerbang benar benar terbuka menyentuh pasir laut.
"Master kau baik baik sja?" Tatap nya dengan cemas.
"Utk.... Haiz.... Harusnya aku tahu gerbang itu belum terbuka pas tadi... Sekarang jadi basah" Geru keluar dari air sambil memeras bajunya yang basah.
Lalu ada yang memanggilnya. "Tuan pendatang!!" Rupanya Tang berlari mendekat.
"Huf... Sekali lagi aku benar benar berterima kasih, ini tempat yang bagus untuk membangun desa" Kata Tang.
"Tak apa, jadi... Aku akan pergi"
"Tunggu, aku ingin memberikanmu sesuatu" Tang merogoh sakunya dan memberikan sebuah kalung taring. Seketika pandangan Geru menjadi lurus.
"Ini adalah gigi siluman rubah, aku mendapatkannya saat ikut saudaraku berburu. Dia sekarang sudah tak ada jadi tolong jaga ini" Kata Tang.
"O... Oh baiklah.. (Benda ini kan begitu keramat jika di pegang oleh manusia sepertinya)" Geru menerimanya meski di hatinya nampak bingung.