Chereads / Legenda Buronan Pertama [HIATUS] / Chapter 32 - Chapter 32 Geru Bakeneko

Chapter 32 - Chapter 32 Geru Bakeneko

Setelah itu mereka berdua kembali berjalan. "Master... Apa yang di berikan tadi?" Tanya So-in dengan wajah yang penasaran.

"Ini bagian dari siluman... Giginya.... Aku tidak tahu pasti sih... Karena gigi siluman seharusnya bisa menjadi sesuatu untuk yang memegangnya"

"Sesuatu... Yang seperti apa?"

"Mungkin pelindung, atau malah pemancing siluman lain" Balas Geru. Tiba tiba ada suara dari atas membuat mereka terdiam di hutan itu.

"Ah..... Tolong...!!" Teriak sesuatu itu dari atas. Mereka berdua menoleh dan seketika Geru terkejut melihat wanita terjatuh. Ia merentang tangan dan seketika menangkap wanita itu dengan menggendongnya di dada.

"Kau baik baik saja.... Huh.... " Geru terdiam ketika melihat sebuah kuping rubah di kepala wanita itu yang gemetar ketakutan menutup mata.

"Siluman!!" So-in menjadi terkejut.

"(Baru di bicarakan tadi udah muncul aja nih...)" Geru menatap dingin.

Lalu wanita rubah itu membuka mata dan melihat Geru, ia seketika berwajah merah. "(Le.... Lelaki... Tampan...)" Dia terdiam terpana menatap wajah Geru. "Hei.... Kau baik baik saja kan?" Geru menjadi menatap ramah.

"Ah maaf kan aku" Dia langsung turun dari Geru.

"(Rubah oren huh.... Dia sungguh cantik)" Pikir Geru.

"Aku kitsune, senang bertemu denganmu"

"Kitsune!!" Geru terkejut. "Kitsune.... Rubah ekor sembilan itu, kupikir hanya mitos... (Ya ngak lah bodo.... Di sini fantasi....)"

"Aku tadi ada di batang pohon atas itu memanjat karena tertarik dengan bunglon ini" Kitsune menunjukan bunglon di tangan nya.

"Heh... Ngeri.... Nanti di gigit" Geru menjadi histeris.

"Jangan khawatir... Dia baik... Aku sudah berkenalan dengan nya, ngomong ngomong tadi aku jatuh... Sebenarnya aku menemukan hawa aura seperti komponen tubuh milikku" Kata Kitsune. Tapi Geru terdiam dengan mata tipis mengamati mulut Kitsune yang mulai bingung.

"Tahan... " Geru menahan dagu Kitsune. "Eh?" Kitsune menjadi terdiam dengan wajah merah, Geru semakin dekat membuatnya benar benar lepas kendali.

"(A.... Apa lelaki ini akan mencium ku.... Inikah cinta antara rubah dan manusia... Jika dia lelaki tampan... Aku pasti mau)" Kitsune menganggap Geru akan menciumnya tapi tak di sangka Geru malah membuka mulut Kitsune dengan menekan kedua pipinya dengan satu tangan nya yang besar membuat Kitsune terkejut kaku. Rupanya Geru hanya ingin melihat gigi Kitsune, dia kehilangan satu taring. "Eh... Kau... Di mana taring mu?" Geru menjadi bingung. Tapi itu membuat Kitsune memandang lurus. "(Ja... Jadi dia hanya melihat gigiku.... Hiz... Kesal...)" Dia kesal seketika menggigit tangan Geru yang masih di mulutnya.

"Ak.....!!" Geru terkejut segera melepasnya. Tangan nya menjadi berbekas gigitan Kitsune.

"Huf.. Huf... Ada apaan?!" Dia melihat tangan nya dan kembali terdiam karena di gigitan itu ada yang tak berbekas menunjukan satu gigi Kitsune telah hilang.

"Oh.... Apa ini milikmu rubah ekor sembilan" Geru memperlihatkan kalung taring tadi padanya. Seketika Kitsune terkejut dan langsung mengambilnya. "I... Ini gigiku... Kenapa ada di tanganmu... (Perasaan bukan dia kan orangnya?)"

"Aku di berikan seseorang" Balas Geru.

"Begitu kah..... E... " Kitsune terdiam sebentar sambil melihat wajah Geru. Seketika ia baru sadar sesuatu membuatnya terkaku. "Kau.... Kau... (Bukankah dia mirip seperti... Legenda buronan pertama yang ke dua itu.....)" Dia mulai gemetar membuat Geru terdiam bingung.

Segera Kitsune mengambil sesuatu di bajunya dan rupanya sebuah lembaran kertas. Ia mencocokan nya dengan wajah Geru dan dia seketika menjadi terpucat.

"Ada apa?"

"K... Kau.. Beneran ini kan?" Kitsune menunjukan gambar kertas itu yang rupanya sebuah kertas buronan yang bergambar Geru.

"Woh.... Bagus juga mereka gambar tampang ku... Bukankah aku terlihat ceria... Haha"

"Bukan itu masalah nya bego... Kau adalah buronan itu... Iya kan... (Yang ku tahu buronan kedua membawa sebuah rantai)" Kitsune melirik tubuh Geru dan menemukan rantai itu di pinggang Geru. Seketika dia terkejut double.

"(Ini pasti sebuah mimpi)" Kitsune terdiam dan seketika menampar dirinya sendiri membuat Geru terkejut. 

"Apa yang kau lakukan?"

"Aku... Aku... Penggemar beratmu!!!~" Kata Kitsune seketika Geru kembali diam. 

"Aku ini penggemar berat kelompok legenda buronan pertama, apalagi yang nomor pertama.... Hannyo Bakeneko.... Oh dia sangat ganteng....~"

"(Kenapa dia menjadi berubah gitu)" Geru menatap kaku, lalu ia melihat sekitar dan bingung. "Eh... Di mana.... So-in.... Astaga... Jadi dia tak ada di sini tadi!! So-in...!!" Dia memanggil dengan panik. 

"Apa gadis manis tadi?" Tanya Kitsune. 

"Ya, dia tadi di sini kan.... Di mana dia sekarang?!"

"Master... " So-in tiba tiba memanggil membuat mereka berdua menoleh di semak semak. 

So-in membawa seekor kelinci yang mati. 

"Kenapa kau membawa kelinci liar yang sudah mati?" Tatap Geru dengan bingung. 

"Aku pikir master lapar, jadi aku memburunya untuk master" Kata So-in. Lalu Geru terdiam sebentar. 

"E.... Yang ku tahu... Bukankah iblis bisa tidak makan selama 50 tahun?" Tatap Kitsune. 

"Yah begitulah.... Jadi So-in itu kau makan saja sama rubah ekor sembilan ini" Kata Geru. 

"Baiklah...." So-in mengangguk manis. 

"Uh... Dia unyu... Dari mana kau dapat Rokg itu?"

"Hanya sesuatu saja, ngomong ngomong seberapa tahu kau tentang kami?" Tanya Geru. 

"Hm?.....Semuanya" 

"Hah, semuanya...seriusan kamu?"

"Bukankah kalian dulu adalah penghancur dunia.. Tapi berhenti karena bola Kimo pecah begitu saja, saat bola Kimo pecah, di saat itu juga aku mulai tahu dan dapat ini~" Kitsune menunjukan sesuatu di telapak tangan nya. Seketika Geru terkejut karena itu pecahan Kimo. 

"Apa kau memang tahu pecahan Kimo itu untuk apa?" Tanya Geru. 

"Untuk meningkatkan kekuatan siluman, tapi aku tidak mau... Kau ambil saja aku tahu kau sedang membutuhkannya kan" 

"Kenapa kau tidak mau?"

"Karena semakin besar umurku aku memiliki kekuatan dan kecerdasan yang meningkat juga karena manusia hanya percaya akan keberadaanku dan menjadikanku sebuah pembicaraan sekitar" 

"Tapi bukankah mengambil pecahan ini kau bisa mendapatkan apa yang kau mau dengan kekuatan yang akan meningkat drastis nantinya?"

"Aku tahu itu, tapi kebanyakan siluman sepertiku akan berubah menjadi tidak baik... Aku ini siluman baik tauk.... Lihat sarang burung yang ada di atas, aku tadi yang memperbaikinya sambil memanjat mengejar hewan kecil tadi. (Bunglon)"

". .. Aku... Mengerti... (Dia agak prik) baiklah aku akan ambil, Terima kasih" Geru mengambilnya. 

"Ngomong ngomong setelah pecahan itu terkumpul apa yang mau kalian lakukan?" Tanya Kitsune. 

"Aku belum mengetahuinya yang sebenarnya, Hannyo yang tahu ini... Mungkin kau bisa bertanya padanya"

"Hah dia ada di sini... Di mana... Bisa kau antar aku padanya" 

"Kenapa?.. Kau mau bertemu dengan nya kah?"

"Ya... Aku sangat ingin... "

"Bisa aku tahu kenapa? "

"E.... Karena.... Dia membunuh ibuku" Kata Kitsune. Seketika Geru terkejut. 

"Hei... Rubah.... Kenapa kau malah mengaku penggemar berat harusnya kau dendam lah.... "

"Itu.... Tidak benar, justru dia yang menyelamatkan ku... "

"Aku tidak mengerti..... Haiz... Mungkin dia ada di kota depan. Aku juga ingin ke sana karena dulu dia memintaku bertemu di kota depan"

"Maksudmu kota ABCA?"

"Mungkin bukan... Yang lain lagi... Ayolah ikut saja... Aku juga sudah selesai di kota YAZA"

"Baiklah... Mohon bantuan nya" Kitsune mengangguk. 

-

"Rasanya agak sangar" Kata Geru berjalan di ikuti Kitsune dan So-in. 

"Rubah ekor sembilan... Apa kau berasal dari hutan tadi?" Tatap Geru. 

"Iyah... "

"Dan soal... Hannyo membunuh ibumu... Apa maksud nya itu?"

"Itu.... Sebenarnya dulu ibuku sangat memaksakan ku untuk membunuh manusia di usiaku yang sangat kecil, aku selalu terpaksa meskipun aku menangis beberapa kali dia sama sekali tak mengasihi ku... Saat aku mendengar rumor tentang kalian yang merupakan pembunuh bayaran juga, aku memanggil Tuan Hannyo dengan segel pemanggil"

"(Oh itu memang benar, Hannyo memang suka melakukan pekerjaan seperti itu saat kita tak ada kerjaan membunuh bersama)" Geru menjadi ingat. 

"Aku memintanya membunuh ibuku dan saat dia sudah membunuh ibuku dia hanya meninggalkan ku begitu saja tanpa bayaran, aku tidak tahu maksud sebenarnya dia tapi aku benar benar senang dia bisa mendengar panggilan ku.. Aku tahu mustahil siluman sepertiku memanggilnya mungkin dia juga kasihan padaku" Kata Kitsune. 

"Apa... Tidak mungkin kan... Hannyo pasti minta imbalan tapi kenapa tidak padamu?" Geru menjadi bingung. 

"Master.... " Tiba tiba So-in memanggil sambil memakan daging kelinci yang ia bakar tadi sambil di makan berjalan di tengah tengah mereka. 

"Master... Aku melihat kota di sana" Dia menunjuk, lalu Geru dan Kitsune menoleh ke depan. Mereka yang ada di bukit melihat pemandangan dari atas kota yang ada di bawah bukit itu. 

"Ini kota WAXA" 

"Ku dengar kota ini sangat sepi dan menyimpan rahasia karena Colosseum nya?" Tatap Kitsune. 

"Apa kau tahu soal ini?" Tanya Geru. 

"Di sini ada yang mengaku sebagai raja dan menyajikan sebuah hiburan untuk para petualang, sihir maupun makhluk lain, mereka yang menyaksikan ya pun hanya mendukung kematian karena darah lah sebagai hiburan mereka"

"Jadi di sini hanya untuk Colosseum kecil"

"Kenapa... Apa kau mencari Colosseum besar... Jika  itu milik angkatan laut"

"Yah aku tahu... Di kota sebelah kan.... Mungkin aku akan kesana atau malah Hannyo... Entahlah.... "

"Tapi kau beneran akan masuk?"

"Aku akan menyusun rencana" Kata Geru membuat So-in dan Kitsune terdiam. 

"Aku akan ikut ke dalam Colosseum dan kalian harus menjadi mata mata raja itu, apakah dia gadungan karena aku bisa membunuhnya" 

"Baiklah.... Mengerti" Kitsune mengangguk kepala bersamaan dengan So-in. 

"Bagus, rencana di mulai" 

-

Geru berjalan masuk ke gerbang penjagaan sendiri di hadang oleh dua orang penjaga bertubuh besar. 

"Hei kawan, jika ingin masuk kau harus bertarung di Colosseum"

"Kenapa aku harus ikut... Apa yang harus ku lakukan jika ikut?"

"Itu peraturan di kota ini, kau harus menang atau mati"

"(Jadi itu peraturan nya, menang atau mati huh...) Baiklah.... " 

"Akan ada kereta kuda menjemputmu dan mengantarmu ke Colosseum" Kata penjaga satunya. 

"Tak perlu, aku akan ke sana sendiri" Geru melewati mereka. 

"Heuh aku yakin dia akan mati hahah... Tubuhnya bahkan tak ada apa apa, aku tak melihat senjata sama sekali juga hahah" Mereka malah menertawakan Geru yang sudah berjalan masuk. 

Geru yang berjalan sambil melihat lihat menjadi terdiam, karena di sana keadaan nya sangat sepi dan kotor akan pasir. Tak ada orang pun di sana. 

"(Aku benar benar heran... Apa mereka hanya duduk di Colosseum untuk menunggu hiburan pembunuhan... Kota ini bahkan sampai tak ada orangnya... Benar benar kontravensi)" Pikirnya sambil tetap berjalan.