Setelah sampai di gerbang Colosseum ada penjaga. "Kau akan ikut menghibur... Kau akan mati di sini... Lebih baik aku peringatkan sekali lagi atau kau tak bisa pulang nak"
"Terima kasih atas pemberitahuannya... Aku memang di didik supaya tidak takut" Geru mengabaikan nya sambil berjalan masuk.
"Hei tunggu, kau harus menunggu giliran mu" Penjaga itu menatap.
"Loh, bukankah langsung masuk saja?"
"Tidak, harus menunggu giliran, sebaiknya tunggu di sana" Kata penjaga itu lagi. Lalu Geru menunggu di sebuah ruangan.
Duduk di sana sepeti tak ada kerjaan.
"Pst... Master" Seketika ada suara dari pintu membuat Geru berdiri dan membukanya, rupanya Kitsune dan So-in.
"Cepet banget kalian!!" Geru terkesan.
"Soal kota ini kami sudah tahu, kami menyelinap masuk sangat gampang ke rumah raja itu.... "
"Jadi ada apa?"
"Kami juga menemukan kertas catatan di sini" So-in memberikan kertas pada Geru lalu Geru membacanya.
"Dua tahun yang lalu, kota ini hanyalah kota biasa yang sangat damai, tapi semenjak ada yang mengaku sebagai raja dan urusan yang mulia atas dia meminta untuk orang di kota ini menganggap pembunuhan sebagai sebuah hiburan karena untuk apa Colosseum di bangun jika tak di gunakan, saat waktunya tiba nanti akan ada banyak mayat di tengah Colosseum, mayat manusia, siluman dan makhluk yang lainnya" Kata surat itu.
"Ada asumsi, bahwa jika ada yang menang dalam duel itu, maka akan menjadi raja tapi selama ini belum ada yang bisa karena yang menang akan terus melawan yang datang" Kata So-in.
"Hmmm.... Begitu ya.... Itu berarti, aku hanya harus membuat peraturan baru jika aku menang bukan..."
". . . Master, apa anda bercanda. Aku sudah bilang bahwa yang menang akan selalu menantang yang datang, musuh terus datang dan itu mustahil, mungkin kau harus menunggu selamanya"
"Hehe.... Aku punya rencana baik kok, dan yang pasti tidak sampai selamanya, hanya perlu beberapa pertandingan maka aku bisa mneguasai Colosseum" Kata Geru menbuat So-in dan Kitsune menjadu bingung karena mereka masih belum paham.
"Itu berarti sudah jelas, bisa kalian tunggu aku di luar, aku hanya akan sebentar" Tatap Geru lalu mereka berdua hanya asal mengangguk.
Saat masuk ke dalam Colosseum, Geru benar benar tercengang karena banyak sekali mayat di lapangan Colosseum berantakan, di depan nya sudah ada orang besar membawa senjata morning star yang sangat besar di tangan kanan nya.
"Wuw.... Itu sangat besar" Geru menatap terkesan dengan tampang bodohnya.
"Hahaha" Tiba tiba orang besar di hadapannya tertawa dengan keras.
"Hahaha hanya manusia kecil.... " Semua orang yang menonton juga tertawa.
"Yah.... Jangan khawatir tak lama lagi aku akan menjadi raja di sini" Kata Geru dia melihat di belakang pria itu ada tempat tinggi untuk duduk raja menyaksikan.
"(Oh, jadi itu rajanya, sepertinya dia sudah banyak terhibur dengan mayat mayat yang jatuh yah... Bahkan aku bisa melihat banyak sekali mayat siluman, yokai dan jenis yang lain nya....)" Pikir Geru dengan senyum kecil.
"Lebih baik kau mundur bocah" Kata pria hadapannya itu.
"Aku akan menunggumu menyerang ajaa" Geru menyilang tangan sombong. Seketika membuat pria lawan nya itu marah.
"Beraninya kau....!!!" Dia berlari bersiap mengayunkan senjata besarnya.
"(Wuw... Tanah ampe bergetar nih)" Geru terdiam saat senjata itu dari atas akan ke bawah memukulnya. Dia menghindar melompat melewati pria itu.
Pria besar itu menoleh dengan masih marah. "Kemari kau.... Aku akan membuat tubuhmu hancur!!" Dia mengejar Geru lagi.
"Hei... Kau tidak lihat ada apa di tanganku" Geru menatap di tangan nya memegang rantai. Ujung rantai yang lain rupanya telah terlingkar di leher lawan nya. Pria itu terkejut baru sadar di lehernya sudah terpasang rantai.
"(Sejak kapan dia memasangnya?!)" Dia terkaku. Tapi ia melihat Geru dan tiba tiba kembali tertawa.
"Hahahaha.... Payah... Mana bisa kau menarik ku" Dia malah meremehkan Geru karena sudah tahu tubuhnya lebih raksasa dan lebih kuat.
"Baiklah... Kau yang minta" Geru membalas, dia masih memegang rantainya dengan tangan kirinya, seketika dia menariknya dengan satu tangan saja dan di saat itu kepala pria itu putus terbang begitu saja. Darahnya kemana mana membuat semua orang terdiam kaku melihatnya termasuk di raja yang hanya diam saja seperti boneka dari tadi. Tapi raja berpandang lurus karena kepala pria itu menuju ke arahnya dengan keras dan membunuhnya hingga tubuhnya hancur.
"A..... A. A.. " Wanita yang ada di samping raja pun takut dan berlari pergi.
"Ups..... Salahku" Kata Geru, dia menarik kembali rantainya yang berlumur darah yang sudah terlepas dari kepala pria tadi.
"Dia membunuh raja... Apa yang terjadi selanjutnya, apa dia raja kita" Semua orang terdiam sendiri.
Lalu Geru tersenyum kecil dan mengatakan suatu.
"Aku adalah penentu peraturan di sini, mulai sekarang dan seterusnya kalian harus bertarung hingga menyisakan satu orang dan satu orang itu akan menjadi raja tempat ini" Kata Geru. Seketika semua orang di sana terdiam dan ada yang memukul teman sebangku nya. Di susul banyak orang yang membunuh orang lain. Mereka malah saling membunuh karena itu yang di katakan Geru.
Lalu dengan santai, Geru berjalan keluar begitu saja. Penjaga di sana pun juga ikut membunuh semua orang hingga akan ada saat di mana Colosseum berisikan mayat dan hanya satu yang memiliki kota tapi tak bisa memimpin. Karena tak punya satu pun pengikut. "(Hm.... Begitulah rencana ku, membunuh raja tanpa menunggu aku menang melawan banyak orang, aku membunuh raja, aku menjadi raja, aku membuat peraturan, dan mereka saling membunuh, dengan begitu kota ini sebentar lagi menjadi kota mati tanpa rakyat, jika satu orang dapat berhasil mengalahkan banyak irang, percuma dia menang dan menjadi raja karena tanpa orang yang menjadi pengikut nya, tak akan ada yang mengenal nya sebagai raja.... Misi ini sukses....)" Pikirnya dengan wajah senang dan sombong.
Di depan gerbang kota, Kitsune dan So-in sudah menunggu. "Master apa kau sudah selesai?" Tatap So-in.
"Tentu, ngomong ngomong apa yang terjadi setelah kota ini tak ada apapun?"
"Yang aku tahu, jika ada yang menemukan kota ini sudah menjadi seperti itu maka akan langsung di beritahukan ke yang mulia atas" Balas Kitsune.
"Itu memakan waktu lama kan?"
"Sepertinya begitu"
"Kalau begitu lanjutkan sajalah.... Kita akan langsung menemui Hannyo" Kata Geru.
"Untuk mempercepat perjalanan bisa kalian berlari?" Tatap Geru.
"E.... Kami tidak bisa"
"Kalau begitu pegangan padaku atau peluk aku" Geru merentang tangan.
Hal itu membuat Kitsune terkejut sambil menutup dada miliknya. Tapi so-in berwajah senang dan seketika melompat memeluk Geru.
"Haha.. Rogk memang suka kehangatan yah... Bagaimana denganmu kau akan aku tinggal loh... "
"Memangnya.... Kau mau apa... Terbang?" Tatap Kitsune dengan wajah merah.
"Yup.... Itu benar" Geru membalas. Seketika muncul sebuah sayap perak yang besar di belakang Geru membuat So-in dan Kitsune terkejut. Sayap itu di hiasan dengan banyak nya tindik anting perak di sana.
"Seperti preman saja memakai kayak gitu... " Kitsune menatap dingin.
"Hei... Ini seni.... Aku suka perak dan hiasan seperti ini... Cepatlah... Aku pegal... Sayap seperti ini berat untukku" Geru mengulur tangan.
Sayap miliknya identik seperti sayap iblis yang memiliki bulu elang.
"Um.... Bukankah kita bisa berjalan?"
"Sebenarnya, jarak antara kota selanjutnya itu sangatlah jauh, bahkan kita bisa berjalan sampai sana selama 5 hari lebih.... Jadi lebih baik panggung terbang saja, jadi ayo.."
"Apa kau yakin? Memang nya benar jarak kota selanjutnya jauh?"
"Iya, jika kau masih bertanya, aku tinggal"
"Ah iya, Baiklah.... " Kitsune akan menerima uluran tangan Geru dengan gemetar. Karena lama, Geru menjadi menariknya seketika dia terbang ke atas.
"Kya... " Kitsune terkejut dan berteriak sangat kencang.
Karena dia hanya di pegang Geru tangan nya, sementara tangan satu Geru menggendong So-in yang terkesan.
"Pegangan yang erat loh... Aku akan terbang secepat kilat" Kata Geru.
"K.... Kau becanda!!!" Kitsune berteriak sambil memeluk tangan Geru dengan bergelantungan di bawah. Lalu sayap Geru menutup dengan cepat membuat dorongan yang luar biasa membuat nya seperti lebih cepat dari kereta tercepat di dunia.
Dalam waktu 135 detik dia berhasil berhenti dengan mendadak membuat rambut Kitsune acak acakan.
"I... Itu tadi.... Membuatku.... Akh" Dia pingsan melepas tangan Geru. Untungnya Geru terbang di atas tanah sangat dekat jadi Kitsune jatuh di tanah begitu saja. Lalu sayap Geru menghilang, dia menurunkan So-in.
"Kau benar benar payah, lihat So-in, dia bahkan rapi dan tidak acak acakan seperti mu" Geru menggunakan nada mengejek membuat Kitsune terkejut.
"His.... Jika bukan karena kecepatan mu yang sangat tinggi, aku juga tidak akan acak acakan, lagipula. Kau memeluk gadis itu dengan erat sementara aku hanya di pegang tangan nya...." Kitsune menatap kesal dan sangat marah.
"Baiklah, lain kali aku akan memeluk mu dengan erat sehingga dada mu tersesak" Tatap Geru.
Seketika Kitsune terkejut lagi. "A.. Sudahlah, tak jadi... Jangan ubah posisi nya... Aku lanjut pingsan dulu" Kitsune langsung terjatuh membuat mereka terdiam.
"Ya elah, belum sadar aja, udah ngaku ngaku marah.... Benar benar" Geru hanya menggeleng.
--
"Baiklah... Kita sudah sampai" Geru melihat depan. Tak jauh rupanya mereka sudah sampai di kota selanjutnya, tempat di mana mereka melanjutkan perjalanan.
Geru mencari penginapan terlebih dahulu, meletakan Kitsune di ranjang karena masih pingsan.
"So-in.. Bisa kau jaga dia di sini.. Aku akan pergi membeli sesuatu" Kata Geru menatap So-in di dekatnya lalu so-in mengangguk manis dan Geru bisa berjalan keluar.
"(Kota ini bahkan lebih damai dari yang aku lewati...)" Dia berjalan santai di tengah kota dengan banyaknya perdagangan di sana.
"Kakak ganteng... Kau mau beli roti ku" Seorang gadis penjual roti di dekat sana memanggil Geru dari kios nya.
"Oh bisa... Kebetulan aku suka roti" Geru langsung mendekat dengan ramah.
"Bisa berikan aku yang tawar"
"Tentu" Gadis itu membalas lalu memberikan rotinya.
"Baiklah Nona Terima kasih banyak, semoga harimu baik baik saja" Geru menerimanya dengan masih tatapan ramah.
"Iya, datang lagi ya.... (Ganteng banget....)"