Hannyo berjalan keluar dari kota itu, sebenarnya bukan kota. Tapi ia terdiam berhenti ketika mendapatkan sesuatu dalam informasi pikiran nya.
"(Ada apa? Kucing hitam itu, dia mengirimkan pesan bahaya padaku?)"
Itu memang benar, kucing hitam yang ada di kapal Rokusuke, dia menatap kapal bajak laut di sana dan mengirim pesan bahaya pada Hannyo melalui gelombang pikiran.
Hannyo segera bergegas pergi dari tempat itu dan pergi ke rumah Ayasa. Ia terdiam sebelum sampai di depan rumah, dia berdiri di belakang batu mengintip yang rupanya banyak orang di sana.
Bajak laut itu sudah mengepung tempat Ayasa dan yang paling membuat Hannyo menatap serius sekaligus kesal adalah dia melihat Mizuki dan Ayasa terikat tubuhnya dan tergantung di atas tiang besi yang para bajak laut itu buat. Kedua gadis itu pingsan tak berdaya melayang sebatas tali memegangi mereka.
Hannyo melihat sekitar lagi, dia mencoba mencari Rokusuke yang tidak menjaga mereka. "(Sialan....)" Dia tampak kesal.
Sementara itu, Bos bajak laut juga berdiri di sana. "Hm.... Dimana orang yang dua gadis itu bicarakan, dia tidak muncul sama sekali.... Padahal aku sudah menggunakan kedua gadis itu sebagai umpan.... Hoi.... Jika kamu tidak mau kemari, mereka berdua akan mati..." Kata Bos bajak laut.
Tapi tiba tiba saja dan tidak di sangka sangka, ada banyak bayangan hitam muncul di bawah mereka, merambat tanpa tuan.
Hal itu membuat mereka terkejut. "Apa itu?? Apa itu bos!?" Mereka panik.
"Hah, apa ini?!" Bos bajak laut juga tidak mengerti.
Di saat itu juga, bayangan itu muncul dari bawah dan langsung menutupi mulut semua bawahan nya dan menariknya ke bawah untuk jatuh, mereka mencoba melepaskan diri tapi itu bayangan yang tidak bisa di sentuh.
Hanya Bos bajak laut yang tidak terkena hal itu. "Siapa kau!! Beranikan dirimu untuk muncul!!" Dia melihat sekitar dengan panik.
Dan di saat itu juga, Hannyo berjalan mendekat ke depan dengan tatapan datarnya.
"Kau!!! Rupanya kau yang melakukan nya!?" Bos bajak laut tampak kesal.
Tapi ia mendadak menyadari sesuatu yang bahkan sudah dari tadi dia pikirkan. "(Tunggu.... Orang ini... Penampilan nya.... Rambut hitam, mata merah, dan bayangan hitam.... Apa jangan jangan dia buronan bernilai emas tinggi di angkatan laut?! Tapi mereka bilang, dia pengguna dua pedang, aku tak melihat pedang sama sekali di sana)" Pikirnya dengan panik.
"Lepaskan mereka" Kata Hannyo dengan nada tenang nya.
"Huh, memang nya siapa kau!?"
"Kalian hanyalah orang orang yang tidak bisa melawan tanpa menyentuh ku, lihat saja orang orang itu, mereka tidak akan bisa bergerak maupun melepaskan diri kecuali mereka mati" Kata Hannyo.
"Cih, sialan.... Aku bertanya pada dirimu, Siapa kau!"
"Kuroi" Hannyo membalas. Seketika semuanya terkejut.
"Ku.. Kuroi..... (Rupanya benar, dia buronan yang aku tebak tadi, tapi... Bagaimana bisa....) Akhhh Aku akan membunuh mereka saja!!" Bos bajak laut mengeluarkan pisau dan langsung berlari ke tali dimana tali itu menyangga tubuh Mizuki dan Ayasa.
Hannyo menjadi terdiam melihat itu dan bayangan nya muncul dengan cepat ke arah orang itu.
Tapi ada yang lebih cepat. "Kuya!!!" Teriak seseorang membuat Bos bajak laut menoleh dengan panik ke atas dan di saat itu juga, sebuah kaki menendang wajahnya membuatnya terpental.
"Ups.... Maaf Haha...." Rupanya Rokusuke. Dia datang tepat waktu, tapi siapa sangka, pisau yang di pegang bos bajak laut tadi melayang layang hingga mengenai tali penyangga membuat nya putus menjatuhkan Mizuki dan Ayasa.
"Tangkap itu!" Hannyo menatap.
"Hah?! Aku tangkap, aku tangkap" Rokusuke panik sambil membuka tangan nya dan di saat itu juga. Kedua gadis itu jatuh mengenai tubuhnya. "Aduh.... Duh.... Ya ampun...." Rokusuke kesakitan terjatuhi mereka.
Sementara Bos bajak laut itu mencoba bangun. "Kau!! Sialan.... Aku akan membunuh mu!!" Dia besar mulut, tapi ada bayangan hitam menutup mulutnya membuatnya tak bisa berkata kata dan dia juga tak bisa menggapai melepas nya karena itu adalah bayangan.
Tentu saja yang membuatnya Hannyo, dia lalu berjalan mendekat melepas tali pengikat milik Mizuki dan Ayasa itu.
Tak lama kemudian, semua bajak laut itu, di ikat melingkar dengan tali mereka sendiri. "Hei!! Lepaskan kami!!" Bos bajak laut menatap kesal.
"Bos, sudahlah, kita sudah tertangkap" Kata Salah satu bawahan nya, tak hanya satu, tapi semuanya sudah menyerah.
"Kalian benar benar sangat payah!! Payah!!" Bos bajak laut tampak marah pada mereka.
Hannyo hanya menatap datar di depan mereka. Lalu datang seseorang dari belakang Hannyo, yakni Ayasa.
Bos bajak laut yang melihat nya menjadi terkejut. "Jadi, kau adalah bayi saat itu.... Aku memang sudah mengira dari kalian berdua" Tatapnya.
Ayasa terdiam ragu, lalu Hannyo memegang bahunya membuat Ayasa menoleh menengadah menatapnya. Lalu kembali menatap ke mereka. "Sebenarnya, kenapa kalian ingin mengambil ku kembali setelah kalian membuang ku di sini" Tatap nya.
"Orang tua mu, kami sudah menemukan asal usul mu, yang membuat kami tertarik untuk mengambil mu kembali adalah, kau putri dari sebuah kerajaan permata"
Di saat itu juga, Hannyo yang mendengar itu menjadi membuka mata lebar, tapi tiba tiba dia menginjak wajah bos bajak laut itu membuat semuanya terkejut.
"Apa yang kamu lakukan, dia belum selesai bicara" Ayasa menahan tangan nya.
"Kita sudah selesai bicara... Biarkan mereka mengaku pada orang orang di sini"
"Tapi...."
"Ini keputusan mu, ikut kami" Kata Rokusuke yang menambah sambil menggendong Mizuki di punggung nya yang masih pingsan.
Ayasa terdiam, ia benar benar ragu, hingga ia mengangguk. "Baiklah... Aku, akan ikut kalian"
--
Hari selanjutnya, semua orang di desa itu berkumpul menatap mereka. "Apa mereka itu, bajak laut yang dulu menyerang kita?" Mereka menatap tak percaya.
Lalu Hannyo datang bersama Ayasa. "Kedepan nya, mereka akan mengembalikan semuanya dan jadikan mereka tahanan saja hingga mereka bisa membantu kalian" Kata Hannyo pada mereka yang lalu tersenyum senang.
"Astaga, kami kira kalian benar benar jahat, ternyata tidak, kami benar benar berterima kasih pada kalian" Mereka yang tadinya tidak suka pada Hannyo yang datang, sekarang mereka senang karena telah di bantu.
Lalu mereka menatap Ayasa. "Ayasa, kami minta maaf yah... Kami telah menyalahkan mu atas semuanya, kamu boleh tinggal di sini" Tatap Mereka.
"Ah, terima kasih, tapi... Maafkan aku, aku ingin ikut mereka" Ayasa memegang tangan Hannyo membuat Hannyo terdiam.
Mizuki dan Rokusuke yang datang melihat mereka dan di sini, Mizuki menatap terkejut ketika Ayasa mendekap tangan Hannyo.
"(Ke... Kenapa dia melakukan itu?!!)"
"Um.... Sebelum kita pergi, bisa aku mengajak semua kucing kucing ku?" Ayasa menatap memohon pada Hannyo.
"Yeah, baiklah" Hannyo mengangguk.
Lalu mereka semua naik ke kapal dan kapal akan berangkat. "Semuanya! Sampai jumpa!" Rokusuke melambai pada mereka dan Ayasa juga, dia tampak terharu meninggalkan tempat itu. "(Seharusnya ini adalah hal yang membuat kesempatan agar aku bisa berbaur dengan mereka, aku tak lagi di asingkan, tapi mungkin aku harus mencoba petualangan baru)" Pikirnya dengan senang.
"Wah kalian sangat imut" Mizuki sibuk bermain dengan semua kucing itu. Tapi ia tidak tahu bahwa Ayasa mendekat ke Hannyo yang sedang berdiri.
Hannyo kebetulan sedang merokok, dia lalu menoleh ke Ayasa ketika mendengar nya datang. Ketika dia datang, Hannyo melempar rokoknya ke laut dan menatapnya. "Ada apa?"
"Aku hanya ingin berterima kasih padamu" Tatap Ayasa dengan senang.
Hannyo terdiam sebentar lalu menghela napas rokoknya untuk terakhir kali. "Ini baik baik saja, untuk mulai sekarang, kau bisa ada di sini merawat kucing kucing mu" Kata Hannyo. Lalu Ayasa mengangguk.
"Sebelumnya, bisa aku meminta sesuatu dari mu?"
"Minta apa?" Hannyo menatap sambil mengangkat satu alisnya.
"Dari aku lahir hingga sekarang, aku belum pernah mendapatkan sebuah pelukan hangat, boleh aku memeluk mu" Ayasa menatap memohon dengan wajah super cantik nya.
"Kau masih kecil untuk marihku" Hannyo membalas begitu membuat Ayasa berpikir dua kali.
"Um, kalau begitu tolong berlutut lah..."
Hannyo menghela napas pasrah lalu berlutut seketika Ayasa memeluonya dengan kencang dan Hannyo hanya terdiam.
"(Ini sangat hangat, sungguh hangat....) Aku tidak pernah merasakan pelukan yang sangat hangat seperti ini.... Sangat hangat...." Ayasa sangat erat memeluk.
Tapi Mizuki kebetulan melihat itu dan menjadi terkejut. "(Apa yang sedang.... Dia lakukan...)" Dia mengepal tangan. Namun dia harus menahan nya. "(Kenapa aku tak mau dia melakukan itu tapi aku malu untuk menyatakan nya, sebaiknya aku hanya diam saja....)" Dia membuang wajah dan lebih fokus bermain dengan kucing kucing itu.
"Apa kau tidak pernah mendapatkannya dari seseorang termasuk yang merawat mu itu?"
"Um, nenek ku meninggal ketika umurku 4 tahun.... Aku di paksa melakukan semuanya sendiri, meskipun nenek sering memeluk ku sejak kecil, aku tidak akan bisa merasakan nya sampai sekarang karena saat itu masih sangat kecil" Balas Ayasa membuat Hannyo terdiam lagi.
"Um.... Apa yang seharusnya aku panggil untuk memanggil mu?" Ayasa menatap.
"Kau bisa memanggil apa yang dikatakan Mizuki juga... Hanya perlu memanggil begitu tidak perlu sampai di pikirkan" Balas Hannyo.
"Ah begitu, lalu selanjutnya, kita akan kemana?"
"Mungkin mengikuti tujuan saja kemana kapal ini akan pergi"
"Apa kita bisa mencari orang tua ku?" Tanya Ayasa.
". . . Yeah, mungkin.... Hanya perlu menunggu saja untuk mu..." Balas Hannyo membuat Ayasa terdiam. "Sebenarnya, kenapa dari tadi kamu seperti menyembunyikan sesuatu soal orang tua ku, kamu bahkan menghentikan bajak laut itu bicara ketika dia mengatakan soal putri permata"
". . . Sebenarnya, putri dari Kerajaan permata adalah mereka yang termasuk di ancam bahaya, karena kerajaan permata memang melahirkan darah permata dalam diri mereka. Mereka yang keluar dari sana akan di bunuhd an di ambil permata nya yang ada di jantung mereka, jika sampai orang mendengar mu adalah seorang darah permata, mereka pastinya akan memburu mu dan membunuh mu" Kata Hannyo seketika Ayasa terkejut.
"Ba.... Bagaimana bisa?!!"