"Hei, bukankah itu...." Para angkatan laut yang menatap Hannyo di depan mereka menjadi terdiam.
"Hah, itu bukanya.... Yang memiliki jumlah buronan sangat banyak!!"
"Itu benar!! Kuroi!! Dia adalah Kuroi pengguna dia pedang!!!" Mereka malah terkejut sendiri.
"Astaga, jika kita menangkap nya kita akan langsung naik jabatan!! Ayo serang!!" Mereka akan menyerang tapi siapa sangka. Mereka langsung jatuh seperti tersandung karena bayangan hitam melilit kaki mereka membuat mereka terkejut tak bisa melepaskan diri.
"Apa ini!!" Mereka mencoba melepaskan ikatan bayangan itu tapi ketika menoleh ke Hannyo, dia sudah memunculkan dua pedang nya. "Aku menjadi iblis kematian untuk kalian" Tatapnya membuat mereka langsung terpucat, dan begitulah sejarah dibuat, angkatan laut tewas karena di cabut nyawanya.
Sementara itu, Mizuki terus menggores tali tambang yang kuat itu hingga tangan Rokusuke berhasil lepas.
"Berikan padaku, biar aku yang melakukannya" Ulur Rokusuke lalu Mizuki memberikan nya, tapi tiba tiba pisau itu tertembak peluru membuatnya lepas dari tangan Rokusuke. Seketika mereka berdua terkejut.
Satu angkatan laut itu akan membidik Mizuki tapi tiba tiba ada pedang yang terayun di punggungnya membuatnya terjatuh pingsan. Rupanya yang melakukan nya Hannyo.
Rokusuke yang melihat itu menjadi terkejut dengan mata tak percaya.
Lalu Hannyo berjalan ke mereka dengan wajah datarnya.
"Kuroi!!" Rokusuke terlihat senang, lalu dengan pedangnya, Hannyo melepas tali pengikat itu di tangan kiri Rokusuke membuatnya bebas.
"Kuroi… Haha" Rokusuke langsung melompat dan memeluk Hannyo membuat Mizuki terkejut melihat mereka tapi Hannnyo hanya menghela napas panjang, lalu mendorong wajah Rokusuke untuk berhenti memeluknya.
Tapi terlalu lengket, jadi Rokusuke tidak melepasnya.
"Sialan, lepaskan aku, kau benar benar memalukan..." Hannyo bahkan memaksa mendorong nya. Itu karena dilihat Mizuki yang terpelongoh.
"Ya ampun, Kuroi, aku benar benar sungguh tak mneyangka kau datang menjemputku setelah ada 6 tahun berlalu yah... Aku benar benar merindukan--
"Pergilah, dari ku!!" Hannyo langsung menariknya dan menjatuhkan nya membuat Rokusuke terdiam, tapi ia tertawa. "Hahaha.... Kau benar benar sungguh sangat kuat..."
"Kau orang yang membuat ku bilang sialan.." Hannyo menatap datar agak kesal.
"Ehem… Kakak, lihat itu" Tunjuk Mizuki di belakang mereka, banyak angkatan laut yang mengepung mereka dengan senjata mereka.
"Hoi kalian!! Kalian tidak akan bisa lari kemanapun!!"
"Kita harus lari" Kata Hannyo.
"Kenapa tidak melawan mereka saja?" Tawar Rokusuke.
"Itu hanya akan menambah jumlah buronan kita"
"Kenapa? Bukakah kita memang seorang buronan" Kata Rokusuke.
Tapi Hannyo mendekat ke Mizuki dan menggendongnya di dada. "Terserah saja, aku mau pergi duluan"
"Heh… Kuroi… Tunggu aku kalau begitu" Mereka mulai melarikan diri dari kejaran angkatan laut, mereka terlalu banyak. Tapi mau bagaimana lagi, mereka benar benar sudah terkepung.
"Gimana Kuroi? Mau melawan?" Tatap Rokusuke sambil meregangkan tangan nya.
"Haa… Terserah" Balas Hannyo, ia menurunkan Mizuki lalu memunculkan dua pedang nya melalui bayangan hitam di kedua tangan nya. Para anggota angkatan laut yang melihat pedang Hannyo saja sudah ngeri.
"Kuroi, jika kau membunuh angkatan laut, kau kan membuat dirimu bukan lagi buronan kapal, tapi penjahat pembunuh berantai" Kata Rokusuke.
"Hoi…. Kalian berdua, serahkan diri kalian!" Teriak satu anggota angkatan laut.
"Hanya orang bodoh yang melakukan itu" Balas Hannyo, seketika ia berlari ke mereka.
"Aku tidak akan kalah" Tambah Rokusuke yang juga mengarah mereka.
Semua anggota angkatan laut siap menembakkan peluru tapi Rokusuke menghindarinya dengan cepat dan memukul mereka semua hingga pukulan nya benar benar kuat.
Hannyo menangkis semua peluru itu dengan pedangnya dan mulai melawan mereka.
"Kakak, sebenarnya apa yang kamu lakukan.... Aku sungguh takut..." Mizuki tampak ketakutan melihat mereka, apalagi dia di tinggal.
Tapi ia tak tahu, bahwa di belakang Mizuki ada satu anggota angkatan laut akan menangkapnya. Untungnya Hannyo waspada dari jauh, ia melempar pedangnya dengan sangat tepat dan sempurna. Pedang itu menjadi bayangan di udara dan dengan segera memukul orang yang akan menangkap Mizuki. Mizuki hanya bisa ketakutan meihat sekitar.
Lalu pedang Hannyo muncul lagi di tangan nya, seketika dalam beberapa menit, semua anggota angkatan laut itu kalah, Hannyo melihat pedangnya penuh darah lalu ia melepas pedangnya yang jatuh menjadi bayangan.
Rokusuke terengah engah tapi ia masih memasang wajah senang itu seperti ia menikmati memukul semua orang itu.
Mereka akhirnya bisa pergi dengan tenang
"Kuroi, apa kita harus pergi?" Tanya Rokusuke, ia melihat semua orang di pulau itu sudah kosong karena mereka semua melarikan diri.
"Kita jelas harus pergi, sebelumnya aku harus mengambil baju ku dulu" Hannyo dengan santai masuk ke kedai tadi. Seketika pemilik kedai itu terkejut akan kedatangan Hannyo.
"Aku mohon jangan bunuh aku, kasihanilah aku" Dia ketakutan begitu tahu siapa Hannyo. Padahal tadi dia menghormati Hannyo, sekarang takut padanya.
"Dimana bajuku yang tadi?" Tanya Hannyo, di mata pemilik kedai itu, ia tampak menngerikan dan segera mengambil tas yang berisi pakaian nya seketika Hannyo mengambilnya dan langsung pergi.
Setelah Hannyo pergi, pemilik kedai itu menghela napas lega.
"(Astaga, aku hampir saja mati. Lelaki tampan sepertinya rupanya seorang buronan, dunia ini benar benar bahaya deh)"
Mizuki dan Rokusuke melihat sesuatu dari luar. Lalu Rokusuke menoleh ke Hannyo. "Kuroi, sepertinya kita harus segera pergi" Kata Rokusuke karena dari pagar tembok tadi, ada angkatan laut yang datang akan mengepung mereka lagi.
Lalu mereka pergi ke pelabuhan dan menemukan satu kapal angkatan laut. "Ayo belayar!!" Kata Rokusuke.
Hannyo membantu Mizuki naik kapal itu dan Mizuki menjadi berwajah senang melihat pemandangan dari sana. "Sangat keren" Kata Mizuki. Ia benar benar sangat senang.
"Wah, apa ini pertama kalinya dia naik kapal?" Tatap Rokusuke.
"Yeah begitulah" Hannyo membalas dengan wajah datar.
Seketika kapal mulai bergerak cepat dibantu angin yang kencang membuat mereka bertiga berhasil lolos dari angkatan laut itu.
"Itu tadi hampir saja" Kata Hannyo melihat ke belakang.
Sementara Mizuki tampak senang sambil melihat laut dari tempatnya. "Kakak, lihat, pemandangan di sini benar benar sangat indah" Kata Mizuki.
Hannyo mengangguk lalu melihat ke Rokusuke yang memegang perutnya sambil memegangi tiang kapal. "Ukh… Kuroi, apa kau tidak punya makanan di sini, kau tahu kan aku belum makan selama beberapa tahun ini, mereka hanya memberikan ku roti basi setiap hari"
"Sayang nya aku tak membawa apapun, mungkin kau bisa merekrut seorang koki kapten" Kata Hannyo.
"Rekrut? Aku suka merekrut? Aku kapten lagi!!" Teriak Rokusuke dengan sangat bersemangat.
"Ngomong ngomong, soal masa lalu, aku benar benar minta maaf" Kata Hannyo. Seketika Rokusuke terdiam dengan wajah polosnya, lalu ia tersenyum lebar. "Tak apa Kuroi, aku yakin kau juga punya maksud meninggalkan ku dari tangkapan angkatan laut itu, tapi lihat hasilnya kita kembali bersama, bagaimana dengan buronan mu? Apa kau maish menjadi buronan legenda pertama?"
"Selama semua orang tidak mengenal bentuk iblis ku, mereka juga akan mengira aku manusia sama seperti mereka"
"Kuroi, kau lupa… Meskipun wujudmu manusia pun, kau tetap akan menjadi buronan angkatan laut di sini, jika legenda buronan pertama adalah kau maka kau adalah buronan pemegang pedang ganda" Kata Rokusuke.
"Aku tidak peduli itu, yang penting berita buronan angkatan laut ini tidak tersebar keman mana" Balas Hannyo.
"Yah pastinya kita akan jadi buronan, kita akan berpetualang!! Di lautan!!" Kata Rokusuke dengan semangat.
"Sebelumnya jangan salah paham dulu, aku benar benar ikut kau kali ini hanya menumpang mengantarku mencari pecahan Kimo" Kata Hannyo.
"Oh pecahan itu, aku ingat kau masih membahasanya dulu... Aku tahu pecahan itu pasti sangat berharga untuk mu" Balas Rokusuke.
Sementara Mizuki yang di sana menjadi bingung dengan apa yang mereka bicarakan. Lalu ia melihat sesuatu di samping pojok kapal, ada peti kecil di sana yang seukuran kertas.
Ia kesana dan perlahan membukanya. Seketika wajahnya terkejut ketika melihat kertas buronan yang sangat banyak. Ia menemukan nama dan gambar Rokusuke dan ia langsung tambah terkejut ketika melihat berapa harga buronan rokusuke, tak ni sebanyak 200.000.000 keping emas.
Seketika wajah Mizuki gemetar. Lalu Rokusuke tiba tiba mendekat. "Halo"
"Akhhhh" Ia langsung terkejut melepas kertas itu. Kertas itu terbang ke tangan Rokusuke. "Woah ini aku" Ia langsung tertawa senang.
Tapi Mizuki menjadi ketakutan. Lalu dia berlari di belakang Hannyo membuat rokusuke bingung. "Ada apa dengan gadis itu?"
"Sepertinya dia terkejut melihat angka buronan mu" Kata Hannyo. Tapi rokusuke hanya memasang wajah bingung.
"Oh, jadi begitu! Kamu takut angka buronan ku, kenapa malah mendekat ke Kuroi" Rokusuke menatap membuat Mizuki bingung.
"Kakak? Memang nya kakak ada apa?" Ia menatap polos.
"Aku punya sesuatu yang dapat menjelaskan bahwa dia lebih mengerikan dari ku" Rokusuke memberikan kertas pada Mizuki. Ketika Mizuki akan mengambilnya, tiba tiha tangan Hannyo mengambil langsung kertas itu dan meremasnya lalu membuangnya ke lautan.
"Ah, kakak, apa yang kakak lakukan??" Mizuki menatap kesal.
"Ahahah, aku masih punya lagi" Rokusuke mengeluarkan lagi, tapi Hannyo melakukan hal yang sama.
"Haha, lagi" Rokusuke mengeluarkan banyak, di saat itu juga, Hannyo langsung meremas kerah Rokusuke dan mendekat. "Kau sialan, kau sialan, kau sialan..." Ia menatap dengan wajah datar dan suram membuat Rokusuke bahkan masih tertawa.
Lalu kertas kertas itu jatuh dan Mizuki mengambil satu membuat Hannyo menoleh padanya dan langsung terpaku.
Di saat itu juga, Mizuki memasang wajah terpucat. Jika milik Rokusuke memiliki poin 200.000.000 keping emas. Milik Hannyo lebih dari banyak yakni 500.000.000 keping koin emas dan 200.000.000 keping perak.
"Astaga... Ini benar benar sungguh sangat besar....." Mizuki bahkan sungguh sangat shock, dia menjatuhkan kertas itu lalu menatap ke Hannyo dengan wajah masih tak percaya dengan apa yang terjadi.
"Mizuki...."
"Kakak, kau benar benar sungguu sangat keji..." Mizuki langsung mengatakan itu membuat suasana diam.