"Hei kalian, sialan!!" Seseorang yang marah mendekat pada mereka, dia adalah salah satu orang yang di pukul Rokusuke tadi. Mendekat dengan marah tapi Hannyo hanya menatap datar dengan masih memegang kepala Rokusuke.
"Berani nya kalian mengacau di tempat ini, sudah beberapa kali di ingatkan bagi kalian yang menjadi pendatang baru atau apalah, kalian sudah tidak di perbolehkan kemari!!!" Kata pria yang sungguh sangat marah pada mereka.
Hannyo yang mendengar itu menurunkan Rokusuke dan menatap serius. "Memang nya kami sama pada mereka, apa yang terjadi sebelumnya, bukankah itu tidak ada hubungan dengan kami yang datang baru saja bukan, apalagi kalian benar benar dengan seenaknya menuduh kami begitu" Hannyo menatap serius.
"Ini memang benar, karena pendatang baru seperti kalian, kalian seenaknya datang dan menjarah tempat ini, kalian tidak ada bedanya dengan bajak laut yang keji, setelah harta kami terkuras, ada masalah muncul lagi… mereka meninggalkan bayi perempuan di tempat ini, gadis yang kalian bawa itu mungkin dari darahnya juga!!! Kita harus membunuh darah keturunan orang yang tidak baik!!" Pria itu menambah dan semakin meninggikan nada bicaranya.
"(Sebenarnya apa yang dia bicarakan, aku benar benar tidak mengerti)" Hannyo terdiam bingung, lalu ia berbalik. "Baiklah, kami akan pergi jika kehadiran kami tidak di terima" Kata Hannyo, lalu berjalan pergi.
"Eh kuroi, tunggu...." Rokusuke mengejarnya keluar.
"(Jika memang tempat ini memiliki masa lalu yang membuat orang orang nya tidak percaya pada pendatang mungkin aku harus mendengar dari awal, bukan dari masalahnya)" Pikir Hannyo sambil berjalan keluar.
Namun ia baru ingat sesuatu, yakni Mizuki yang tidak ada di sampingnya, apalagi di luar, padahal Mizuki terakhir kali ada di luar.
"(Dimana gadis itu?)" Dia menoleh ke sekitar.
Sementara Rokusuke masih kesal sendiri. "Ck, sialan sekali, padahal aku hanya ingin makan masa tidak boleh, benar benar menjengkelkan sekali… Hoi, Kuroi, kenapa kita tidak melawan mereka saja….? Apa yang sedang kau cari itu?" Rokusuke menatap bingung pada Hannyo yang sibuk melihat sekitar.
Lalu Hannyo mengatakan soal Mizuki. "Aku mencari gadis itu, dan sekarang dia benar benar hilang" Meskipun dia mengatakan begitu, tapi wajahnya benar benar masih tenang dan tidak panik, bahkan sungguh sangat biasa.
"Hah!?!?!? Apa!?!??! Bagaimana bisa?!?!?bagaimana ini, bagaimana jika dia terculik seseorang di sana?!?!?" Rokusuke malah panik sendiri.
Namun tiba tiba, Hannyo merasakan sesuatu di indra penciuman nya. Lalu ia melihat ke sekitar lagi dan insting nya menunjukan bahwa aroma dari tubuh Mizuki telah ia endus dan ia telah mengenalinya, lalu berjalan ke tempat dimana aroma itu bisa di rasakan, yang mengarahkan nya ke Lorong kecil.
"Mizuki…." Dia memanggil nama Mizuki tapi tak ada jawaban, Rokusuke yang melihat itu lalu mendekat. "Kuroi… Sebaiknya kita segera pergi dari sini, karena, mereka bisa saja mengejar kita dan malah melawan kita nantinya, jika mereka sudah takut pada pendatang yang membawa kapal, kita juga harus menghargai itu sebelum mereka benar benar berani untuk melawan kita…." Tatap nya, kali ini dia benar benar bicara serius.
Hannyo menjadi terdiam, dia tak mendengarkan itu dan malah membalas sesuatu. "Jika kau ingin pergi, tinggal pergi saja, karena aku penasaran dengan tempat ini dan firasatku mengatakan, di sini memiliki pecahan bola kimo karena aku bisa merasakan nya dari jauh, tepatnya keluar tempat ini…" Hannyo menatap sebuah bagian samping yang menunjukan gapura keluar selamat jalan tempat itu, di sana tepatnya di depan sana hanyalah tempat seperti bukit bukit gurun panas dan gersang, tapi dia yakin, di sana juga pasti adanya kehidupan.
"Jadi, bagaimana? Apa kita akan ke sana?" Rokusuke menatap.
"Yeah, aroma dari gadis itu juga di sini, tapi aku merasakan sesuatu yang aneh"
"Apa itu? Apa ada sesuatu?"
"Ada aroma lain, aroma gadis juga, jadi mungkin, Mizuki pergi karena gadis lain yang aku endus aroma nya juga" Kaya Hannyo.
"Hm…hebat juga penciuman tajam iblis seperti mu…"
Sebelumnya, Mizuki mencoba melihat lebih dekat gadis itu, tapi siapa sangka, ia tersandung batu membuat keseimbangan nya kurang.
"Uwahhhh!!" Ia terjatuh dan itu membuat gadis itu menoleh dengan terkejut, ia akan pergi tapi Mizuki menoleh. "Tunggu, aku mohon tunggu...." Dia langsung berdiri meskipun lututnya terluka, dia menahan tangan gadis itu yang rupanya sebaya dengan nya, gadis itu menoleh padanya dan seketika Mizuki terkejut karena gadis itu sungguh sangat cantik.
"Ah, lepaskan aku" Gadis itu tiba tiba menangis membuat Mizuki terkejut.
"Tunggu, aku bukan orang jahat, aku senang menemukan gadis di sini, termasuk kamu" Tatap Mizuki mencoba meyakinkan nya membuat gadis itu benar benar percaya padaya lalu mengangguk.
"Aku Mizuki, siapa namamu?" Mizuki menatap dengan ramah.
Lalu Gadis itu menjawab dengan ragu. "Nama ku Ayasa"
"Ayasa, nama yang bagus banget" Mizuki menatap senang.
"Benarkah begitu, terima kasih banyak, um…. Apa kita bisa jadi teman?" Ayasa menatap malu malu.
"Iya, tentu, kita bisa jadi teman baik hehe, ngomong ngomong Ayasa, apa kamu suka kucing?" Mizuki menatap kucing kucing liar itu yang ada di bawa Ayasa.
"Ya, mereka sangat manis, aku juga punya di rumah"
"Di rumah? Bisa aku melihatnya?" Mizuki menatap memohon.
"Eh, kamu yakin?" Gadis Bernama ayasa itu menatap khawatir.
"Ini baik baik saja, ayo, ajak aku ke tempat mu"
Lalu ayasa mengangguk dan mereka bergandeng tangan, dan di saat itu juga mereka keluar dari pemukiman itu.
Di sisi lain, Hannyo dan Rokusuke sudah sampai di suatu tempat Ketika mereka juga benar benar keluar dari tempat itu, mereka mengikuti jejak Mizuki dengan indra penciuman Hannyo hingga mereka menemukan sebuah tempat yang bisa di katakan seperti sebuah rumah yang sangat kecil, bahkan hanya terbuat dari kayu saja.
"Tempat apa ini? Apa mizuki sampai sini?" Rokusuke melihat sekitar dengan bingung.
Hannyo terdiam lalu ia mengangguk. "Yeah, ini tempatnya"
Di dalam Mizuki menatap kucing kucing yang manis di sana.
"Wah kupikir tadi kecil, ternyata setelah sampai di dalam, tampilan nya rapi dan begitu nyaman" Tatap nya ke sekitar. Di sana ada kamar dan ruangan makan.
"Kemarilah Mizuki, aku membuat makanan tadi" Kata Ayasa, di meja ada roti dan sup bumbu.
"Wah kelihatan nya enak, eh tapi.... Bukankah itu untuk mu?" Mizuki menatap.
Ayasa terdiam sebentar dengan senyum tertempel. "Um.... Aku masih ada banyak persediaan kok... Ngomong Ngomong... Apa kamu bisa menetap di sini?"
"Eh, kenapa? Aku tidak bisa... Kakak akan mencari ku nanti"
"Kakak?" Ayasa bingung.
Tapi di saat itu juga, pintu terketuk membuat Ayasa terkejut. "Mizuki, waspada, sembunyilah" Ia waspada.
"Apa?! Apa yang terjadi?" Mizuki ikut panik.
Tapi ada suara muncul. "Hoi Mizuki, gadis Mizuki!!" Suara dari Rokusuke yang juga mengetuk pintu sementara Hannyo ada di belakangnya menunggu.
"Ah, itu kak Rokusuke" Kata Mizuki.
"Eh, kamu kenal? Tunggu, itu bahaya" Ayasa menatap mencegah Mizuki yang akan membuka pintu.
"Eh, kenapa?"
"Jangan itu bahaya" Ayasa tampak takut.
"Jangan khawatir" Mizuki berjalan ke pintu dan membukanya dan rupanya benar.
Itu Rokusuke dan mereka saling menatap. "Akhirnya ketemu juga, lain kali, kau harus izin pada kami, jangan asal pergi" Tatap Rokusuke dengan tajam.
Seketika Mizuki terkejut. "Ah benar, aku lupa.... Aku benar benar lupa izin pada kalian, aku benar benar minta maaf" Mizuki menatap menyesal.
Lalu Hannyo mendekat. "Sebaiknya kita perhi sekarang" Kata Hannyo.
Tapi ada yang berteriak. "Tunggu!" Langsung menarik tangan Mizuki dari dalam.
Hannyo dan Rokusuke menoleh dan mereka sama sama terdiam ketika melihat gadis cantik. "Rupanya benar, ada gadis lain, penciuman mu benar, Kuroi" Kata Rokusuke yang masih tak percaya.
Hannyo terdiam dan di saat itu juga dia mengerti sesuatu. "Sebaiknya kita menetap" Dia langsung bilang begitu membuat Rokusuke terkejut. "Apa yang kau katakan Kuroi?!"
"Ini masalah yang harus di pecahkan.... Masalah soal tempat ini.... (Dan juga....)" Hannyo melirik ke saku gadis cantik bernama Ayasa itu yang rupanya ada satu pecahan Kimo ada di kantung nya dan Hannyo susah bisa merasakan hal itu.
"Ayasa, mereka baik, jangan khawatir.... Aku mohon terima mereka" Tatap Mizuki.
"Um, kalau begitu, masuk saja" Ayasa akhirnya bisa menerima dan berbaur dengan mereka karena Mizuki.
"Hmp, tidak ada makanan" Rokusuke menjadi meremehkan.
Hannyo uang mendengar itu menjadi kesal dan langsung melemparkan kantung tidak terlalu besar di wajahnya, entah itu datang dari mana membuat Rokusuke terkejut melihat kantung itu yang rupanya isinya daging.
"Uwah!!! Bagaimana bisa?!!" Rokusuke menatap terkesan.
"Ck, aku mengambilnya ketika ada di warung makan tadi, sekarang pergi lah ke tempat manalun, makan sesuka mu" Kata Hannyo.
"Ahaha, Kuroi.... Kau memang paling mengerti aku" Rokusuke menjadi senang.
Lalu Hannyo menoleh ke Ayasa yang terdiam menatapnya.
"Ini, aku masih ada" Hannyo memberikan kantung lain pada Ayasa.
"Ah tidak, tidak perlu" Ayasa menolak dengan tidak enak.
"Aku tahu kau tidak bisa makan, jadi makanlah ini dan setelah itu, biarkan aku bertanya sesuatu padamu" Kata Hannyo membuat Ayasa terdiam menatap Mizuki yang mengangguk padanya. "Jangan khawatir, kakak sangat baik, jadi tidak perlu takut" Mizuki menjadi meyakinkan Ayasa yang bahkan langsung mengerti.
Malamnya, Dengan buruknya, Rokusuke tertidur begitu saja di depan rumah itu dan Hannyo berjalan mendekat ke sana, sepertinya dia baru saja pergi ke suatu tempat. Ia melihat Rokusuke yang tertidur kekenyangan hingga ada di luar, tak peduli di gigiti nyamuk.
Hannyo hanya mencueki itu lalu menoleh ke atas menatap bulan sambil membuka rokoknya lalu menyalakan nya. "(Bagaimanapun juga, aku harus cari cara untuk mengambil pecahan itu dari gadis itu... Aku tadi berkeliling tempat ini, tempat ini seperti sebuah pulau yang tidak terhubung ke berbagai tempat tapi rupanya, aku menemukan sesuatu. Tempat ini bukan pulau, melainkan sesuatu yang terhubung dengan jalur kota, jadi jika tanpa kapal pun masih bisa melewati tempat ini dengan jalan kaki, dengan begitu, aku bisa memutus jalur dan bertemu dengan salah satu dari mereka, antara Gery dan yang lain nya)" Pikirnya, sepertinya dia akan di pertemukan dengan salah satu dari jenis nya.