Setelah 4 jam berlalu sungguh sangat lama, mereka sudah hampir sampai.
"Apakah sudah hampir sampai, aku benar benar lelah" Kata Kanade, sementara Mizuki di gendong Hannyo di belakang.
"(Iri sekali aku pada Mizuki)" Pikir Kanade, ia juga ingin dibawa Hannyo.
"Kenapa kakak, iri?" Mizuki malah membuat Kanade kesal.
"Hiz kamu benar benar gadis nakal yah...."
"Hehe, aku memang tidak kuat berjalan jauh, kaki kakak kan panjang, harus nya bersyukur" Mizuki menatap.
"Haiz.. Terserah kamu anak kecil..." Kanade hanya menggeleng. Lalu ia menatap ke Hannyo.
"Sebelum nya bisa aku bertanya sesuatu soal kedua desa di depan? Kudengar mereka memiliki perang yang sungguh sangat dasyat... Bagaimana jika tempat milik wanita yang kamu bicarakan itu bahaya, apalagi ketahuan samurai yang lari dari perang" Tatap Kanade.
". . . Itu tidak akan terjadi kecuali mereka memiliki masalah dengan nya, sejauh ini, kuil yang mereka tempati adalah yang paling aman di dua daerah. Kuil di tengah hutan dan sungguh sangat lama di tinggalkan membuat semua orang berpikir, kuil itu benar benar sudah sangat ditinggalkan dan tidak terlalu penting" Balas Hannyo dengan wajah serius nya.
"Ah begitu, jika kuil itu lama ditinggal, pastinya ada bagian yang rusak dan tidak utuh?"
"Aku sudah memperbaiki semuanya, halaman di kuil itu sungguh sangat nyaman untuk para anak anak bermain dan lagi, atap atap yang bocor, sudah aku perbaiki" Balas Hannyo sekali lagi.
"Wah wah... (Pria yang baik sekali.... Tapi sikap dingin nya membuat kami para wanita entah harus berpikir apa....) Oh iya, kira kira jika aku di sana, apa yang kurang untuk kebutuhan mereka?"
". . . Selimut"
"Selimut? (Itu jawaban yang sungguh mencerminkan banyak hal...) Baiklah, aku akan membeli selimut untuk mereka nantinya, pasti..." Kanade sudah berambisi.
Tapi Hannyo menjadi terdiam ketika melihat asap tebal di kuil itu. Seketika Hannyo terkejut dan menurunkan Mizuki membuat Mizuki menjadi bingung. "Tunggulah di sini" Kata Hannyo seketika ia berlari cepat ke sana.
Sebelumnya, Wulam pergi mencari apa yang ia butuhkaan yakni beras emas itu, setelah ia mendapatnya, ia langsung kembali ke tempat adik adiknya. Beras itu memang sangat mahal tapi ia mendapatkan satu kantung kecil dan itupun juga sudah membuat senang.
"(Sebelumnya, aku memang melakukan hal ini.... Apa yang dikatakan Tuan Pengelana saat itu memanglah sangat benar, sungguh sangat benar, aku tidak boleh melayani dua pihak sekaligus, tapi aku terpaksa karena aku ingin secepatnya mendapatkan beras emas itu.... Untuk anak anak itu, aku akan melakukan apapun agar mereka tidak akan kelelahan dan akhirnya, aku benar benar berhasil, mari kita tanam bersama dan kita bisa kenyang setiap hari....)" Ia tampak sangat senang.
Tapi ada 3 samurai dengan kuda mereka yang berhenti di bawah tangga kuil. "Ini tempatnya" Kata salah satu dari mereka. Lalu mereka bertiga turun dari kuda mereka masing masing dan berjalan menuju ke atas kuil melewati tangga batu itu.
Hingga sampai di atas, mereka melihat anak anak itu tengah bermain di halaman kecil kuil. Semua anak anak yang kebetulan melihat menjadi terkejut dan menjadi takut akan mereka.
"Hoi.. Dimana jalang itu?" Kata salah satu samurai sambil mengeluarkan pedang membuat semua anak anak semakin takut.
"Dia tak ada di sini, kita bunuh saja mereka, bisa jadi jalang itu juga memberitahu mereka" Kata rekan samurai itu, tapi di sisi lain Wulam berjalan pulang dan melihat 3 ekor kuda itu yang ada di bawah pohon. Seketika wajahnya benar benar terkejut dan segera berlari naik ke atas. Terlihat satu adiknya di pegang oleh samurai itu yang siap membunuh nya dengan pedang.
"Hentikan!!!" Teriak Wulam membuat tiga samurai itu menoleh.
"Itu dia… Tangkap jalang ini" Mereka menangkap tangan Wulam membuat Wulam terkejut.
"Lepaskan kakak" Dua anak itu maju dan memegang tangan samurai itu.
"HOI… lepaskan, kalian budak!" Satu samurai itu memukul kepala satu anak itu dengan pegangan pedangnya membuat kepala bocah itu berdarah.
"Hentikan ini" Wulam mulai menangis, ia tak bisa kemana mana karena ia dipegang satu samurai itu sementara dua samurai lain mengangkat pedangnya dan mengayunkan nya membunuh dua bocah yang berani tadi. Tak di sangka sangka Wulam melihat kedua anak itu terbunuh di matanya sendiri. "Tidak!!"
"Bakar rumah ini" Satu samurai itu menarik semua bocah tersisa keluar dari kuil dan mengumpulkan mereka, mereka tampak ketakutan, menangis dan tak bisa apa apa. Lalu kuil itu terbakar perlahan.
"Tidak!!" Teriak wulam.
"Kita bunuh bocah bocah ini" 2 samurai itu berdiri di anak anak yang terkumpul itu. Mereka akan menusuk anak anak itu tapi tiba tiba saja samurai yang memegangi Wulam menjadi tertusuk tubuhnya dari belakang oleh pedang yang tajam.
Wulam terdiam dan terlepas jatuh melihat samurai itu jatuh ke bawah dan mati di sana. Lalu seseorang yang menusuknya itu menendangnya hingga mayat itu berguling jatuh dari tangga.
Wulam menengadah dan melihat bahwa itu Hannyo. "Tuan pengelana"
Tapi Hannyo menodongkan pedang tajam nya pada Wulam sambil berkata dengan nada marah. "Aku sudah bilang padamu jangan coba coba melayani di dua sisi, inilah akibatnya!" Kata Hannyo seketika Wulam terdiam.
Lalu Hannyo menarik pedangnya dan seketika menyerang dua samurai tersisa itu.
"Apa yang kau lakukan?! Siapa kau?!" Mereka melawan tapi perlahan tangan dan kaki mereka tercincang oleh pedang Hannyo. Hannyo dengan wajah datar nya mengayunkan pedangnya dan menendang tubuh mereka hingga jatuh ke tangga itu. Terlihat tubuh dan pipi Hannyo terkena darah mereka. Ia membunuh mereka dengan sangat keji.
Hannyo mengusap pipinya dengan lenganya lalu menghilangkan pedangnya.
Ia menoleh pada anak anak itu, lalu ia mendekat dan mengulur tangan, tapi anak anak itu semakin gemetar dan langsung berlari menjauh dari Hanyo, mereka mendekat ke Wulam sambil menatap Hannyo dengan tatapan takut.
Hannnyo terdiam, ia melihat telapak tangan nya sendiri yang berlumur darah, lalu ia berdiri tegap dan membalik badan. Anak anak itu takut akan penampilan nya dan gaya membunuhnya yang sangat kejam. Hannyo menyadari hal itu setelah ia menunjukan nya pada mereka, ia tidak tahu apa yang akan mereka pikirkan dengan otak polos mereka jika tahu Hannnyo memegang pedang.
Lalu Hannyo akan berjalan pergi, tapi Wulam memegang tangan Hannyo menghentikan nya pergi.
"Tunggu, maafkan aku" Kata Wulam. Hannyo hanya terdiam tak menolehkan pandangan nya.
"Maafkan aku, aku tak mendengarkan mu… Aku sengaja bekerja di dua tempat malam itu sat aku pulang terlambat, akibatnya mereka salah paham mengira aku bekerja sebagai mata mata, rupanya itu yang kau maksud kan, aku benar benar menyesal, maaf kan aku" Kata Wulam, ia bahkan sampai berlutut menangis masih memegang baju Hannyo.
Hannyo terdiam, ia lalu berbalik dan melepas tangan Wulam membuat Wulam terkejut.
"Manusia tidak memiliki kesabaran yang utuh"
Mendengar itu Wulam terdiam, lalu Hannyo berjalan pergi dengan tatapan datar dan mata melebar nya, ia pergi meninggalkan mereka. Wulam menjadi menangis dan adik adiknya yang tersisa itu mendekat menenangkan kakak nya.
Tapi tak lama kemudian Kanade datang. Ia membuat semuanya menoleh padanya. Kanade terdiam dan menyapa dengan canggung.
"Siapa kau" Salah satu anak bertanya.
"Ah maaf aku tidak memperkenalkan diri, aku Kanade, aku diminta seorang lelaki pengelana untuk menemui kalian… Tempat kalian, aku benar benar minta maaf sebelumnya, tapi aku akan membantumu, dia memintaku membantumu" Kata Kanade sambil berlutut mendekat padanya.
Lalu Wulam terdiam dan menangis seketika memeluknya membuat Kanade terkejut. "Hiks… Apa kau kenal dia?"
"Aku juga sama sepertimu, aku tidak mengenalnya dan aku sendirian di rumah ku, jadi dia memintaku kemari dan menganggap kalian semua sebagai keluarga ku, aku akan membantumu menanam dan menghasilkan makanan dan membuatnya" Kata Kanade dengan senyum ramahnya lalu Wulam tersenyum dan kembali memeluknya. "Terima kasih"
Sebelumnya, Hannyo sudah bicara pada Kanade. "Aku akan memberitahu mu agar kau lebih paham. Wanita itu, dia bekerja keras sendirian dan ingin secepatnya membuat kenyang anak anak itu dengan usaha yang sangat beresiko, jika ini semua sudah terjadi, maka yang harus kau lakukan hanyalah membantunya dan menenangkan nya, aku harap dengan individu yang sama seperti mu, dia dapat berbagi kelah kesuh nya padamu dan kau harus senantiasa mendengar nya" Kata Hannyo.
". . . Um, sebelumnya aku ingin bertanya, kenapa kamu meminta ku begini untuk nya?"
"Dari pada kau harus sendirian di desa mu hanya karena biarawati itu telah tidak ada, yang ada kau hanya akan ditindah oleh penduduk desa mu lagi, jadi menetaplah di kuil anak anak itu, mereka menerima setiap orang baik sama seperti mu" Kata Hannyo sekali lagi membuat Kanade benar benar mengangguk mengerti.
"Baiklah, aku akan melakukan nya..."
Dan begitulah, Kanade akan menetap dengan mereka, menemani mereka dan yang sebaya dengan nya adalah Wulam, dengan begitu mereka bisa mengerti satu sama lain.
Sementara itu Hannyo dan Mizuki ada di bawah kuil, lalu Hannyo berbalik berjalan pergi setelah mengetahui mereka akan menjalin kehidupan yang lebih baik dengan bersama.
"Kakak, kita tidak membawa kudanya saja" Mizuki menunjuk kuda 3 samurai tadi masih terikat di sana dan tidak bertuan.
"Aku sudah meminta nya (Kanade) untuk mengambil alih kuda itu, mereka mungkin akan menjualnya dan uangnya bisa digunakan untuk apapun" Balas Hannyo.
"Tapi aku capek berjalan terus, apalagi kita harus kembali ke bibir pantai dan merasakan panas nya air laut lagi" Mizuki menjadi mengeluh lalu Hannyo menghela napas panjang dan berjalan mendekat padanya.
Seketika Hannyo menggendongnya di dada membuat Mizuki terkejut.
"Kau tidak lelah bukan dengan begini?" Tatap Hannyo dengan wajah datarnya lalu Mizuki mengangguk sambil berwajah merah.
Mereka meninggalkan pulau itu setelah mendapatkan apa yang dicari dan membantu orang di sana.