Selanjutnya adalah pagi dengan matahari yang hampir muncul akan menyinari semua tempat. Terlihat Wulam sudah kembali dan ia naik tangga sambil membawa sekantung uang, Wulam terdiam ketika ia melihat Hannyo duduk di anak tangga atas sendiri menatapnya.
"Anu... Apa kau baik baik saja?" Tatap Wulam.
"Aku baik baik saja"
"Bagaimana dengan anak anak?"
"Kau bisa melihatnya sendiri" Kata Hannyo. Lalu Wulam terdiam bingung dan berjalan ke kuil tapi ia menjadi terkejut tak percaya ketika kuil nya sudah diperbaiki, tidak ada keropos dan kebocoran maupun kedinginan lagi karena semuanya sudah tertutup dan diperbaiki dengan rapi. Wulam lalu masuk dan melihat semua anak anak itu tertidur dengan sangat nyaman.
Wulam menjadi tersenyum senang, ia melihat sekitar benar benar sudah rapi. "(Astaga ini sangat bagus, aku bahkan tidak pernah berpikir akan menjadi seperti ini... Anak anak juga terlihat sangat nyenyak)" Pikir Wulam sambil mengambil selimut dan menyelimuti mereka.
Ia lega adik adiknya bisa tidur dengan nyaman lalu ia berdiri dan berjalan keluar berniat menemui Hannyo karena ia tahu pasti Hannnyo yang melakukan nya, tapi ia terdiam bingung karena Hannyo tak ada di tangga tadi. Ia melihat sekitar tapi tetap saja tak ada. "Tuan pengelana?"
"(Di mana tuan pengelana....) Tuan pengelana" Wulam menjadi mencari carinya.
Tapi karena tidak menemukan Hannyo, Wulam menjadi melupakan nya dan menganggapnya telah pergi. "(Mungkin dia sudah pergi, dia benar benar baik membantu ku, sekarang tak perlu khawatir akan kebocoran maupun kedinginan, aku tahu lelaki pasti bisa membenarkan rumah)" Pikir Wulam, lalu ia kembali pada adik adiknya, kebetulan satu anak itu bangun dan menghampiri Wulam yang ada di luar. "Kakak…"
Lalu Wulam menoleh dan tersenyum dengan senyum lembutnya.
"Kakak, makanan kita telah habis tadi malam, Tuan pengelana itu tidak terlihat makan satu pun saat kami makan dan mulai menghabiskan nya"
"Benarkah" Wulam langsung terkejut lalu ia menatap kantung uang yang ia bawa. "Aku akan membeli makanan" Kata Wulam.
Tapi tiba tiba saja ada suara dari tangga seperti ada yang datang. Mereka akan melihat dan menjadi terkejut ketika ada babi hutan yang besar terlempar di depan mereka dan di tangga itu terlihat Hannyo yang datang. Hannyo melihat mereka dan terdiam. ". . .Maaf, aku mengagetkan kalian, kupikir tak ada orang di sana" Kata Hannyo.
"Babi hutan?" Anak di dekat wulam itu langsung terkesan.
Rupanya Hannyo pergi untuk berburu dan mendapatkan babi hutan besar itu untuk mereka. Padahal babi hutan termasuk ke dalam hewan yang ganas.
"Tuan pengelana apa kau yang menangkapnya, tapi untuk apa?" Tatap Wulam dengan wajah tak percaya.
"Simpanlah uang yang ada di tangan mu, biarkan semua makan dengan babi hutan ini"
"Apa kau yang menangkapnya, kau hebat tuan pengelana" Kata anak itu, lalu di susul yang lain yang baru saja bangun dan terkesan melihat babi hutan itu.
"Tuan pengelana, aku benar benar berterima kasih padamu" Wulam membungkukan badan pada Hannyo. Hannyo hanya memasang wajah dingin itu dan mengatakan sesuatu.
"Aku yakin kau punya keinginan dengan uang yang kau dapatkan"
"Eh… um… Sebenarnya aku ingin mengumpulkan uang dan membeli padi emas" Kata Wulam.
"Padi emas?"
"Ya, benih padi itu berwarna emas, salah satu samurai itu terkadang menjualnya dari jauh, jika aku membelinya dan menanamnya, mereka akan terus mendapatkan makanan dan bisa tidur nyenyak tanpa khawatir ada yang lapar, aku juga harus cari cara agar aku dapat uang cepat"
Hannyo yang mendengar itu menjadi terdiam, ia lalu menatap ke atas, terdapat langit yang tertutup karena pohon pohon yang tinggi. Tempat itu sangat rindang dan sejuk. "Aku yakin itu akan tercapai, kau hanya harus mengumpulkan uang setiap hari dan jangan keluar dari jalur, aku sudah bilang padamu bahwa jangan coba coba melayani samurai dari dua sisi, jika kau merasa uang mu belum cukup, maka kau hanya harus sabar" Kata Hannyo lalu Wulam terdiam dan mengangguk pelan, sepertinya ia ingin lebih cepat mendapatkan uang.
Lalu Hannyo berbalik akan pergi.
"Ah Tuan pengelana, kau akan kemana?" Wulam menatap.
"Aku akan pergi sebentar" Balas Hannyo sambil terus turun tangga, ia berjalan agak jauh dari tempat itu.
Hannyo berjalan perlahan di jalan hutan itu, lalu berhenti dan melihat sungai di sampingnya.
"(Sungai ini akan mengarah ke lautan, begitu luas pulau ini, aku benar benar sudah sampai di ujung, aku mungkin akan kembali dan meninggalkan mereka, aku harus kembali ke Mizuki dan membawanya pergi)" Pikirnya.
Hari selanjutnya Hannyo kembali ke kuil dengan membawa tiga ekor kelinci yang masih hidup. Ia melihat para anak anak bermain di halaman kuil.
Mereka melihat Hannyo dan langsung senang.
"Tuan pengelana?!" Mereka mendekat lalu Hannyo memberikan 3 ekor kelinci itu pada mereka.
"Wah sangat lucu" Mereka langsung tersenym senang.
Hannyo melihat anak paling tua dari mereka di sana. "Dimana pengasuh kalian?"
"Oh, kak Wulam belum kembali, mungkin dia sibuk" Balas nya.
Tapi Hannyo terdiam sambil memikirkan kondisi Wulam. "(Dia seharusnya pulang lebih awal, ini benar benar aneh... Jangan bilang dia melayani samurai dari kedua sisi... Jika benar, itu akan membuat masalah yang besar)"
Tapi untungnya Wulam kembali kebetulan. "Aku pulang" Dia mendekat.
"Kakak selamat datang kembali, lihat kelinci buruan Tuan pengelana" Kata anak anak itu yang menyambutnya.
"Wah sangat bagus, tuan pengelana sekali lagi terima kasih" Kata Wulam. Lalu Hannyo mengangguk dengan tatapan datarnya.
"Aku akan pergi hari ini" Kata Hannyo, seketika mereka yang mendengarnya menjadi terkejut.
"Kenapa secepat itu?! Kau akan pergi kemana?!" Tanya Wulam dengan wajah tak percaya.
"Aku akan keluar dari pulau ini" Balas Hannyo.
Lalu Wulam terdiam kecewa. "Baiklah… Jika kau ingin pergi, aku benar benar berterima kasih, dan ngomong ngomong uang ku sudah terkumpul sangat banyak, aku akan membeli berasnya hari ini" Kata Wulam.
Tapi Hannyo terdiam curiga dengan menyipitkan matanya. "Kenapa kau bisa secepat itu"
"E…. E… Aku bekerja di sewa banyak orang jadi aku mendapatkan uang cepat" Kata Wulam, dari penampilan nya, ia seperti menyembunyikan sesuatu.
Lalu Hannyo tak mempedulikan itu dan berbalik. "Aku akan pergi, jaga diri baik baik" Kata Hannyo, lalu ia turun tangga.
"Tuan pengelana" Panggil wulam dari atas membuat Hannyo berhenti menuruni tangga dan menoleh padanya.
Wulam terdiam, ia lalu tersenyum dan mengatakan. "Terima kasih sekali lagi" Kata dia.
Hannyo tak membalas apapun kecuali wajah datarnya itu lalu ia kembali berjalan pergi.
"Kakak, apa Tuan pengalana akan kembali?" Tanya satu anak anak itu.
". . . Dia tidak akan kembali, karena dia sudah banyak menolong kita" Balas Wulam.
Lalu anak itu terdiam juga melihat Hannyo perlahan menjauh. "Kakak, kau menyukainya?"
"Apa!! Tidak!" Wulam langsung terkejut.
Beberapa jam kemudian, Hannyo sudah sampai di bibir pantai, ia melihat sekitar tak ada Kanade maupun Mizuki, di rumah Kanade pun tak ada siapa siapa. Hannyo mencari sekitar dan rupanya mereka berdua tengah menanam tumbuhan di belakang rumah Kanade yang baru.
Mereka berdua menoleh ketika merasa ada orang datang dan melihat bahwa itu hannyo. "Kakak…" Mizuki langsung senang dan mendekat memeluk kaki Hannyo.
"Mas Hannyo, syukurlah kau kembali" Tambah Kanade.
"Apa yang kalian lakukan?" Tanya Hannyo.
"Kami sedang menanam tanaman untuk bahan makanan, karena ikan di pantai sudah semakin sedikit" Balas Kanade lalu Hannyo terdiam terpikirkan sesuatu.
"Bisa kita bicara?"
"Oh.. Baiklah, Mizuki tolong terus kan menanamnya" Kata Kanade lalu Mizuki mengangguk dan Kanade ikut Hannyo ke dekat pantai.
"Apa yang ingin kau bicrakan?" Tanya Kanade.
"Saat perjalanan ku kemarin atau selama 2 hari itu, aku menemukan wanita sepertimu yang mengasuh banyak anak di kuil tua, dia memberi kebutuhan mereka sendiri, maksudku mengatakan itu adalah aku ingin kau menemaninya dan tinggal bersamanya mengasuh banyak anak anak itu, dengan begitu kau tidak akan kesepian saat aku dan Mizuki pergi nanti"
"Hah pergi, apa kau sudah selesai menjelajahi pulau ini, bukankah butuh waktu beberapa hari untuk menjelajahi pulau ini sepenuhnya, paling tidak ada sekitar 5 hari untuk menjelajahi pulau ini, dan apa kau juga sudah menemukan benda yang kau cari cari?"
"Aku sudah sampai di ujung, itu artinya aku sudah mengelilingi pulau ini, jangan salah jika aku terlalu cepat dan juga, aku memang sudah menemukan yang aku cari, tapi aku tidak mencari satu, tapi lebih dari 100 yang aku cari, jadi aku harus pergi ke suatu tempat untuk mencari yang lain nya lagi" Kata Hannyo.
"Hah 100…. Baiklah pantas saja kau menjadi pengelana, baiklah, aku mau menemani wanita itu, seperti nya akan menyenangkan jika memiliki teman kehidupan"
"Baiklah, terima kasih" Kata Hannnyo seketika Kanade terkejut karena baru mendengar Hannyo mengucapkan terima kasih padanya. "(Astaga saat aku mendengar suara terima kasih itu, suaranya benar benar sangat kalem... Seperti sangat dewasa dan juga terasa menyejukkan banget)" Pikir Kanade sambil berwajah merah.
"Baiklah, kemasi barang mu aku akan mengantar mu"
"Baiklah, tapi bagaimana dengan tanaman yang aku dan Mizuki tanam tadi?" Tanya Kanade.
"Cabut itu dan pindahkan ke tempat yang akan kita datangi, atau jika kau punya lebih kau bisa meninggalkan itu saja"
"Ah tidak bisa, aku akan mencabutnya saja, tunggulah dulu aku akan mengemasi barang yang aku bawa, ini seperti pindahan rumah saja" Kata Kanade lalu ia kembali ke rumah dan mengemas semuanya.
3 jam berlalu, Kanade memberikan tas kantung pada Hannyo yang berdiri di depan rumah. Hannyo terdiam bingung melihat tas itu yang terulurkan padanya.
"Bawa ini, ini biji yang tidak jadi di tanam, kau harus membawanya" Kata Kanade lalu Hannyo menerimanya dan mereka memulai ke tempat wulam. Mizuki pun juga ikut di belakang mereka.