Sesampainya di sebuah gua yang sangat seram dan kosong, gelap tanpa adanya pencahayaan satu pun. Hannyo berhenti berjalan tepat di depan gua itu. Ia menghentikan langkah nya sambil melirik waspada pada sekitar.
"Kakak.... Apa kakak yakin akan.... Kesana?"
"Ya, jika kau tidak ingin masuk, tunggulah di sini" Kata Hannyo lalu dia berjalan masuk. Mizuki terdiam sambil menelan ludah ketakutan nya.
Di dalam, sudah terasa aura kutukan yang mengerikan oleh siluman yang memiliki 20% kekuatan iblis. Hannyo melihat banyak sekali tengkorak di sana dan dia juga menemukan bubuk kecil di atas batu dengan adanya lendir.
"(. . . Ini bukan milik siluman tadi, kemungkinan yang tadi itu hanyalah bawahan. Dan bos yang asli sudah pergi dari sini... Seperti... Kupu kupu)" Dia terdiam merasakan bubuk itu. Rasanya seperti memegang sayap kupu kupu yang jelek.
"(Kupu kupu? Ini hubungan nya pasti ada pada siluman kupu kupu, jika aku sampai menemukan aroma ini, aku tidak akan salah menebak...)"
Karena kosong dan sudah tertinggal kan, Hannyo keluar. Mizuki pun terlihat di luar menunggu.
"Ah kakak bagaimana, apa kau benar benar baik baik saja?" Tatap nya.
"Aku baik baik saja, ngomong ngomong kau bilang, kau tinggal di desa jerami bukan?"
"Um yeah.... Apa kakak mau ke sana?"
"Aku ingin kesana"
"Bagus.... Karena mereka suka beberapa orang petualang yang mampir"
"Tapi bagaimana denganmu, bukankah kau di benci mereka?" Tatap Hannyo.
". . . Meskipun begitu, di sana tetaplah desa tempat aku lahir,... Aku juga ingin menceritakan sesuatu pada kakak saat sudah sampai di sana"
"Katakan apa yang kau pikirkan, hanya perlu bawa aku ke sana" Kata Hannyo sambil berjalan pergi di ikuti Mizuki.
Sesampainya di sebuah desa yang terlihat sangat makmur dengan banyaknya hasil panen melimpah. Mereka berdua telah sampai di desa jerami.
"(Ini sudah sangat jelas apa yang terjadi disini)" Hannyo melihat sekitar, mata maupun pandangan nya bahkan bisa cepat pada beberapa fokus semua objek.
Tak lama kemudian ada beberapa orang desa itu mendekati nya.
"Apa dia petualang?"
"Jika memang petualang, kita akan untung" Mereka saling berbisik.
Di susul dengan seorang pria paruh baya yang mendekat. "Permisi, Tuan" Tatap nya. Tapi sepertinya Mizuki terlalu takut, dia bahkan bersembunyi di belakang Hannyo.
"(Gadis ini kenapa bisa kembali kemari) Apa kau seorang petualang, Tuan?" Tanya pria paruh baya tadi.
"Aku bukan petualang aku hanya ingin mengikuti gadis ini saja" Balas Hannyo. Lalu pria itu melihat ke Mizuki yang masih ketakutan padanya.
". . . Sebenarnya orang luar yang melewati desa ini akan di perjamukan di rumahku, apa kau bisa datang, aku bisa mengantarmu"
"(Jika itu memang untuk menetap sementara, aku akan setuju)" Hannyo terdiam lalu mengangguk.
"Bagus, namaku Zhasiki, aku bukan kepala desa dsini tapi aku yang bertanggung jawab penuh untuk semuanya" Kata pria itu.
Lalu dia membawa mereka berdua ke rumahnya.
Di sana mereka benar benar di terjamu sangat ramah dengan para pelayan pelayan yang cantik.
Tapi Hannyo hanya diam tak menyaksikan pelayan pelayan yang cantik itu menari di depan mereka.
Hingga malam hari nya. "Tuan petualang anda bisa tidur di ruangan yang telah di siapkan. Mizuki akan tidur di ruangan lain" Kata Zhasiki.
"Tidak perlu, dia tidur di ruangan yang sama denganku" Hannyo menatap. Seketika Mizuki terdiam terpelongoh.
"Tapi... Mizuki... " Zhasiki menjadi ragu lalu Hannyo meninggalkan nya masuk ke ruangan bersama Mizuki.
Malam yang sangat panjang, Mizuki terbangun duduk di futon dan ruangan gelapnya. Ia melihat sekitar dan rupanya Hannyo duduk di depan pintu yang mengarah langsung keluar, dia melihat bulan yang sangat terang dengan adanya bintang menghiasi malam dan menemani sang bulan.
"Kakak?" Mizuki memanggil.
"Kembalilah tidur" Hannyo membalas tanpa menoleh sedikitpun. Mizuki terdiam lalu kembali berbaring.
"Kakak, saat pagi tiba, apa aku bisa membawamu ke suatu tempat?"
"Lakukanlah" Kata Hannyo.
Lalu Mizuki tersenyum kecil senang dan menutup mata.
--
Mizuki terbangun duduk sambil mengusap mata miliknya dan menguap pelan. Ia melihat sekitar tidak ada Hannyo.
"Kakak?" Mizuki menjadi sedikit panik. Tapi untungnya dan rupanya Hannyo berjalan masuk melewati pintu kemarin yang mengarah ke luar.
"Kau sudah bangun, bagaimana soal tempat yang ingin kau tunjukan padaku?" Tatap Hannyo dengan wajah dingin dan datarnya.
"Ah ya.... Aku akan menunjukkan nya, kumohon ikut lah aku" Mizuki membalas dan berdiri.
Mereka pergi di tempat di mana agak menaiki bukit dan ketika sampai sana Hannyo terdiam karena melihat rumah yang sudah terbakar sangat lama.
"Ini rumahku" Kata Mizuki.
"Rumahmu?"
"Sebenarnya bukan rumahku, hanya saja aku menyebutnya rumah karena di mana adik dan kakakku ada di sini. Kakak biarawati menjaga kami dengan sangat baik"
"(Sepertinya tempat ini adalah panti asuhan)" Pikir Hannyo.
"Saat aku pergi bekerja tak di sangka saat aku pulang, rumah ini sudah terbakar hangus begitu saja, aku panik mencari saudara dan kakak biarawati tapi mereka benar benar tidak ada. Lalu semua orang di desa mengatakan siluman lah yang membuat ini semua hancur dan karena aku penyebabnya, setelah itu aku di korbankan ke siluman" Kata Mizuki dengan wajah yang sangat sedih.
Hannyo terdiam lalu melihat sekitar dan menemukan di bawah ada sebuah air genangan yang berwarna lain. Ia mengamati air itu tanpa adanya duduk maupun mendekat.
"(Itu minyak)" Dia sudah bisa menebaknya hanya dengan melihatnya lalu berjalan ke dalam rumah tua itu.
"Kakak, apa aku bisa pergi sebentar?"
"Pergilah" Balas Hannyo.
"Terima kasih" Mizuki mengangguk lalu berjalan pergi.
"(Tempat ini sudah sangat tua, tapi kenapa siluman sampai membakar dengan minyak, seharusnya mereka memiliki kekuatan sendiri dari dalam tubuhnya)" Hannyo berpikir sambil melihat lihat. Lalu mendengar ada suara dari luar, setelah berjalan keluar, rupanya Zhasiki yang meletakan bunga dan berdoa di sana.
Setelah berdoa, dia menoleh dan sadar akan Hannyo.
"Oh Tuan petualang, apa kau kemari untuk melihat tempat ini" Tatap nya. Lalu Hannyo mendekat. "Apa siluman yang melakukan ini?"
"Sebenarnya aku tidak tahu, karena saat itu saksi hanya warga desa ini, tapi ini adalah suatu karma yang besar karena dulu saat biarawati hidup, dia suka menyiksa anak anak dan memaksa mereka bekerja. Jika sudah berumur 16 tahun maka akan di jual ke kota. Dia kerap memukul dan menyiksa anak anak membuat kami tak bisa apa apa. Lalu karma datang dimana mereka semua terbakar di dalam" Kata Zhasiki.
"(Kenapa ceritanya berkebalikan sekali dengan Mizuki, tapi cerita miliknya lebih lengkap, haruskah aku menganggap bahwa Mizuki hanya berbohong)" Hannyo terdiam serius membuat Zhasiki bingung.
"Kau bilang kau bukan ketua desa ini bukan, kau hanya pengurus. Dimana aku bisa bertemu dengan ketua desa ini?" Tatap Hannyo.
"Hari ini bisa, Tuan petualang, ikutlah denganku" Zhasiki membawanya ke rumah ketua desa.
"(Dia mengatakan anak anak dan biarawati itu mati terbakar di sana tapi kenapa tidak ada satupun mayat yang ada di sana. Dan lagi jika memang ulah siluman tidak mungkin tidak meninggalkan jejak.
Jika memang pemikiran ku benar, yang membakar nya adalah manusia sementara siluman lah yang memakan manusia)" Hannyo masih tetap berpikir di perjalanan.
Sementara itu Mizuki menemukan gudang penyimpanan beras. "(Aku selalu ingin kemari, saat itu kakak biarawati benar benar tidak mampu memberi kita makan. Rasanya sangat tersiksa padahal desa ini sangat makmur tapi mereka benar benar tidak mau sama sekali memberikan kami sedikit beras saja)" Dia menjadi kecewa dan sedih.
Tapi tiba tiba ada yang mendekap mulutnya dan melemparkanya ke lumbung tempat penyimpanan beras itu membuatnya terkunci di sana.
"Apa?!! Tunggu.... Hei... Keluarkan aku, aku mohon!!" Mizuki mendobrak dobrak pintu dengan tangannya. Lalu muncul suara dari luar. "Tolong jadilah tumbal untuk desa ini, jika tidak mereka akan memakan kita semua" Kata orang yang di luar, sepertinya warga desa. Seketika Mizuki terpaku karena melihat di belakangnya ruangan gelap dengan suara mengerikan. Dan tiba tiba muncul larva kupu kupu besar yang menjijikan mengeluarkan lendir dari mulutnya.
Kini Mizuki benar benar akan menjadi tumbal karena larvanya tak hanya satu tapi banyak sekali.
-
"Di sini tempatnya, ketua kami bernama Dandai, dia benar benar memiliki tubuh yang lemah jadi jangan terlalu lama bertemu dengannya" Kata Zhasiki yang membuka pintu. Lalu Hannyo masuk, setelah Hannyo masuk, Zhasiki menutup pintu.
Terlihat di ranjang kasur ada wanita pucat berambut panjang duduk di sana.
"Selamat pagi" Tatap nya dengan nada yang dewasa.
"Kau pasti, Tuan petualang itu bukan, senang bertemu denganmu aku Dandai" Tambahnya.
Lalu Hannyo sedikit mendekat dan menundukan badan. "Apa aku bisa bertanya sesuatu?"
"Silahkan"
"Apa kau seorang siluman?" Tatap Hannyo. Seketika Dandai terdiam.
"Ahaha... Anda bicara apa"
"Aku berbicara soal pecahan Kimo yang ada di pundakmu"
"(Orang ini.... Kenapa dia bisa tahu!?)" Dandai menjadi berwajah panik. Seketika di tangan Hannyo muncul bayangan hitam dan berubah menjadi satu pedang juken seketika menodongkan ujung pedangnya ke arah Dandai yang terkaku. "K... Kau. (Kekuatan itu hanya di miliki ras terkuat)" Dia tambah berkeringat dingin tapi tiba tiba ia melesat melewati Hannyo dan berubah menjadi siluman kupu kupu yang terbang tinggi membuat Hannyo terkejut terlepas.
Ia berjalan buru buru keluar melihat siluman Dandai itu telah terbang akan melarikan diri.
"(Dugaan ku benar, dia adalah kupu kupu)" Hannyo mengerutkan dahi dan berlari ke arah yang lain. Dia berlari ke bukit tinggi.
Siluman Dandai melihat ke bawah dan ia tersenyum senang karena Hannyo tidak ada. Tapi tiba tiba Hannyo melompat ke ujung bukit di dekat Dandai. Seketika ia mengibaskan pedangnya membuat sayap kanan Dandai putus dan ia oleng jatuh mengenai pos penjagaan dengan penerangan api yang tinggi. Hal itu membuat pos itu jatuh dan mengenai minyak membakar semuanya yang ada di sana.