"Lo mau beli kado apasih sama Mama lo."
Jeje menggelengkan kepalanya pertanda tidak tahu. Sebenarnya Jeje hanya berbohong dengan mengatakan jika ingin memberikan kado kepada Mamanya. Itu semua Jeje lakukan agar ia memiliki waktu bersama lagi dengan Rafa.
Beberapa kali belakangan ini, sikap Rafa kepadanya berubah. Rafa lebih sering menghabiskan waktunya bersama Billy di taman belakang atau dimanapun itu. Bahkan Jeje mendengar beberapa desas-desus yang mengatakan jika Rafa tengah suka kepada seorang gadis jurusan Ipa. Tentu saja hal itu membuat Jeje tidak suka. Jeje menyukai Rafa sejak lama. Bahkan Rafa juga suka jika ia menyukai lelaki itu. Tetapi Rafa berusaha bersikap biasa saja kepadanya dan masih menganggapnya seperti sahabat saja.
Sekarang, sudah lebih dari setengah jam Rafa dan Jeje keliling mall untuk mencari kado yang akan ia berikan kepadanya. Namun sedari tidak ada satu tokopun yang mereka kunjungi.
"Gue nggak tau, Raf. Menurut lo apa?" tanya Jeje meminta pendapat Rafa.
"Mana gue tau. Mama lo sukanya apa?" tanya Rafa balik.
"Nggak tau gue."
Mendengar ucapan Jeje yang terdengar polos itu membuat Rafa gemas sendiri dengan tingkahnya. Jika Jeje tidak tahu ia harus membeli kado apa kepada Mamanya, lantas mengapa mereka berkeliling mall seperti ini.
"Bego. Jeje bego," maki Rafa sembari mengacak rambut Jeje dengan gemas.
Jeje mengerucutkan bibirnya dan menepis tangan Rafa di rambutnya. Hal yang paling tidak disukai Jeje adalah, Rafa selalu mengacak rambutnya dan membuat tatanan rambutnya itu rusak. Tetapi di balik itu semua, Jeje juga merasa senang dengan tingkah Rafa itu.
"Rafa, ihh. Rambut gue rusak," degus Jeje sembari menatap Rafa tajam. Jeje juga membetulkan rambutnya yang berantakan akibat ulah Rafa.
"Tapi kelihatan lebih cantik kalo lo kayak gini," ejek Rafa.
"Emang gue cantik, kan. Lo baru tau," kata Jeje datar.
Rafa menghela nafas panjangnya dan menghentikan langkahnya. Mau tak mau, Jeje juga berhenti melangkah. Rafa berkacak pinggang dan menetap ke sekitarnya. Berjalan selama lebih dari setangah jam membuat ia merasa kelelahan juga.
"Je, kita kan udah jalan lama dari tadi. Dan lo juga nggak tau mau beli apa sama Mama lo." Rafa menatap Jeje dengan tatapan penuh arti. "Ngadem, yuk. Gue mau nyebat."
"Nyebat mulu kerjaan lo," ketus Jeje semakin menatap ke arah sekitarnya. Mall ini ternyata besar juga. "Kita nyari tempat makan di daerah sini aja yang bebas ngerokok. Biar lo bisa ngerokok dan gue bisa makan."
"Tapi lo yang teraktir, kan?" tanya Rafa sembari menaik turunkan alisnya.
"Emang kapan lo yang bayar kalo perginya sama gue?" sindir Jeje. "Emang gue terus 'kan yang bayar. Lo selalu ngeluh nggak punya uang sama gue. Uang lo kemana semua, sih?"
"Adaa," kata Rafa tidak jelas.
Rafa pun terkekeh dan merangkul pundak Jeje. Keduanya berjalan beriringan menuju sebuah cafe yang ada di mall ini. Rafa juga tidak melepaskan rangkulannya di pundak Jeje. Hal seperti inilah yang membuat Jeje jadi menyimpan perasaan kepada lelaki itu. Sikap Rafa yang selalu membuatnya merasa spesial dan menjadi penyebab Jeje menaruh harapan kepada lelaki itu.
****
Flora sedang menunggu Luna mencari gaun di sebuah toko pakaian yang ada di mall. Sedari tadi Flora mengikuti langkah Luna mengitari toko ini untuk mencari gaun yang cocok untuknya. Berulang kali Flora memilih gaun yang menurutnya bagus, tetapi Luna selalu menolak pilihannya itu. Flora merasa sedikit kesal, waktunya terbuang sia-sia hanya untuk menemani Luna disini. Harusnya waktunya ini bisa ia gunakan untuk menyelesaikan naskah ceritanya.
"Lo belum nemu gaunnya?" tanya Flora.
"Sabar, Lun. Gue masih pilih-pilih dulu," kata Luna sembari melihat satu persatu gaun yang ada di toko ini. Tidak ada yang sesuai dengan keinginan Luna.
"Lo cari sendiri aja, deh. Gue tunggu diluar," kata Flora.
"Tapi jangan pergi, ya. Jangan tinggalin gue sendiri disini," peringat Luna.
"Iya-iya. Lo pilih-pilih gaunnya aja."
Flora pun keluar dari toko baju dan berdiri di depan toko itu. Lebih baik Flora menatap orang-orang yang berkeliaran di mall ini daripada harus menatap tumpukan baju-baju di dalam.
Hingga Flora tidak sengaja melihat orang yang sangat ia kenal berada tak jauh dari tempatnya berdiri. Orang itu adalah Rafa bersama dengan gadis yang ia lihat di sekolah tadi. Ternyata Rafa dan Jeje juga berada di mall ini. Tetapi, apa yang keduanya lakukan di tempat ramai berduaan seperti ini.
Flora berniat mengalihkan pandangannya dari Rafa. Namun niatnya itu ia urungkan saat melihat Rafa mengacak rambut Jeje. Terlihat Rafa juga tertawa renyah dengan Jeje. Flora mencoba untuk biasa saja tidak terlalu memikirkan apa yang ia lihat itu. Tetapi nyatanya Flora tidak bisa. Ada perasaan aneh yang bersarang di hatinya saat melihat kedekatan Rafa dan Jeje. Di samping itu ada perasaan terkejut saat melihat sikap Rafa yang ternyata sangat berbeda dengan apa yang ia perlihatkan kepadanya. Jika Rafa bersama Flora, Rafa selalu bersikap canggung dan tidak banyak omong. Tetapi di belakangnya, kepada sahabat-sahabat terdekatnya, Rafa adalah lelaki yang menyenangkan.
Flora juga melihat jika Rafa merangkul pundak Jeje dan berjalan pergi semakin jauh darinya. Berulang kali Flora mencoba untuk tidak perduli dengan apa yang Rafa lakukan itu dan semakin pandangannya fokus kepada mereka.
"Flo, gue udah temuin bajunya."
Flora seketika mengalihkan pandangannya ke arah Luna yang sudah berada di sampingnya dan bersikap biasa saja, seolah tidak terjadi apa-apa kepadanya.
"Udah? Berarti sekarang kita pulang," kata Flora.
"Kok pulang," kata Luna tidak terima. "Makan dulu terus gue anterin lo pulang."
Tidak mau mendapat penolakan dari Flora, Luna langsung menarik tangan Flora dan membawanya mencari tempat makan yang enak di mall ini. Luna membawa Flora masuk ke dalam cafe yang ia pilih.
"Kita duduk dimana?" tanya Luna.
Flora mengedarkan pandangannya ke segala penjuru cafe. Langkahnya seketika terhenti saat melihat Rafa sedang makan bersama Jeje. Sebuah kebetulan yang tidak di rencanakan. Mengapa Flora selalu bertemu dengan Rafa secara tidak sengaja seperti ini.
"Kenapa berhenti, Flo?" tanya Luna sembari berdiri disamping Flora. "Ayo duduk gue mau makan."
Flora masih saja menatap ke arah Rafa dan Jeje yang sedang berbincang sembari tertawa. Rasanya Flora tidak pernah melihat Rafa seperti itu saat bersama dengannya. Flora jadi tidak yakin jika gadis yang bernama Jeje itu adalah sahabat Rafa. Tingkah Rafa dan Jeje sudah seperti sepasang kekasih saja.
"Kita nggak usah makan disini, ya," kata Flora tanpa mengalihkan pandangannya sedikitpun dari Rafa.
Luna yang merasa aneh dengan tingkah Flora itu pun mengalihkan pandangannya ke arah tatapan Flora. Dan Luna baru sadar apa yang membuat Flora jadi aneh seperti ini.
"Lo cemburu?"