Rafa sedang memainkan ponselnya di dalam kelas karena saat ini guru yang mengajar sedang berhalangan hadir. Keadaan kelas pun sangat ricuh. Semua orang melakukan aktifitasnya masing-masing. Ada yang bergosip, ada yang bernyanyi dengan di temani gitar dan membentuk sebuah lingkaran. Namun Rafa memilih untuk duduk di sudut kelas dan memainkan ponselnya. Tidak ada yang Rafa lakukan dengan ponselnya itu. Rafa hanya membaca ulang pesannya dan Flora sejak pertama mereka berkenalan sampai sekarang mereka sudah lumayab dekat.
Semenjak mengenal Flora, Rafa nerasa ada yang berubah dari dirinya. Ia semakin jarang datang ke club atau ke room karaoke yang biasa ia kunjungi bersama Billy. Sekarang Rafa lebih sering menghabiskan waktunya di warung dengan di temani rokoknya. Ntah mengapa, Rafa ingin menghilangkan kebiasaan buruknya itu. Rafa ingin berubah menjadi lelaki yang baik demi Flora. Apalagi Rafa tahu jika Flora tidak suka kepada lelaki yang nakal.
"Tumben disini."
Rafa mengalihkan pandangannya ke samping dan menemukan Jessica sudah duduk di kursi yang berada di sampingnya. Sedikit cerita tentang Jessica atau yang lebih sering di panggil Jeje. Dari sekian banyak perempuan di kelasnya, Rafa hanya akrab dengan Jeje. Rafa juga hanya berbicara dengan Jeje di kelas ini. Hubungan Rafa dan Jeje juga sangat akrab. Banyak yang mengira jika Rafa dan Jeje berpacaran. Tetapi itu semua di patahkan dengan Rafa yang selalu menolak jika ada yang mengatakan ia dan Jeje berpacaran. Karena memang Rafa hanya menganggap Jeje sebagai sahabatnya saja, tidak lebih.
"Trus gue mau kemana?" tanya Rafa.
"Kesana." Jeje menunjuk ke arah sudut kiri kelas. Disana ada Billy dan yang lainnya sedang menonton video porno. Kebiasaan buruk teman-teman sekelasnya. "Biasanya lo gabung sama mereka."
"Malas aja," sahut Rafa cuek.
"Biasanya lo yang paling semangat nonton itu," kekeh Jeje. "Lagi kerasukan jin ya, Raf?"
"Gue takut ketahuan gue aja. Nggak lucu kan gue di panggil ke ruang BK cuma karena ketahuan nonton video kayak gitu di kelas."
Mendengar alasan Rafa itu membuat Jeje tertawa terbahak-bahak. Rafa sangat berubah dari biasa yang ia kenal. "Kemana aja lo Bambang. Perasaan dari dulu lo selalu ikut nonton kayak gitu di kelas. Dan nggak pernah takut juga, kan. Jadi kenapa sekarang lo tiba-tiba takut."
Rafa menghela nafas panjangnya. Ini semua karena Flora. Flora yang membuat Rafa bersedia meninggalkan kebiasaan buruknya satu persatu. Walaupun tidak mudah tetapi Rafa akan mencobanya.
"Lo ngapain kesini? Kenapa nggak ngegosip aja sama mereka," kata Rafa.
"Pengen ada di samping lo aja," kata Jeje sembari tersenyum manis. "Eh, nanti pulang sekolah temenin gue, mau?"
"Kemana?" tanya Rafa sembari menaikkan sebelah alisnya ke atas.
"Beli kado sama Mama gue. Mama gue ulang tahun hari ini," kata Jeje. Sebelum Rafa bersuara untuk menjawab pertanyaannya, Jeje lebih dulu menambahkan. "Nanti gue traktir makan sama ngisi bensin lo."
Rafa tertawa terbahak-bahak. Tawa yang hanya ia tunjukkan di depan teman-teman akrabnya saja. "Tau aja kalo gue mau bilang gitu."
"Lo kan emang selalu nggak punya uang. Uang lo habis kemana semua, sih?" tanya Jeje.
"Biasa, rokok. Gue nggak bisa hidup tanpa rokok."
***
Flora sedang menunggu angkutan umum di depan pagar sekolahnya. Tadinya, Luna ingin mengajak Flora pulang bersama, tetapi Flora menolak. Flora tidak ingin merepotkan Luna karena rumah mereka beda arah, jaraknya juga sangat jauh. Alhasil, sekarang Flora menunggu angkutan umum saja yang lewat di daerah sini.
"Lama banget, sih," keluh Flora sembari menyeka keringat yang berlumuran di kening dan wajahnya.
Flora menyipitkan matanya saat ia melihat Rafa tengah keluar dari pagar sekolah dengan perempuan di belakangnya. Perempuan itu juga memeluk pinggang Rafa dengan mesra. Rafa lewat dari tempatnya berdiri tanpa melihat sedikitpun ke arahnya.
Ntah mengapa, melihat Rafa membonceng perempuan lain membuat perasaannya tak karuan. Flora merasa ada yang berbeda dari hatinya. Seakan-akan ia cemburu melihat kedekatan Flora dengan perempuan lain. Tetapi jika orang itu adalah Diva dan Luna, Flora tidak pernah merasakan perasaan ini sebelumnya.
Flora menggelengkan kepalanya dan mencoba untuk tetap tenang. Flora tidak mungkin cemburu saat melihat Rafa bersama dengan perempuan lain. Flora tidak memiliki perasaan apapun kepada Rafa. Flora hanya menganggap Rafa sebagai temannya saja, tidak lebih.
"Heii, ngelihatin siapa?" tanya Luna yang tiba-tiba berdiri disamping Flora.
Flora mengelus dadanya dan menutup matanya sekilas. Flora terkejut dengan kedatangan Luna di sampingnya. "Lo bikin gue kaget. Kalo gue mati karena kaget gimana?"
"Lebay banget," kata Luna sembari terkekeh. "Tapi lo lagi ngelihatin siapa, sih? Fokus banget kayaknya."
Flora menggaruk tengkuknya, ia bingung apakah harus bertanya tentang siapa perempuan yang ia lihat bersama Rafa tadi. Dan Flora memilih untuk bertanya langsung kepada Luna.
"Itu tadi gue ngelihat kalo Rafa boncengan sama cewek lain. Kelihatan mesra banget," kata Flora.
"Diva?" tanya Luna.
Flora menggelengkan kepalanya. "Bukan Diva. Kalo Diva gue juga nggak bakal seheran ini."
Luna berfikir sejenak, siapa lagi perempuan yang dekat dengan Rafa selain ia dan Diva. Hingga Luna teringat satu hal. "Jessica kali."
"Jessica?" beo Flora. "Jessica siapa? Pacar Rafa?"
Luna tertawa mendengar ucapan Flora itu. Luna merasa jika saat ini Flora sedang cemburu. Flora cemburu karena Rafa berboncengan dengan perempuan lain.
"Bukan pacar, Flo. Tapi sahabatnya Rafa di kelas. Jadi lo nggak usah cemburu, ya," kekeh Luna.
Flora mendelik. "Siapa yang cemburu. Gue cuma nanyak doang bukan berarti gue cemburu."
"Terserah lo, deh," kata Luna. "Tapi sekarang lo temenin gue ke mall bentar, ya. Gue mau beli gaun baru. Soalnya nanti malam gue mau nge date sama calon pacar gue. Mau, ya."
"Gue nggak bisa, Lun. Gue mau pulang cepat," kata Flora menolak. Karena kejadian tadi pagi yang menimpanya, Flora jadi malas melakukan apapun. Flora hanya ingin kembali kerumahnya dengan cepat dan membaringkan badannya di kasur. Flora membutuhkan waktu sendiri.
"Bentar dong. Masa lo nggak mau temenin gue, sih. Nanti gue anterin lo pulang, deh," bujur Luna. "Mau, ya."
Flora menghela nafas panjangnya dan menganggukkan kepalanya dengan pelan. Flora juga tidak tega menolak ajakan Luna itu. Luna sudah banyak membantunya.
"Oke. Tapi bentar, ya. Jangan lama-lama."
"Siap, baby. Yuk masuk ke mobil gue."
Luna menarik tangan Flora untuk masuk ke dalam mobilnya. Setelah itu barulah Luna menjalankan mobilnya di jalan raya. Sementara Flora hanya diam saja. Otaknya di penuhi dengan apa yang ia lihat tadi. Siapa Jessica, dan apakah hubungannya dan Rafa memang hanya sebatas sahabat saja atau mungkin saja lebih dari itu. Apalagi Flora melihat jika gadis yang bernama Jessica itu sangat nyaman memeluk pinggang Rafa.