Selama jam pelajaran berlangsung, Flora tidak bisa fokus belajar. Flora memikirkan perkataan Diva barusan kepadanya. Sepertinya apa yang Flora katakan memang benar, ia harus menghindar dari Rafa dan memberi jarak dengan lelaki itu. Jefan juga terus saja menganggunya, Flora tidak mau jika nanti Rafa dan Jefan berkelahi hanya karena dirinya.
"Flo, kantin yuk," kata Luna sembari memasukkan buku-bukunya ke dalam tas.
Flora tersadar dari lamunannya dan mengedarkan pandangannya ke depan. Ternyata guru yang mengajar sudah keluar dari kelas. Flora bahkan tidak menyadari itu karena ia terlalu fokus melamun.
"Flo, ayok," ajak Luna lagi.
Flora menggaruk tengkuknya sembari menggelengkan kepalanya. Flora tidak mau pergi ke kantin yang berpotensi bertemu dengan Jefan lagi disana. Flora ingin menghindari Jefan dan juga Rafa.
"Gue kayaknya nggak ke kantin, Lun. Gue mau ke perpustakaan aja," kata Flora.
"Perpustakaan atau taman belakang?" tanya Diva sembari membalikkan wajahnya menatap Flora.
"Gue mau ke perpustakaan. Kalo lo nggak percaya, lo tinggal ikutin gue aja," kata Flora dengan tegas.
"Emang kenapa kalo Flora mau ke taman belakang?" tanya Luna yang tidak mengerti apa-apa.
"Nggak ada," kata Diva. "Lo mau ke kantin, kan? Bareng sama gue aja."
"Lo beneran nggak mau ke kantin, Flo?" tanya Luna lagi.
Flora menggelengkan kepalanya. "Kalian aja."
Karena Flora tidak mau ikut ke kantin, maka Luna pun pergi berdua bersama Diva. Keduanya berjalan beriringan keluar kelas dan meninggalkan Flora sendiri di kelas. Flora menghela nafas panjangnya dan mengambil buku novel yang ia bawa ke sekolah. Flora memilih untuk membaca novel saja di perpustakaan daripada harus pergi ke kantin yang berpotensi bertemu dengan Jefan. Dan Flora juga tidak mau bertemu dengan Rafa di taman belakang.
***
Rafa tidak bisa diam di tempatnya. Sudah lebih dari lima menit jan istirahat berlalu, tetapi Flora tidak kunjung datang. Padahal tadi Rafa sudah memberitahu gadis itu untuk menemuinya di taman belakang. Billy yang berada di samping Rafa sembari menyesap rokoknya pun mengernyitkan keningnya melihat Rafa yang tidak bisa diam itu.
"Lo kenapa, Raf? Kayak cacing kepanasan gitu," kata Billy sembari terkekeh pelan.
Rafa tidak menjawab ucapan Billy yang tidak penting baginya itu. Yang terpenting sekarang adalah Flora. Mengapa gadis itu tak kunjung datang menemuinya.
"Menurut lo Flora bakal suka sama gue nggak, sih," tanya Rafa tiba-tiba.
Billy tertawa mendengarnya. Pertanyaan Rafa kepadanya hanya seputar ini saja, tidak ada yang lain lagi. "Lo kenapa sih, Raf. Kayaknya lo nggak pede banget kalo soal Flora. Kalo lo nggak yakin, lo tinggal tinggalin Flora dan cari cewek lain kan. Apa susahnya, sih."
"Ngomong sama lo nggak berguna," kata Rafa sembari berdiri dari duduknya. Tidak ada gunanya lagi Rafa berada disini. Lebih baik Rafa menjadi Flora di kelasnya.
Tanpa mengatakan apapun, Rafa melangkahkan kakinya dan meninggalkan Billy sendirian di taman belakang. Rafa melangkahkan kakinya di koridor IPA, dan mencari keberadaan Flora namun ia tidak menemukannya.
Rafa berdiri di depan kelas Flora dan mengintip ke dalam. Rafa juga tidak menemukan gadis itu disana. Kini Rafa bingung mencari keberadaan Flora. Rafa berfikir jika Flora sengaja menghindarinya. Bisa saja jika gadis itu tidak mau bertemu lagi dengannya setelah kejadian tadi pagi.
Hingga Rafa teringat akan tempat yang biasa Flora kunjungi selain kantin, yaitu perpustakaan. Setelah yakin jika Flora pasti ada disana, Rafa pun melangkahkan kakinya menuju perpustakaan.
Rafa masuk ke perpustakaan dan mencari keberadaan Flora di rak demi rak yang ada disana. Mata Rafa tidak hentinya bergerak untuk menemukan Flora.
"Flora dimana, sih."
Rafa menghela nafas panjangnya dan menyerah karena ia tak kunjung menemukan dimana Flora berada. Rafa ingin keluar dari perpustakaan, namun saat ia melihat Flora ada di salah satu meja yang ada disana dan sedang membaca buku, Rafa tersenyum manis dan mendekati gadis itu.
Rafa duduk di kursi yang berhadapan dengan Flora dan hanya diam saja. Rafa tidak mau mengganggu kesibukan gadis itu. Sedangkan Flora yang merasa ada seseorang yang menatap ke arahnya terus menerus. Flora pun mendongakkan kepalanya ke atas dan terkejut saat melihat Rafa sudah berada di depannya.
Flora menggigit bibir bawahnya dan tidak tahu harus melakukan apa. Flora juga heran mengapa Rafa tiba-tiba sudah ada di depannya. Bagaimana lelaki itu tahu jika ia berada disini. Karena tidak ada sepatah katapun yang keluar dari mulut Rafa, Flora memutuskan untuk kembali menundukkan wajahnya dan fokus membaca bukunya. Membiarkan Rafa tetap ada di depannya.
Rafa sendiri hanga diam saja dan fokus menatap wajah Flora yang tengah asyik membaca bukunya. Sesekali Rafa tersenyum manis saat melihat beberapa ekspresi yang Flora tunjukan saat membaca buku itu
Tak lama, Flora menutup bukunya dan berdiri dari duduknya. Tanpa mengatakan apapun kepada Rafa, ia langsung melangkahkan kakinya pergi meninggalkan perpustakaan.
Melihat sikap aneh yang Flora tunjukkan, Rafa semakin merasa ada yang salah. Flora seperti menghindar darinya. Dan karena tidak mau berfikir yang tidak-tidak, Rafa memutuskan untuk menyusul langkah Flora.
Rafa menyusul langkah Flora dan berdiri di depan gadis itu. Rafa mencegah langkah Flora. "Flo."
Langkah Flora terhenti saat melihat Rafa berdiri di depannya. Flora menatap ke arah lain sejenak dan kembali menatap Rafa. Semoga saja tidak ada yang melihat ia dan Rafa berdua disini, termasuk Jefan atau Diva.
"Kenapa?" tanya Flora bersikap seolah tidak terjadi apa-apa.
"Lo kenapa menghindar dari gue?" tanya Rafa tanpa berbasa-basi terlebih dahulu.
"Menghindar gimana?" tanya Flora tidak peka. "Gue ada disini, di depan lo. Gue juga nggak pergi pas ketemu sama lo. Trus dari segi mananya gue menghindar."
"Gue bilang sama lo buat ketemu sama gue di taman belakang, kan. Trus kenapa lo nggak datang. Gue tungguin lo dari tadi, Flo," kata Rafa mengadu.
Flora terdiam sejendak dan mengalihkan pandangannya lagi ke arah lain. Flora tidak tahu bagaimana caranya untuk mengatakan kepada Rafa jika Flora sudah tidak mau lagi terlalu dekat dengan Rafa. Flora tidak mau ada yang orang lain yang berfikiran jika ia dan Rafa menjalin hubungan.
"Gue lupa," kata Flora memberi alasan.
"Lupa?" beo Rafa.
Flora menganggukkan kepalanya. Flora ingin cepat pergi dari hadapan Rafa. "Gue balik ke kelas duluan, Raf. Bentar lagi masuk."
Rafa memegang tangan Flora dan tidak membiarkan gadis itu pergi begitu saja. Masih ada hal yang ingin Rafa tanyakan kepada Flora.
"Pulang sekolah lo sibuk?" tanya Rafa.
Flora menganggukkan kepalanya. Ia tahu jika Rafa pasti berniat mengajaknya pergi. Dan untuk saat ini Flora tidak mau. "Gue sibuk. Ada urusan."
"Kemana?" tanya Rafa lagi.
"Bukan urusan lo," kata Flora tegas dan berlalu dari hadapan Rafa.
Rafa menghela nafasnya dan mengacak rambutnya frustasi. Rafa semakin yakin jika ada yang tidak beres dengan Flora. Gadis itu terkesan menghindarinya. Sikap Flora juga sangat cuek kepadanya. Ini semua karena Jefan. Jika saja Jefan tidak menganggu Flora lagi, pasti sekarang sikap Flora kepadanya tidak akan seperti ini.