"Flo."
Flora mengalihkan pandangannya dan melihat Rafa sudah berada di sampingnya. Flora merasa jika ini akan menjadi awal yang buruk. Lagipula, untuk apa Rafa datang menemuinya di kelas saat Jefan juga datang.
Jefan dan Rafa saling berpandangan satu sama lain dan dengan tatapan permusuhan. Jefan tidak suka kepada Rafa karena Flora selalu dekat dengannya akhir-akhir ini. Sedangkan Rafa tidak suka kepada Jefan karena lelaki itu adalah masalalu Flora. Dan Rafa tahu jika Jefan masih mencintai Flora dan berharap bisa menjalin hubungan lagi dengannya.
"Ngapain kesini?" tanya Flora kepada Rafa. "Mau ketemu sama Luna atau Diva?"
"Gue mau ketemu sama lo," kata Rafa dengan tenang. "Gue mau bicara sama lo."
"Lo nggak lihat kalo gue ada disini," kata Jefan dengan datar. "Gue masih bicara sama Flora."
"Tapi Flora kelihatan nggak nyaman bicara sama lo. Harusnya lo sadar diri," kata Rafa sembari menatap tajam Jefan.
Jefan menyunggingkan senyum sinisnya. Rafa bersikap seolah ia sangat mengenal Flora lebih darinya. Padahal yang berpacaran lama dengan Flora adalah Jefan. Jadi Jefan yang lebih tahu bagaimana Flora.
"Tau apa lo soal Flora?" tantang Jefan. "Yang lebih tahu tentang Flora itu gue, jadi lo nggak usah sok tahu dan bilang kalo Flora nggak nyaman bicara sama gue."
"Stop!" Flora memijat pelipisnya. Flora tidak pernah berada di situasi seperti ini sebelumnya. Dan ini begitu menggangunya. Apalagi banyak orang yang sedari tadi curi-curi pandang ke arah mereka. "Gue mau kalian pergi sekarang dari sini. Jangan nyari masalah."
"Gue nggak mau nyari masalah, Flo. Gue kesini mau ketemu sama lo," kata Rafa sembari memegang tangan Flora. "Ayo ngobrol bentar sama gue."
Melihat Rafa memegang tangan Flora, Jefan tidak mau kalah. Jefan pun memegang tangan Flora yang satunya lagi. Jefan tidak akan membiarkan Rafa bebas mendekati Flora kapan saja. Jalan Rafa untuk mendekati Flora tidak akan mulus selagi masih ada Jefan.
"Gue masih mau bicara sama lo Flora!"
"Lo udah punya kesempatan dari tadi buat ngomong sama Flora. Sekarang giliran gue." Rafa tidak mau kalah. Jika Jefan bersikeras, maka Rafa pun akan bersikeras.
Flora tidak harus berbuat apa sekarang. Jika boleh memilih, Flora akan memilih untuk berbicara dengan Rafa daripada Jefan. Karena Flora tidak mau berhubungan dengan Jefan lagi. Tetapi Flora tidak bisa mengatakan itu secara langsung disini. Apalagi banyak orang yang menatap ke arah mereka sekarang.
Saat bingung harus melakukan apa, tiba-tiba saja Diva datang dan melepaskan tangan Rafa dan Jefan dari tangan Flora. Diva berdiri di samping Flora dan menatap Rafa dan Jefan bergantian.
"Kalian berdua masih pagi, suka banget nyari masalah ya," kata Diva sembari geleng-geleng kepala. Diva menatap Jefan datar. "Pergi lo. Jangan nyari masalah di depan kelas gue."
"Tapi gue mau ngomong sama Flora," kata Jefan bersikeras.
"Flora nggak mau ngomong sama lo, Jef. Sadar diri jadi orang," maki Diva gregetan. Meskipun sering merasa kesal kepada Flora, tetapi Diva tetap tidak mau jika Jefan kembali menggangu Flora.
"Mending lo pergi, Jef," kata Flora tanpa memandang Jefan.
Jefan mengepalkan tangannya dan menatap Rafa dengan penuh peringatan. Mungkin sekarang Jefan mau mengalah, tetapi nanti Jefan tidak akan tinggal diam lagi. Jefan akan kembali merebut hati Flora.
"Gue nggak akan berhenti sampai disini, Flo. Gue bakal tetap berusaha yakinin lo kalo gue serius dan udah berubah sama lo. Gue nggak akan ngelakuin kesalahan gue yang dulu sama lo," kata Jefan dengan tegas dan berlalu dari hadapan Flora.
Selepas kepergian Jefan, Flora menghela nafas leganya. Untungnya ada Diva yang datang dan mengusir Jefan. Flora tidak tahu apa yang akan terjadi jika tidak akan Diva disini.
Diva beralih menatap Rafa yang masih berdiri di tempatnya dan tidak melangkah sedikitpun. "Lo ngapain masih disini? Pergi sana."
"Gue mau bicara sama Flora," kata Rafa sembari menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
"Flora nggak mau bicara sama lo," kata Diva mewakili. Lalu ia pun memastikannya kepada Flora. "Iya kan, Flo."
Flora menatap Rafa dan menganggukkan kepalanya. "Gue mau masuk kelas, Raf. Kalo mau bicara kapan-kapan aja."
"Denger kan, Raf. Jadi mending lo sekarang balik ke kelas lo. Jangan ganggu Flora," kata Diva tegas.
Rafa mengacak rambut Diva dengan kasar. Rafa tidak tahu harus berterima kasih atau kesal kepada Diva. Diva memang sudah mengusir Jefan, tetapi gadis itu hyga mengusirnya.
"Bawel lo," kata Rafa kepada Diva. Lalu Rafa beralih menatap Flora dengan senyum teduhnya. "Gue balik ke kelas dulu. Tapi nanti gue tunggu lo di taman belakang, ya. Ada sesuatu yang mau gue kasih tau sama lo."
Flora menganggukkan kepalanya. "Iyaa."
Rafa menatap Diva sembari memeletkan lidahnya dan melangkahkan kakinya pergi dari sana. Kini tinggallah Flora dan Diva yang berdiri di depan kelas. Diva menghela nafasnya sejenak dan menatap Flora dengan datar.
"Lo masih mau ketemu sama Rafa?" tanya Diva.
Flora mengalihkan pandangannya dari Rafa dan beralih menatap Diva. Dari tatapan Diva kepadanya, Flora merasa jika Diva tidak suka kepadanya.
"Iya. Kan dia cuma mau ngomong sama gue aja," kata Diva.
"Lo naif banget ya, Flo. Lo emang nggak bisa mikir dari dulu. Lo mau kejadian kayak tadi terulang lagi. Untung tadi ada gue, kalo nggak ada gue. Bisa aja Jefan dan Rafa berantem," kata Diva sembari memijat pelipisnya. "Kalo lo mau aman, lo jauhin Rafa. Rafa itu nggak baik buat lo."
Setelah mengatakan itu, Diva masuk ke kelasnya. Flora menghela nafas panjangnya lagi dan masuk ke dalam kelasnya juga. Flora duduk di samping Luna dan membuka buku pelajarannya dengan asal.
Luna yang sedari tadi asyik memainkan ponselnya beralih menatap Flora. "Udah siap ngomong sama Rafa? Rafa ngomong apa aja sama lo?"
Flora menatap Diva sekilas yang duduk persis di depan kursinya. Flora beralih menatap Luna dan menggelengkan kepalanya singkat. "Ternyata bukan Rafa yang datang, tapi Jefan."
Luna membelalakkan matanya tidak mengerti dengan apa yang Flora katakan. "Maksud lo?"
"Jadi yang datang itu bukan Rafa, tapi Jefan. Jefan sengaja make nama Rafa biar gue mau keluar dan ketemu sama dia," kata Flora tidak habis pikir. "Gue juga heran sama Jefan, pas awal-awal gue mutusin dia, dia mau-mau aja kok. Dia juga nggak begitu gangguin gue. Tapi kenapa sekarang dia malah sering gangguin gue."
"Mungkin karena Rafa suka sama lo dan ngedeketin lo," kata Luna menebak. "Tapi si Jefan anjing banget ya sampe ngelakuin itu. Pas dia masih pacaran sama lo, dia nyakitin lo terus, tapi sekarang pas lo udah putus sama dia, dia gangguin lo terus. Dasar cowok brengsek."
Flora tidak lagi menanggapi ucapan Luna itu. Flora kembali membaca buku pelajaran miliknya. Namun otaknya tetap memikirkan soal ucapan Diva barusan kepadanya.