"Lo weekend kemana, Flo?"
Flora yang sedang menulis pun berhenti dan beralih menatap ke sampingnya. Flora membelalakkan matanya dan geleng-geleng tak percaya melihat Luna sedang mengoleskan lipgloss ke bibirnya. Sejak pertama kali mengenal Luna, baru saat ini Flora melihat Luna seperti ini di kelas.
"Lo bawa make up ke sekolah?" tanya Flora.
Luna yang sudah selesai memoleskan lipgloss ke bibirnya pun tersenyum manis di depan kaca kecil yang juga ia bawa. Bukan hanya lipgloss saja, tetapi mascara dan bedak padat, serta beberapa pita rambut.
Flora mengecek laci Luna dan semakin tidak percaya dengan Luna hari ini. Tidak biasanya Luna seperti ini. Flora pun mengeluarkan tempat make up dari laci Luna.
"Lo bawa ini semua ke sekolah?" tanya Flora tidak percaya. "Lo gila apa gimana sih, Lun. Kalo ketahuan Pak Lukman, lo bisa di hukum."
Luna merampas tempat make upnya dari tangan Flora dan memasukkan lipglossnya ke dalam. Kemudian Luna beralih menatap Flora. "Nggak ada ketahuan kalo lo nggak cepu. Lagian gue makenya juga nggak tebal-tebal banget. Jadi bakal aman."
"Nekad banget sih lo," kata Flora tidak habis pikir.
"Btw, lo belum jawab pertanyaan gue. Lo kemana kemaren?" tanya Luna.
Flora gelagapan mendengar pertanyaan Luna itu. Flora juga terkesan salah tingkah. Namun Flora berusaha menutupi kesalah tingkahannya itu.
"Kok lo salah tingkah?" tanya Luna.
"Nggak ihh, apaan sih," kata Flora dengan ketus untuk menutupi kegugupannya. "Gue cuma di rumah aja kemaren. Gue mau kemana lagi kalo bukan sama lo."
"Sama Rafa mungkin," kata Luna dengan iseng.
Flora terbatuk mendengar ucapan Luna itu. Bagaimana bisa Luna mengatakan itu dengan semudah itu. Sementara Luna menyipitkan matanya sembari menatap Flora dengan tatapan menyelidik.
"Lo beneran pergi sama Rafa semalam? Padahal gue cuma iseng aja bilang gitu. Taunya memang benar, ya?" goda Luna sembari tersenyum.
"Nggak," ralat Flora langsung. Flora tidak mau jika Luna mengetahui jika ia pergi bersama Rafa kemaren. "Gue cuma dirumah aja. Nggak kemana-mana juga. Pokoknya lo harus percaya sama gue."
Tiba-tiba saja, Stela, teman sekelas mereka berdiri di samping Flora. Stela juga cukup berteman baik dengan Flora dan Luna. Meskipun hanya beberapa kali saja mereka nongkrong bersama.
"Flo, ada Rafa di depan. Katanya mau ketemu sama lo," kata Stela.
Flora dan Luna saling berpandangan dan beralih menatap Stela kemudian. Flora menunjuk dirinya sendiri. "Gue?"
Stela menganggukkan kepalanya. "Iya."
"Gue atau Luna?" tanya Flora memastikan.
"Flora, yang dipanggil itu elo, bukan gue," kata Luna. "Keluar sana, Rafa pasti mau ngomong serius sama lo. Apa jangan-jangan dia mau nembak lo."
Flora menghela nafasnya dan mengusap wajah Luna dengan kasar. "Sadar woy. Yakali Rafa mau nembak gue. Aneh-aneh aja lo."
Flora kembali menatap Stela dan berterimakasih kepada Stela. "Oke, thanks ya. Gue nemuin Rafa dulu."
Flora berdiri dari duduknya dan keluar dari kelasnya. Namun bukannya Rafa yang ada di depan kelasnya, melainkan Jefan. Flora mencoba melihat kesekitarnya dan tidak menemukan Rafa dimanapun.
"Gue yang mau ketemu sama lo, bukan Rafa."
Flora menatap Jefan datar. "Ngapain lo pura-pura jadi Rafa?"
"Karena kalo gue pake nama gue sendiri, lo nggak akan mau keluar dari kelas lo. Dan gue juga malas masuk dan ketemu sama Luna di dalam," kata Jefan.
Flora mendekati Jefan dan menggaruk rambutnya yang tidak gatal. Flora bingung, mengapa Jefan masih menganggunya seperti ini meskipun hubungan mereka sudah selesai.
"Ngapain lagi sih ketemu sama gue. Apalagi yang mau lo omongin sama gue," kata Flora dengan ketus.
Jefan memegang tangan Flora dan menatap gadis itu dengan lekat. Jefan tidak bisa membohongi perasaannya jika ia masih sangat menyayangi Flora.
"Gue mau lo kasih kesempatan kedua sama gue, Flo," kata Jefan dengan sungguh-sungguh. "Atau anggap aja kita nggak pernah pacaran. Anggap aja kita sebagai dua orang asing yang baru ketemu. Biarin gue deketin lo lagi dan buat lo jatuh cinta lagi sama gue."
Flora menyunggingkan senyum sinisnya menatap Jefan. Jefan seperti lelaki yang tidak punya malu. Setelah menyakiti Flora sangat dalam dan membuat ia seakan trauma untuk membuka hatinya kepada siapapun. Sekarang Jefan datang lagi dan meminta seolah-olah tidak pernah terjadi apa-apa di antara mereka. Sungguh menjijikkan.
"Lupain semua yang udah lo lakuin sama gue, Jef?" tanya Flora dengan sinis. "Lo punya otak nggak ngomong kayak gitu sama gue. Lo mikirin perasaan gue nggak gimana? Gue nggak akan lupa sama apa yang udah lo lakuin sama gue, Jef?"
"Gue tahu, Flo. Dan gue minta maaf sama itu semua," kata Jefan. "Tapi lo harus bisa lupain itu semua. Hidup lo nggak akan maju kalo lo masih terus-terusan stuck disitu aja. Kasih gue kesempatan kedua, Flo."
Flora melepaskan tangannya dari tangan Jefan. Flora tidak ingin membahas soal ini lagi dengan Jefan. "Gue mungkin bisa lupain apa yang udah lo lakuin sama gue. Tapi bukan berarti gue bisa kasih kesempatan kedua sama lo. Kita udah berakhir dan nggak akan bisa bersama sampai kapanpun."
Sementara itu, tak jauh dari keduanya Rafa berdiri dan menyaksikan semuanya yang terjadi. Tadinya Rafa ingin menemui Flora di kelasnya. Namun langkahnya terhenti saat melihat Jefan berdiri di depan kelas gadis itu. Rafa juga menunggu Flora keluar dan berbicara dengan Jefan.
Rafa penasaran dengan apa yang ingin Jefan katakan kepada Flora. Sepengetahuan Rafa, Flora dan Jefan sudah tidak memiliki hubungan apapun lagi. Luna juga mengatakan jika apa yang Jefan lakukan kepada Flora sangat menyedihkan. Lantas mengapa sekarang Jefan kembali menemui Flora.
Rafa menyipitkan matanya saat melihat Jefan memegang tangan Flora dan gadis itu hanya diam saja. Meski tidak tahu apa yang mereka perbincangkan, yang pasti Rafa merasa jika Jefan sedang meminta Flora untuk kembali kepadanya. Rafa juga melihat keduanya terlibat adu mulut yang sangat serius.
"Samperin sana," kata Billy yang tiba-tiba berdiri di samping Rafa.
Rafa mengalihkan pandangannya ke arah Billy. "Maksud lo?"
"Lo dari tadi lihatin Flora sama mantannya, kan?" tebak Billy. "Daripada lo diam aja disini, mending lo samperin mereka. Lo tunjukin diri lo di depan Jefan. Lo kasih tau sama dia kalo sekarang giliran yang akan maju buat dapatin Flora."
Rafa menggelengkan kepalanya. "Gue nggak mau. Nggak gitu caranya, Bil."
"Trus cara lo gimana?" tanya Billy sembari mengernyitkan keningnya. Billy hanya ingin yang terbaik kepada Rafa. "Lo mau diam aja dan ngelihat Jefan berusaha dapatin Flora lagi? Lo mau kalah lagi dari Jefan?"
Rafa terdiam sejenak dan menimang-nimang ucapan Billy itu. Ucapan Billy itu memang benar. Ini saatnya Rafa maju dan berusaha merebut hati Flora. Jika bukan sekarang, maka kapan lagi. Rafa tidak memiliki waktu banyak, ada Jefan yang berusaha merebut hari Flora lagi.
Tanpa mengatakan apapun lagi kepada Billy, Rafa melangkahkan kakinya dan menemui Flora. Rafa menghela nafasnya dan memanggil nama Flora.
"Flo."