Zayyan dan Yuda kembali kedalam kelas. Saat keduanya duduk di kursi masing masing yang bersebelahan itu, Yuda kembali menanyakan pertanyaan yang belum dijawab sebelumnya.
"Acaranya kenapa dipercepat sih Za?" tanyanya penasaran.
"Ya gue juga gak tau, gue cuma di suruh tanda tangan! dah itu doang! sisanya yang nguruskan Rahma sama pembimbing osis buk Linda!" jawab Zayyan.
Tanda tangan yang di minta sebelumnya hanyalah karena dirinya menjabat sebagai ketua silat, bukan karena dia adalah pengurus acara. Jadi mana dia tau kenapa acaranya bisa di percepat.
"Jadi anak silat yang bakal keluar nanti siapa? jangan bilang lo lagi yang bakal tanding!" tanya Yuda.
Jika Festival itu sudah ditentukan jadwalnya maka mereka harus secepatnya mencari anggota yang akan di ikut sertakan dalam Festival.
"Ya kita liat nanti, kalau ada yang bisa ngimbangi gue, gue bakal nunjuk tu anak buat ikut! tapi kalau ga ada ya apa boleh buat," jawab Zayyan.
Acara yang sedang mereka bicarakan ini cukup bergengsi di kalangan anak sekolah di Jakarta, jadi mana mungkin dia mau ngambil resiko buat ngasi kesempatan orang yang tidak berkompeten buat tampil di acara itu.
"Iya juga sih, Tapi kalau standarnya itu diri lo sendiri mana mungkin ada yang bisa bre!" Yuda tertawa pelan.
Zayyan adalah atlet silat paling potensial di sekolah, bahkan sejak kelas 1 dia udah mendominasi persilatan di sekolah apalagi sekarang saat menjadi senior tertua.
***
Zayyan dan Yuda tidak langsung pulang setelah bel terakhir yang menandakan jam pelajaran di sekolah telah usai berbunyi karena mereka masih memiliki beberapa urusan sebelum seleksi yang akan diadakan sore nanti.
"Zayyan lo gak pulang?" Vira yang sedari tadi juga belum pulang bertanya.
"Pulang, tapi ntar lagi sih karena masih ada yang harus gue selesain di ruang latihan." Dengan santai Zayyan menjawab.
"Lo kenapa belum pulang Vir?" bukan Zayyan yang bertanya tapi Yuda.
Heran banget sama ni cewek! dua bestie nya udah pulang dari tadi tapi dia gak pulang pulang, ada perlu apa sih dia? pikir Yuda.
"Gapapa, gue pengen nemenin Zayyan aja hari ini." dengan gestur genitnya itu Vira menjawab.
Mendengar itu Zayyan mengernyitkan dahi, kemudian berkata "Gak perlu, mending lo pulang aja daripada suntuk di sini ntar."
"Nggak Za! kalau ada lo mana mungkin gue suntuk!" bantah Vira yang masih dengan jelas menunjukkan ketertarikannya pada Zayyan.
'Niat banget usahanya ni orang!' kata Yuda dalam hatinya.
Tanpa menghiraukan Vira yang mengikuti kemanapun ia pergi, Zayyan dan Yuda kembali ke ruang latihan dan memeriksa apakah ada tambahan formulir yang di kembalikan atau tidak.
Karena sebelumnya mereka sempat menitipkan beberapa tugas pada junior kelas 2 untuk mengutip formulir formulir yang belum sampai ke tangan mereka.
"Sepertinya udah gak ada yang balikin formulir lagi," kata Yuda setelah memeriksa laci laci di meja itu.
Tidak ada formulir lain selain yang sudah mereka susun tadi jadi itu artinya tidak ada tambahan sama sekali.
"Kalau gitu kita susun acara buat nanti abis itu baru kita pulang, oke?" sahut Zayyan.
"Perlu gue panggil anak anak buat bantuin gak?"
"Udah cuma dikit ini gak perlu sampek ngumpulin mereka, ntar acara nanti mereka juga yang ngurusin." Sambil mengayunkan tangannya Zayyan menjawab.
"Ada yang bisa gue bantu bantu gak?" Vira yang dari tadi dicuekin bertanya.
"Bener mau bantu?" tanya Zayyan.
"Iya dong! kalau gak ngapain gue nanya Zayyan," jawab Vira dengan suaranya yang lembut itu.
"Beliin kita minum dong! haus ni!" dengan senyum lebar di wajahnya Zayyan bicara.
'Nah kan rasain tuh! siapa suru caper ke Zayyan' Yuda tersenyum puas.
"Seriusan nih? lo nyuruh gue beliin kalian minum?" wajah Vira langsung bete.
Dia mengikuti mereka berdua kemari dengan niat agar bisa lebih lama bersama Zayyan atau setidaknya bisa berada lebih dekat dengan Zayyan.
Tapi siapa sangka saat ia baru beberapa menit berdiri di sini udah di suru pigi beli minum.
"Kalau ada sama gorengan sekalian, ya?" jawab Zayyan dengan ramah. Nanti kalau gak ramah ni anak ga mau lagi beliin dia minum.
"Yaudah gue beliin bentar!" Vira keluar dengan kesal, kalau orang lain yang nyuruh mana mungkin dia mau. Tapi ini adalah orang yang udah ia sukai dari lama jadi gak mungkin dong dia nolak.
"Kebangetan lo Za! Vira cuma pengen deket deketan doang sama lo Za, tapi lo malah jahilin dia!" saat Vira keluar tawa Yuda yang udah ditahannya dari tadi pecah.
"Gue gak suka aja ada cewek yang kelewat caper kayak gitu."
Di tempat lain, Dhita terus mengikuti Farrel. Sampai sampai Farrel bingung kenapa dia diikuti.
"Dhita! kenapa sih ngikutin gue terus, lo gak pulang?" Farrel memutuskan untuk bertanya.
"Siapa yang ngikutin lo? gue mau ambil balik formulir silat adik gue!" Tentu saja Dhita berbohong. Padahal dia sebenarnya penasaran ngapain sih Zayyan di ruangan itu sampek jarang banget keliatan batang hidungnya.
"Lah? kenapa di ambil lagi? bukannya Daffa memang pengen daftar di silat?" tanya Farrel dengan wajah bingungnya.
"Ya memang sih!" Dhita mulia gugup.
"Tapi kayaknya ada yang salah deh! gue mau pastiin aja. Biar ga ada alasan buat tu anak nolak adek gue ntar!" Dhita memasang wajah juteknya.
"Segitunya suudzon sama pacar sendiri, yauda ayo ikut gue!" Farrel menggelengkan kepala.
Dhita gak menjawab apa apa lagi, dia hanya mengikuti Farrel dari belakang sampai mereka tiba di depan ruang latihan anak silat.
Pada saat yang sama mereka berdua melihat Vira keluar dari ruangan dengan wajah kesalnya.
"Lah dia ngapain?" tanya Dhita. Wajahnya tiba tiba berubah muram.
"Ya gue juga baru datang Ta! mana gue tau dia ngapain," jawab Farrel. Kemudian ia melanjutkan langkahnya memasuki ruangan.
"Lama banget sih lo!" Yuda langsung menyambut Farrel yang datang terlambat ini.
"Ya maaf Yud, pak Anto lama banget keluarnya, mana soalnya susah banget lagi." Farrel beralasan.
Tidak lama masuk Dhita yang membuat kedua pasang mata itu terheran heran. Zayyan dan Yuda saling tatap menyiratkan pertanyaan tentang cewek yang baru masuk ini.
Ngapain dia di sini?
"Dhita? ada perlu apa?" Zayyan langsung maju dan bertanya.
"Katanya formulir Daffa ada yang salah isi," malah Farrel yang jawab.
"Jam berapa seleksinya?" tanya Dhita tiba tiba. Dia udah badmood gara gara liat Vira keluar dari ruangan ini barusan.
"Jam 3, bukannya Daffa udah tau ya?" Zayyan menjawab dengan bingung, yang lebih membingungkan adalah ekspresi tu cewek udah kayak dia abis buat salah, padahal baru ini jumpa setelah sekian hari.
"Iya tadi gue sendiri yang kasih tau Daffa Za!" tadi Zayyan titip pesan buat nyampein in ke Daffa, jadi Yuda langsung klarifikasi biar gak di salahin sama Zayyan.