Entah dia luluh dengan bujukan Zayyan entah dia sebenarnya mau tapi malu jika langsung menerima tawaran itu, pokoknya sekarang Dhita udah mau!
"Tunggu di sini bentar ya, gue ambil motor dulu." Zayyan berjalan ke parkiran mengambil motornya.
Di sana Yuda dan Farrel baru saja akan keluar dari parkiran dan dia tidak melihat satupun dari mereka membonceng Vira. Jadi ia bertanya "Vira mana?"
"Dia langsung cabut waktu lo ninggalin kita tadi," jawab Yuda.
"Gak mau dia boncengan sama kita, maunya sama lo doang Za!" Farrel tertawa kecil.
"Dhita gimana?" Yuda balik bertanya, dia penasaran kenapa tu cewek tumben tumbenan belum pulang jam segini.
"Ni gue mau antar dia," Zayyan menaikkan alisnya sambil menjawab.
"Yaudah hati hati lo pada, jangan telat ntar balik ke sini! terutama lo Farrel!" kata Zayyan.
"Oke, kita cabut duluan ya." mereka berdua sedikit terkejut saat mendengar Zayyan akan mengantar Dhita pulang. Tapi karena waktu udah mepet banget mereka gak sempat bertanya tanya deh.
Begitu kedua sahabatnya pergi Zayyan langsung mengambil motornya dan kembali ke tempat Dhita berdiri, "Ayoo!" ajaknya.
"Janji gak kebut kebutan?" ucap Dhita sebelum naik ke atas motor Zayyan. Dia sedikit trauma, karena dengan Vespa aja Zayyan bisa kebut kebutan apalagi motor sport kayak gini.
"Gue janji! udah ayo naik!" Zayyan menunjukkan jari kelingkingnya menandakan kalau dia serius dengan perkataannya.
Dengan begitu barulah Dhita naik ke atas motor dan Zayyan mulai mengendarai motornya setelah Dhita menaikkinya.
Zayyan mengendarai motornya dengan santai, tidak kebut kebutan sama sekali seperti biasanya saat ia berkendara sendirian.
"Lo tadi kenapa? gak lagi punya masalah kan?" untuk mengisi kekosongan saat dalam perjalanan menuju rumah Dhita, Zayyan bertanya.
"Tadi? maksudnya?" Dhita menjawab dengan bingung, ia sama sekali gak ngerti apa maksud dari pertanyaan Zayyan.
"Iya, gue gak pernah liat lo marah marah kayak gitu. Kita baru aja jumpa lho tadi tapi lo udah marah marah gak jelas." terang Zayyan.
Sejujurnya Zayyan masih penasaran dengan sikap aneh Dhita hari ini, jadi ia ingin memanfaatkan kesempatan ini untuk memastikan sekali lagi apa yang sedang terjadi dengan pacarnya ini.
"Nggak kok, gue gak apa apa! Cuma lagi kurang mood aja nih," jawab Dhita dengan santai. Lagi lagi ia berbohong, padahal bukan itu yang membuat sikapnya menjadi seperti tadi.
"Nggak karena lagi punya masalah kan?" tanya Zayyan sekali lagi.
"Ya nggak lah, iya kali seorang Dhita punya masalah yang membuatnya jadi pemarah." Dhita meyakinkan Zayyan dengan kata katanya yang penuh kepastian.
"Mungkin aja dong, mana tau lo abis patah hati gitu. Atau karena sedang rindu sama gue!" ucap Zayyan yang berniat menjahili Dhita.
Tapi tanpa Zayyan sadari kata kata yang diucapkannya dengan niat menjahili, ternyata membuat gadis itu tersipu malu di belakang.
Wajahnya sedikit memerah saat mendengar Zayyan mengucapkan kata kata itu lalu ia menjawab sambil tertawa pelan "Ihh pede banget sih lo? ngapain juga gue harus rindu sama lo?"
'Yaampun Dhita, jujur aja kali ngapain harus bohong bohong' Dewi batin Dhita mulai mendebat.
"Kan gue cuma nebak doang, gak ada salahnya kan?" sambung Zayyan yang mulai ikut tertawa.
"Ngomong ngomong beberapa hari terakhir kita jarang banget ketemu ya? jadi gak berasa kalau lagi pacaran ya gak?" Zayyan mulai mengingat beberapa hari terakhir ini dimana ia sangat jarang berinteraksi dengan pacarnya ini.
"Ya abisnya lo sibuk terus dengan organisasi!" jawab Dhita dengan wajah cemberutnya, jadi suaranya terdengar seperti anak yang sedang menjawab pertanyaan ibunya saat ngambek. Intonasinya terdengar jelas berbeda.
"Mau gimana lagi, itu udah tugas gue kan? nanti kalau gue gak selesaiin tugas ada miss perfect sekolah yang mulai ngomel ngomel sama gue!"
"Udahlah! gak penting juga," sahut Dhita.
"Penting dong masak enggak," jawab Zayyan sambil terkekeh pelan.
Motor sport itu terus melaju dan tidak lama kemudian mereka tiba di rumah Dhita.
"Tunggu bentar ya, gue ambil dulu jaketnya!" kata Dhita sambil turun dari motor dengan hati hati.
"Udah gak usah repot repot, simpan aja dulu." Dengan senyum manisnya Zayyan menjawab.
Memang dari awal niatnya hanya ingin mengantar gadis itu pulang, bukan ingin mengambil kembali jaketnya.
"Tadi katanya mau ambil jaket gimana sih?" seketika Dhita langsung berbalik dengan wajah kesalnya.
"Kalau gue gak ngomong gitu mana mungkin lo mau gue antar pulang," jawab Zayyan dengan santai. Terlihat sedikit tawa kecil di bibirnya.
"Udah ah tunggu bentar gue ambil jaket lo." Dhita mengabaikan orang paling jahil yang pernah ia kenal itu dan melanjutkan langkahnya memasuki gerbang rumah.
"Ntar gue telat lagi, gue cabut luan ya! bye!" ucap Zayyan sambil ngegas motornya.
"Zayyan!" gumam Dhita dengan kesal saat melihat Zayyan meninggalkannya tiba tiba.
"Tu anak emang rese banget ya! apa salahnya coba nunggu bentar pas gue ambil jaketnya!" gumamnya kesal saat menatap Zayyan di kejauhan.
"Yah pulang sama siapa? mama baru mau pergi jemput kamu," Mama tiba tiba muncul di belakang Dhita.
"Di anter temen ma," jawab Dhita sambil berusaha menyembunyikan wajah kesalnya barusan.
"Temen apa temen nih?" goda mama yang menduga kalau Dhita sepertinya pulang bareng pacarnya.
"Iya deh iya, Zayyan yang antar aku! lagian mama lama banget sih, kalau nggak kan aku gak bakal pulang sama dia." Dhita mengaku, padahal mama hanya menebak saja.
"Tuh kan bener, mama udah feeling kalau Zayyan pasti bakal anterin kamu pulang! udah masuk dulu!" ucap mama.
"Ya karena mama kelamaan jemput, kalau nggak kan dia gak perlu sampe ngantar ngantar aku gini!" jawab Dhita sambil masuk kedalam rumah.
Perasaannya sedang kesal karena tu cowok tadi main pergi pergi aja padahal udah di suruh tunggu sebentar, dan sekarang mama malah gangguin dia lagi. Makin kesal yang ada nih!
"Loh cepet banget mama pulangnya?" Daffa yang tidak sengaja melihat mama masuk bertanya dengan heran. Karena perasaannya tadi mama baru aja pamit mau jemput kakak.
"Kak Dhita udah pulang," jawab mama dengan alis yang terangkat.
"Oh dia pulang sendiri? naik apa?" tanya Daffa bingung. Bukannya tadi kakak sibuk banget nelpon ya minta jemput tapi kenapa dia malah pulang sendiri.
"Dia pulang sama Zayyan!" sahut mama.
Dhita yang mendengar percakapan keduanya hanya mendengar dengan malas sambil berjalan langsung ke arah kamarnya di lantai atas.
"Kenapa gak tiap hari aja pulang bareng kak Zayyan?" tambah Daffa sambil tersenyum kecil.
"Udah gak usah urusin urusan orang, lo jam 3 udah harus balik ke sekolah kan?" Mendengar itu Dhita menghentikan langkahnya.
"Duhh hampir aja lupa!" Daffa yang tidak ingat kalau dia harus kembali ke sekolah seketika melebarkan matanya sambil menepuk dahi dengan tangannya.