Sementara pak Rahian mulai memberikan pelajaran dasar kepada siswa dan siswi yang ingin masuk ke dalam ekskul silat, Zayyan keluar dari kerumunan dan memperhatikan sekitar.
Ia ingin tau apakah Dhita ikut datang bersama Daffa atau tidak, jadi ia keluar untuk mencari apakah Dhita ada di sekitar.
Di saat ia sedang sibuk melihat lihat di sekitar Yuda dan Farrel tiba tiba menghampirinya, "Zayyan! ngapain lo di sini?" tanya Yuda sambil berjalan mendekat.
"Ahhh, nggak ada! Cuma nyari udara segar doang, panas banget di sana! mana rame banget lagi!" jawab Zayyan.
"Iya ya, kenapa tahun ini makin rame yang daftar? perasaan tahun lalu gak sampe 50 orang deh yang daftar silat." Farrel menambahkan dengan wajah bingungnya.
"Wajar lah, kalau lo mau liat yang daftar sepi, liat aja tahun depan pas kita udah tamat! gue yakin ga bakal nyampe 20 orang yang daftar silat bre!" Yuda menjawab penuh keyakinan.
"Sok tau banget sih lo Yud," Zayyan tertawa pelan.
"Memang iya kan? 90 persen dari anak anak baru yang mendaftar ini fans lo Za, jadi ya wajar aja pas lo tamat ekskul silat jadi sepi lagi kayak biasa."
"Mana yang daftar kebanyakan cewek cewek lagi," kata Farrel.
Zayyan mengernyitkan alis lalu menjawab "Lah memangnya gak boleh cewek cewek belajar beladiri?"
"Bukan gitu Za, gak ada salahnya memang anak cewek belajar silat, tapi bukan itu yang mereka kejar di ekskul ini." Yuda dan Farrel gak tau apakah si Zayyan ini emang gak sadar kalau dialah yang menyebabkan anak anak cewek itu daftar silat atau dia pura pura gak tau.
"Mereka gak tau aja kalau Zayyan udah jarang latihan bareng anak ekskul, kalau mereka tau gue jamin ga bakal mau mereka masuk silat." Farrel menambahkan sambil terkekeh pelan.
"Udah ah kantin dulu yok, buk tuti masih buka gak ya kira kira?" ucap Zayyan. Dia males kalau udah ngebahas ketenaran dirinya.
"Jadi ini siapa yang urus?" jawab Farrel.
"Kan ada anak anak yang lain," dengan santai Zayyan melangkah ke arah kantin.
Sebelum pergi tadi Zayyan sudah sempat mendatangi Daffa dan memberikan sedikit masukan agar dia bisa memaksimalkan kesempatannya saat mempelajari gerakan yang diberikan pelatih.
Ketiganya berjalan ke kantin, karena jarak ruang latihan dan kantin tidak terlalu jauh, tidak butuh waktu lama bagi mereka untuk tiba di sana.
Pada saat akan masuk ke area kantin, Zayyan melihat Dhita dan Gilang sedang duduk berhadap hadapan di salah satu meja. Dan entah kenapa ia merasa kesal saat melihat itu.
"Za! Za! liat itu Gilang ngapain duduk bareng Dhita?" Yuda yang juga melihat itu langsung menepuk pundak Zayyan sambil bertanya.
"Ya mana gue tau lah, gue kan bareng kalian dari tadi?" Zayyan menjawab dengan kesal. Entah dari mana datangnya rasa kesal ini, tapi itu seolah olah akan meledak kapan saja.
"Kita datengin aja gak Za?" tanya Farrel, dia juga merasa ada yang aneh dengan pemandangan itu.
Gilang dan Dhita memang satu kelas, tapi dia gak pernah melihat ada interaksi yang berlebih di antara keduanya jadi ya wajarlah kalau dia ngerasa aneh waktu melihat keduanya duduk bareng di kantin sekolah kayak gitu, mana ni tempat udah sepi lagi.
"Udah gak usah! kita cari makanan di luar sekolah aja!" tanpa basa basi Zayyan langsung berbalik meninggalkan kantin.
"main tinggal aja ni anak, Zayyan tunggu!" Farrel dan Yuda buru buru mengejar Zayyan.
Zayyan terus melangkahkan kaki dengan perasaan kesal, sementara Yuda dan Farrel dengan cepat menyamai langkahnya.
Kemudian Farrel bertanya, "ngapain nyari makan di luar sih? kan kantin masih buka." dia gak tau kalau mood Zayyan lagi gak bagus.
"Gue pengen cari cemilan di supermarket aja, siang siang gini tempe buk tuti mana enak lagi bre." Zayyan berusaha menyembunyikan kekesalannya.
"Iya juga sih, pasti udah pada masuk angin semua tu, tinggal rasa tepungnya doang!" Yuda menyambar.
Akhirnya mereka bertiga memutuskan untuk beli cemilan di supermarket. Mereka tidak pergi dengan motor karena jarak supermarket yang tidak jauh dari sekolah.
"Eh gue masih penasaran dengan Gilang, ngapain ya kira kira dia ajak Dhita duduk berduaan di kantin." saat ketiganya sedang asyik berjalan ke supermarket tiba tiba Yuda bergumam pelan.
"Iya gue juga penasaran sih, apalagi di kelas mereka berdua itu udah hampir gak pernah ngobrol gitu. Ya semenjak Dhita pacaran sama lo lah Za!" Farrel menambahkan.
"Jadi urusannya sama gue apa?" sebenarnya dia kesal banget nih, tapi Zayyan ahli menyembunyikannya.
"Udahlah bukan urusan kita juga, ngapain dipikirin banget sih?" melihat kedua temannya masih sangat serius membahas Dhita dan Gilang, Zayyan langsung mengalihkan perhatian keduanya.
"Tapi kan Za--"
"Udahlah! hobi banget gibahin anak orang." Belum lagi Yuda siap menjawab Zayyan udah memotong.
Tidak ada yang curiga dengan sikap Zayyan, dan ketiganya melanjutkan langkahnya yang sudah semakin dekat dengan supermarket.
*****
Ssementara Zayyan dan kedua sahabatnya sedang sibuk beli cemilan di supermarket, Gilang Pun semakin serius saat bicara dengan Dhita.
"Dhita! tolong pertimbangin perasaan gue Dhit!" dengan tatapan tajam, mata Gilang terus terfokus pada Dhita.
"Jadi ini masalah penting dan darurat yang mau lo bicarain ke gue sampe bawa bawa gue ke sini?" Dhita menggelengkan kepalanya tidak percaya.
Sebenarnya tadi dia sedang berdiri di sekitar ruang latihan silat karena rencananya pengen liat adiknya seleksi, tapi tiba tiba ni cowok nongol terus gandeng tangannya sambil bilang "ada masalah penting yang harus gue bicarain, ini darurat!"
Ya karena Gilang udah ngomong gitu dia ngikut aja, eh tau taunya Cuma mau ngebahas hal gak penting kayak gini.
"Ya! ini penting buat gue Ta!" Gilang menjawab dengan penuh keyakinan.
"Lo sendiri tau kalau gue udah pacaran sama Zayyan, jadi mending lo berhenti ngejar gue!" dengan perasaan kesal Dhita memalingkan wajahnya.
"Tapi lo terpaksa kan? lo gak bener bener suka sama dia!" Gilang udah memantapkan diri untuk momen ini jadi dia gak mau semuanya sia sia.
Dalam beberapa hari terakhir dia sudah memikirkan kalau sepertinya dia harus menyatakan keseriusannya pada Dhita agar ia tidak terus menerus terbebani saat melihat wanita yang sudah lama bersarang di hatinya ini.
"Itu bukan urusan lo, yang terpenting sekarang gue udah pacaran dan lo gak pantas ngomong kayak gini sama gue!" jawab Dhita, namun suaranya terdengar sedikit kaku an ragu ragu.
"Jadi lo lebih milih cowok yang selalu mengganggu lo tiap hari itu daripada gue yang mati matian--"
"Gilang tutup mulut lo! jangan asal dong kalau bicara!" Dhita memotong, rasanya gak senang banget dia denger Gilang jelekin Zayyan barusan.