Zayyan terlihat sedang sangat sibuk memeriksa formulir para pendaftar, dibantu dengan beberapa orang rekannya, mereka memeriksa ada berapa banyak dari siswa baru yang memiliki latar belakang beladiri.
Dan dari 73 formulir yang terkumpul hanya 5 orang yang mengaku pernah belajar beladiri sebelumnya, jadi mereka harus memisahkan kelima orang ini untuk mempercepat proses penyaringan.
"Yakin nih lima orang doang yang pernah belajar silat? terus sisanya ini ngapain daftar?" seorang pria paruh baya bergumam pelan saat melihat laporan yang dibuat Zayyan.
"Ya kita kita juga gak tau kenapa banyak banget dari mereka yang daftar padahal gak punya basic silat." jawab Zayyan dengan nada sopan.
"Pak, masak gak tau sih? sama kayak taun sebelumnya, ketenaran Zayyan lah yang mendorong mereka untuk daftar," sahut Farrel dari samping.
"Iya Za, kamu ini masih aja gak ngaku." orang yang dipanggil pak oleh Farrel tadi tertawa mendengar ucapan Farrel.
Ia adalah pak Rahian, pelatih silat di sekolah mereka.
"Coba kamu tanya sama senior senior sebelum kamu masuk ke sekolah ini, apa pernah kita buat seleksi hanya untuk masuk ke ekskul silat?" tambah pak Rahian.
"Ya memang gak pernah sih pak, tapi kan gak mungkin saya larang larang mereka untuk daftar." Zayyan menjawab dengan canggung.
Seleksi masuk ke ekskul silat di sekolah ini baru diadakan pertama kali tahun lalu, karena siswa yang mendaftar melebihi batas kuota yang seharusnya.
Biasanya silat hanya menerima sekitar 20 orang di setiap angkatan, itu karena mereka hanyalah olahraga individu, berbeda dengan basket dan futsal yang bisa menerima lebih dari 60 siswa dalam ekskulnya.
Meskipun hanya dibatasi sebanyak 20 orang yang boleh mendaftar, belum pernah ada kasus dimana siswa yang mendaftar melebihi atau bahkan mendekati 20.
Jadi tahun kemarin benar benar pertama kalinya ada begitu banyak siswa yang mendaftar ke ekskul silat sehingga harus diadakan seleksi dalam proses masuknya.
"Kamu udah coba ngomong sama kepala sekolah mengenai kasus ini?" tanya pak pelatih.
Karena tahun kemarin sangat banyak yang mendaftar ke silat, pak Rahian mengusulkan agar kedepannya kuota untuk anak silat di tambah agar mereka yang benar benar berniat masuk memiliki peluang lebih besar.
"Udah sih pak! tapi tetap aja, kepala sekolah Cuma ngasih 5 tambahan untuk kita." kata Zayyan.
"Cuma lima? agak pelit ya kepala sekolah kalian," pak Rahian tertawa kecil.
"Mungkin karena takut ekskul yang lain sepi kali pak, Ntar fans nya Zayyan lari ke silat semua lagi." Yuda yang baru aja masuk ke ruang latihan ikut menyambar.
"Ada ada aja kamu ini."
"Gimana? anak anak udah pada datang? ntar lagi seleksi mulai nih!" tanya Zayyan pada Yuda yang baru saja masuk.
"Udah rame tu diluar, barusan gue cek udah sekitar 60 an yang datang." Yuda menjawab dengan santai.
Yuda barusan aja dari luar dan dia sempat absen juga anak anak yang udah datang. Makanya dia bisa bilang kalau udah sekitar 60 orang yang datang.
"Coba panggil 5 orang ini dulu suru masuk," pak Rahian menginstruksi. Ia memberikan daftar nama yang diberikan Zayyan sebelumnya pada Yuda.
"Oh ini anak anak yang udah sempat latihan silat sebelum masuk sekolah ini ya Za?" ucap Yuda setelah melihat daftar nama itu.
"Iya, panggilin mereka ya Yud, biar kita liat basic mereka dulu. Kalau udah rame rame ntar repot."
"Yaudah bentar!"
Yuda segera keluar dan menyebutkan beberapa nama, dan kebetulan kelima anak itu memang sudah hadir diantara kerumunan yang datang.
Segera kelima anak itu dibawa masuk, pada saat yang sama pak Rahian langsung meminta mereka memperlihatkan gerakan gerakan yang sudah mereka pelajari sebelumnya.
"Cukup baik, ternyata kalian tidak berbohong!" pak Rahian mengangguk puas setelah melihat kelima siswa itu, ah tidak, ada satu orang siswi diantara kelimanya.
"Oke, kalian udah lulus. jadi untuk urusan seragam dan yang lain lain bisa langsung diurus besok ya!" ucap Zayyan.
Ia juga cukup puas dengan keterampilan kelima orang ini jadi tidak perlu lagi menggabungkan mereka dengan orang orang diluar sana.
"Wah beneran ni kak?" tanya salah satu dari mereka. Ini terlalu mendadak bagi mereka jadi tidak mungkin mereka akan langsung mempercayainya.
"Iya dong, kalian udah punya dasar yang kuat, jurus jurus kalian juga udah cukup banyak jadi gak perlu lagi ikut seleksi."
"Makasih banyak kak," ke empat siswa dan satu orang siswi itu membungkuk sebelum keluar ruangan dengan raut bahagia terpancar diwajah mereka.
Saat mereka berlima keluar tentu saja teman temannya langsung menanyai apa yang mereka lakukan di dalam, dan mereka juga tidak keberatan menceritakan apa yang terjadi didalam.
"Jadi kalian lulus gitu aja?" tanya salah satu siswi yang kelihatannya adalah fans berat Zayyan.
Ia langsung terlihat panik setelah mendengar kalau mereka harus memperlihatkan keahlian silat mereka.
Ya itu karena dia sama sekali tidak punya basic silat. Kan dia daftar hanya agar bisa melihat kak Zayyan setiap hari.
"Duh gimana dong? kita belum pernah belajar silat, mana mungkin kita keterima," kerumunan mulai ricuh setelah mendengar cerita kelima temannya yang baru saja keluar dari ruang latihan.
"PERHATIAN SEMUANYA!" di tengah kericuhan itu suara Zayyan tiba tiba menggema dengan bantuan toa di tangannya.
"Harap Diam Sebentar, dan segera berbaris dengan rapi di lapangan. Ayo ayo percepat!" dia segera mengambil alih kendali dari kerumunan dan menertibkan mereka di halaman ruang latihan.
"Sepertinya kalian udah dengar dari kelima teman kalian yang baru saja kami panggil tadi, kalau seleksi ini mengharuskan kalian menunjukkan keterampilan kalian dalam seni beladiri." Zayyan terus bicara sembari melihat ke kerumunan, dan ya! dia menemukan Daffa diantara kerumunan itu.
Setelah menemukan Daffa matanya mulai liar mencari apakah Dhita ada disekitar sini juga atau tidak.
"Jadi untuk mempercepat dan membantu proses seleksi, siapapun! siapa saja! yang pernah berlatih beladiri atau merasa memiliki keterampilan beladiri untuk maju kedepan dan menunjukkan bakatnya." Zayyan menunggu sedikit lama tapi tidak ada satupun dari mereka yang maju.
"Baiklah kalau tidak ada yang ingin maju, kita akan segera menjalani proses seleksi." ucap Zayyan sambil melirik ke salah satu junior mereka agar memanggil pelatih mereka untuk memulai seleksi.
Tahapan dalam seleksi itu sederhana, tidak terlalu sulit seperti mereka yang ingin masuk ke dalam kejuaraan profesional.
Tahapan seleksi yang mereka gunakan hanyalah memberikan beberapa gerakan, dan mereka yang bisa menghafal dan mempraktekkannya dengan baik dan benar akan mendapat nilai tertinggi.
Ini sudah cukup untuk menyaring mereka yang benar benar tidak punya keinginan untuk berlatih silat.
Pak Rahian segera keluar setelah salah satu siswa kelas 2 memanggilnya, dan mulai dari sini dialah yang akan mengambil alih proses seleksi ini.