Mendengar klarifikasi dari Yuda, Zayyan menatap bingung Dhita sekali lagi. 'Kalau Yuda udah kasih tau Daffa ngapain Dhita nanya lagi? pikirnya dalam kebingungan.
"Ya kan gue gak tau kalau kalian udah kasih tau dia jadwalnya," sahut Dhita.
"Terus, apa aja nih yang harus adik gue bawa? biar bisa gue persiapkan terus begitu pulang!" tambahnya.
Dia datang kesini hanya untuk melihat apa sebenarnya yang sedang dikerjakan Zayyan sampai sampai ia sangat jarang terlihat akhir akhir ini. Tapi setelah melihat Vira keluar dari ruangan ini entah mengapa moodnya langsung rusak
"Semuanya udah di jelasin, semua yang balikin formulir udah nerima informasi ini jadi kenapa nanya lagi sih?" Zayyan bukan tipe orang yang suka bertele tele. Jadi dia malas mengulang sesuatu yang udah diberitahu sebelumnya.
"Gak perlu pake nyolot dong, kan gue cuma nanya," jawab Dhita tidak senang. Gak suka banget dengan cara Zayyan jawab barusan.
Memangnya jelasin aja lagi kenapa sihh? kan gue memang belum tau apa yang kalian sampaikan sama adek gue. pikirnya dengan perasaan kesal.
"Dah ah gue mau cabut, bye!!" tambanya sebelum meninggalkan ruangan.
Zayyan dan kedua temannya hanya bisa menatap Dhita dalam kebingungan, mereka benar benar gak paham dengan maksud kedatangan tu cewek ke sini.
"Kenapa tu cewek Rel?" tanya Zayyan pada Farrel.
"Kok tanya gue sih Za? gue juga gak tau dia kenapa." Farrel menggaruk garuk kepalanya. Dia juga bingung dengan sikap Dhita barusan.
"Terus kenapa dia ngikutin lo ke sini?" Dhita gak pernah datang ke tempat ini jadi Zayyan bingung aja kenapa tu cewek ke sini.
"Tadi sih katanya mau mastiin isi formulir adiknya, kali aja ada yang salah. Tapi tadi dia ngomongnya baik baik kok, gak kayak barusan."
Sebelum datang ke sini Dhita masih bicara dengan santai, tapi entah kenapa pas di dalam ruangan ini barusan dia ngomongnya ngegas terus ga bisa santai.
"Aneh banget datang datang nyari masalah kayak gitu, heran banget gue," gumam Yuda.
'Dhita kenapa ya?' pikir Zayyan dalam hati.
Dhita yang hampir gak pernah kelihatan di area olahraga seperti ini tiba tiba datang dan nanya ini itu sama dia dengan nada kesal, ia pikir pasti ada sesuatu yang tidak ia mengerti dibalik kedatangannya itu.
"Udah deh, mending fokus dengan kerjaan daripada mikirin tu cewek!" ujar Farrel untuk mengembalikan suasana.
"Jadi gimana acara kita nanti...."
"...." Mereka bertiga mulai mendiskusikan rancangan acara seleksi pendaftaran silat sore nanti dengan serius.
Setelah beberapa saat membicarakan masalah acara sore ini, Yuda bergumam pelan sambil mengibaskan kerah bajunya, "tu anak mana sih? ke kantin aja lama banget."
"Siapa?" tanya Farrel yang gak ngerti maksud Yuda.
"Vira! tadi Zayyan minta tolong sama dia buat beliin minum kita, tapi sampe sekarang belum nongol nongol tu anak," jawab Yuda.
"Apa dia udah pulang ya karena gak terima di suru suru?" gumam Zayyan.
"Ya ampun Za, Vira mana mungkin bisa diandelin." timpa Farrel.
Vira adalah siswa paling gengsian di sekolah, gayanya aja high banget jadi mana mungkin dia mau di suru suru kayak gitu. Pikir Farrel.
Tapi seolah membantah pemikirannya itu, Vira tiba tiba masuk dengan kantongan plastik di tangan kanan dan kirinya.
"Nah itu dia!" kata Yuda saat melihat Vira masuk dengan jajanan bawaannya itu.
"Ingat Rel! Zayyan adalah pengecualian didalam rasa gengsinya itu," bisik Yuda pada telinga Farrel yang membuat Farrel terdiam sambil menggelengkan kepala.
Belum pernah ia melihat sebelumnya Vira orang yang paling gengsian dan bergaya High di sekolah bawa kantongan plastik dari kantin.
"Zayyan, tempe gorengnya gak banyak lagi jadi gue gak bisa bawa banyak!" ucap Vira sambil cemberut. Setelah itu ia meletakkan semua jajanan yang ia bawa dari kantin di atas meja.
"Gapapa, ini udah cukup kok. Abis berapa semuanya?" tanya Zayyan.
Walaupun dia memang sengaja isengin nih cewek dia tetep aja gak tega kalau semua jajanan ini Vira yang traktir.
"It's oke Za, gak abis banyak kok! jadi lo gak perlu ganti, ya?" Vira menolak dengan lembut.
"Rel! itung jajanannya!" sambil melirik ke arah Farrel yang udah mengunyah sepotong tahu goreng, Zayyan menginstruksi.
Dia gak suka hutang budi sama orang lain apalagi sama orang yang selalu cari cari perhatian sama dia. Bakal repot urusannya kalau dia berhutang budi sama orang orang seperti itu.
"Udah dong Za! kali aja Vira emang mau traktirin kita hari ini.... satu dua tiga – totalnya 20 ribuan gitu Za" baru aja Farrel mau nolak buat itung jajanannya, tapi begitu dikasih lirikan tajam sama Zayyan langsung deh di itungnya semua.
Mendengar itu Zayyan langsung mengeluarkan dompetnya dan memberikan selembar uang pecahan dua puluh ribu rupiah pada Vira.
"Lain kali aja ya traktirnya, oke?" kata Zayyan sambil tersenyum dan memberikan uang itu.
"Oke deh," Vira mengambil uang itu dengan kesal. Padahal dia udah berencana jadiin traktiran ini buat senjata kedepannya.
Entah itu ngajak jalan Zayyan sebagai tanda terima kasih karena udah di traktirin, atau dia minta di traktirin balik gitu, pokoknya dia udah siapin banyak rencana biar bisa jalan atau sekedar makan bareng sama Zayyan.
Tapi semuanya sia sia sekarang karena uangnya udah diganti saat ini juga. Gagal deh minta di traktirin balik.
"Thanks!" Zayyan membalas.
Kemudian mereka kembali membahas acara seleksi yang akan mereka adakan beberapa jam lagi sambil menikmati jajanan yang baru aja dibawakan Vira.
Sementara itu, Vira sekali lagi terasingkan walaupun ia memilih duduk didekat Zayyan.
Memang, dia bisa duduk di dekat Zayyan tapi cowok itu sama sekali gak pernah memandangnya walau sekali. Kan sedih banget rasanya di cuekin gini.
Tidak lama kemudian mereka bertiga selesai membahas rancangan acara itu, jadi mereka bersiap untuk pulang.
"Ok! kita ketemu lagi jam 3 ya! Farrel, jangan ngaret lo ya?" kata Zayyan.
"Tenanga aja, gue bakal datang cepat nanti."
"Alah biasanya lo yang datang paling akhir" sahut Yuda.
"Santai aja napa kali bre," tambah Farrel.
"Kalian udah siap?" tanya Vira tiba tiba. Dia sebenarnya udah bosen juga nungguin ketiga cowok ini ngebahas sesuatu yang sama sekali gak dipahaminya.
Tapi mau pulang duluan malu.
"Ya, ni kami mau balik!" jawab Zayyan.
"Yuk cabut!" tambahnya sambil berjalan keluar dan langsung diikuti oleh Yuda dan Farrel.
"Tungguin!" Vira menyusul. Kemudian ia mengambil posisi berjalan di samping Zayyan.
"Za! gue boleh minta tolong gak?" kata Vira setelah menyamai langkah Zayyan.
"Minta tolong apa?" tanya Zayyan dengan santai.
"Gue boleh minta antarin gak sama lo?" ucap Vira sambil malu malu.
"Antarin lo pulang maksudnya?" Zayyan menghentikan langkahnya. Bahkan Yuda sama Farrel pun ikut terkejut.
"Iya, gue gak bawa kendaraan hari ini," jawab Vira dengan muka kucingnya itu berharap Zayyan gak tega menolak permintaannya.