Chereads / Segel Cinta Zayyan / Chapter 30 - Ternyata Kamu Sangat Cantik Ya?

Chapter 30 - Ternyata Kamu Sangat Cantik Ya?

"Kurang ajar! Tia! siapa anak itu?" melihat pemuda itu keluar dengan angkuh, manager ini mulai panik. Jangan jangan dia emang tau banyak tentang perusahaan ini, pikirnya.

"Namanya Zayyan pak, selebihnya saya tidak tau." dia juga mana tau siapa tu cowok, kan namanya aja baru di sebutin di depan bapak tadi.

"Cari tau segera! dan tagihan itu, cepat selesaikan! Jangan sampai mereka pergi dengan tangan kosong!" mau gak mau dia harus bayar tagihan itu.

Toh sejak awal mereka emang harus tanggung jawab kok, jadi uang itu tetap harus di kelaurkan agar tidak menambah masalah.

"Baik pak!" Tia menjawab dengan sigap sebelum undur diri dari dalam ruangan.

Sementara itu Zayyan dan Dhita udah di lift, mau turun ke lantai 1. Soalnya ruangan manager itu di lantai 13.

"Zayyan lo gapapa?" melihat raut wajah Zayyan yang masih sangat muram, Dhita bertanya dengan lembut.

Dia gak tau apa yang di katakan Zayyan tadi sampek Manager itu bisa jadi takut seperti itu, dan dia juga gak ngerti kenapa Zayyan bersikeras melawan dan membiarkan mereka gak kasih uang tagihan itu.

"Gue oke kok, kita ke bengkel mobil aja terus ya?" jawab Zayyan sambil sedikit tersenyum.

"Tapi uangnya?" Dhita menjawab dengan bingung, uangnya kan belum di kasi jadi gimana mau ambil mobilnya?

"Biar gue yang urus nanti!" sahut Zayyan dengan tenang.

"Udahlah gapapa besok aja biar papa yang urus, lagipula kita gak bisa ikhlasin uang itu gitu aja kan? enak banget mereka udah marah marah sama kita terus uangnya gak di kasi." Dhita gak mau ngerepotin Zayyan lagi.

"Hem, palingan juga ntar uangnya di antar sama mereka!" jawab Zayyan.

Dhita menatap Zayyan dengan bingung, dari mana pula jalan ceritanya mereka antar uang itu sementara tadi udah cekcok dengan atasan mereka.

Ting!

Lift tiba di lantai satu, mereka berdua segera berjalan keluar dan tiba tiba seorang karyawan pria menghampiri mereka.

"Permisi mas, mbak!" sapa karyawan itu dengan sopan.

"Iya, ada apa ya mas?" tanya Zayyan dengan sopan pula, selagi tu orang gak macam macam dia akan tetap bersikap sopan.

"Boleh minta nomor rekeningnya? biar kita selesaikan aja, dan menghilangkan kesalahpahaman diantara kita," biasalah karyawan kantor bahasanya agak menjilat emang, Zayyan udah paham kali.

"Tuh kan bener, catat gih nomor rekening kamu!" menoleh ke Dhita dengan senyum lebar di wajahnya, Zayyan menjawab.

Baru aja dia bilang kalau mereka akan antar uangnya, udah datang orang yang minta nomor rekeningnya.

"Ini, beneran Za?" Dhita sedikit bingung. Bukannya tadi udah marah marahan ya? kenapa sekarang jadi ramah banget?

"Udah catat aja!" sahut Zayyan dengan santai.

"Iya deh," Dhita langsung mencatat nomor rekeningnya di kertas yang diberikan karyawan itu.

"Makasih ya mbak, kami akan proses segera!" karyawan itu pamit dengan sopan.

Setelah itu Zayyan langsung membawa Dhita keluar dari kantor itu, dia udah males lama lama di sini.

"Lo emangnya bilang apa sih ke Manager tadi kok dia jadi takut gitu?" Dhita gak paham apa yang di bilang sama Zayyan makanya dia bingung kenapa sikap mereka berubah gitu.

"Gak penting, Cuma bicarain bisnis dikit doang. Dia pikir gue gak tau apa apa soal bisnis." jawab Zayyan.

"Emang lo tau bisnis mereka dari siapa?" Dhita masih penasaran. Karena kalau bukan sesuatu yang penting gak mungkin mereka jadi takut sama yang di bilang Zayyan tadi.

"Ya kebetulan aja gue tau proyek yang di cikarang itu dan kebetulan perusahaan ini ada dalam daftar Vendornya, yauda gue buka aja dikit," tambah Zayyan.

Sebenarnya proyek di cikarang itu yang buat perusahaan ayahnya, makanya dia bisa seyakin itu pas ngomongin proyek itu tadi.

Ponsel Dhita bergetar!

"Eh udah masuk nih uangnya," kaget dia cepet banget uangnya masuk.

"Bagus dong!" Zayyan melirik wajah cantik gadis di sebelahnya ini, rasanya baru ini mereka bisa bercengkrama sedekat setelah 2 tahun lebih berteman.

Biasanya selalu berdebat satu sama lain.

"Kita berangkat sekarang?" Zayyan mengulurkan tangannya, memberikan helm pada Dhita karena mereka udah sampek di parkiran sekarang.

"Iya nih, keburu sore! entar tutup lagi bengkelnya," jawab Dhita sambil mengambil helm itu dan memakainya. Tapi talinya masih di biarinnya, gak pande pake soalnya.

"Yaampun Ta! lo gak pernah pake helm apa? sini gue pasangin," ucap Zayyan sambil tertawa kecil.

Dhita senyum senyum sendiri pas Zayyan ngutak atik tali helmnya itu.

"Dah, yok berangkat!" kata Zayyan sambil ngengkol Vespanya.

"Janji dulu lo gak bakal ngebut! kalau gak gue naik taksi aja," sebelum naik Dhita mau buat perjanjian dulu, jangan sampek ni orang kebut kebutan lagil.

"Iya janji gue!" Zayyan mengacungkan jari kelingkingnya, meliha itu Dhita mengikuti dan saling menyilangkannya.

Pas kayak gini lupa kalau biasanya berantem terus.

Begitu Dhita naik Zayyan langsung memainkan gas di tangan kanannya, sebelum berangkat dia tahan tu gas biar ngepul asap didepan kantor ini.

"Udah ah, resek banget tau gak,"Dhita menepuk bahu Zayyan. Sebenarnya dia senang juga liat ni kantor di asapin tapi mereka keburu telat kalau kelamaan di sini.

Setelah puas mengepulkann asap di halaman kantor itu Zayyan mengemudikan Vespa itu dengan santai, jangan ngebut karena udah janji.

Dari salah satu jendela di atas gedung yang baru saja ditinggalkan Zayyan, manager yang terlibat cekcok dengan Zayyan tadi melirik kepergian Zayyan.

"Daviandra?" gumamnya sambil mendesah kesal.

*****

"Oh ya ngomong ngomong lo kok nurut aja sih tadi? biasanya lo gak gitu deh gue rasa," di tengah perjalanan santai itu, Zayyan bertanya sambil melirik ke spion kiri.

Wajah Dhita terpantul dari sana.

"Ya mau gimana lagi, kalau itu aturan mereka kan gue harus patuh dong." Udah prinsip dia memang untuk patuh dengan aturan jadi ya natural aja ngikutin apa yang dibilang sama karyawan tadi.

"Tapikan posisinya itu tempat asing dan lo takut sendirian, jangan terima gitu aja dong!" Zayyan juga udah tau kalau Dhita orangnya patuh banget sama aturan, dan keributan ini sebenarnya gak seharusnya terjadi sih.

"Ya lain kali gue bakal lebih berani, lagipula gak mungkin ada orang niat jahat sama gue di kantor seramai itu kan?" jawab Dhita.

"Kalau aturannya agak berlebihan lo boleh dong melawannya, gak harus patuh patuh banget juga," sedikit saran dari Zayyan.

Padahal dia hampir tiap hari ngelanggar aturan di sekolah dan Dhita adalah orang yang selalu mengomentarinya.

"Tapi aturan sekolah gak boleh di langgar kali! kan itu gak berlebihan," jawab Dhita dengan sedikit tawa kecil di bibirnya.

Melihat itu Zayyan merasa seperti ada sesuatu yang berbeda dalam perasaannya, jarang banget dia bisa liat Dhita ketawa lepas kayak gini, apalagi pas lagi bareng sama dia.

'Ternyata kamu sangat cantik ya?' Zayyan terkekeh didalam hati.