Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

My Sugar Baby

itssfitri_
--
chs / week
--
NOT RATINGS
8.8k
Views
Synopsis
Angel Nicholette merupakan seorang siswi kelas dua SMA. Angel hidup sendiri dan berpisah dengan orang tua nya yang tengah bekerja di luar negeri, Amerika. Angel sebenarnya menetap di Amerika, tetapi ayah dan ibunya mengirim Angel agar tinggal di Indonesia. Mereka mengirim Angel dengan alasan, anak pertama nya itu terlalu polos. Mengingat kalau Amerika memiliki pergaulan bebas, membuat kedua orang tua Angel takut kalau ada sesuatu yang buruk terjadi pada anaknya yang polos itu. Merasa kalau mengirim anaknya ke Indonesia adalah jalan terbaik, pemikiran kedua orang tua Angel salah sekali. Kepolosan anaknya sudah hilang seribu persen saat dia bertemu dengan seorang pria yang bernama Xander Hwang. Angel selalu saja mengejar dan berlutut agar cintanya diterima oleh pemilik bar terkenal di Jakarta itu. Angel melakukan banyak cara agar dia bisa menjadi kekasih Xander, yang nyatanya kalau Xander itu tak mau bila terikat dengan sebuah status. Alasan klasik Xander tak mau terikat status, karena dia tak mau disuruh dan tak mau diperintah oleh kekasihnya. Karena melihat Angel yang berjuang dengan begitu keras, Xander akhirnya memberikan kesempatan untuk Angel agar perlahan masuk ke dalam hatinya. Bukan menjadikan Angel sebagai seorang kekasih, tetapi dia menjadi Angel sebagai sugar baby-nya. Angel kira, dengan menjadi sugar baby Xander akan membuatnya bahagia dan senang. Tapi, itulah awal dari kehancuran seorang Angel Nicholette.
VIEW MORE

Chapter 1 - Tawaran Hangout

"Kamu ikut aja sama aku deh. Masa kamu tinggal di Indonesia dan nggak tahu nama-nama cafe yang ada di sini?" kata Cinta pada Angel.

"Bukannya aku nggak mau tahu tempat-tempat yang paling terkenal di Jakarta ini. Tapi, ayah dan ibuku melarang aku untuk ke luar. Mereka melarang keras agar aku tidak berkeliaran dan mengikuti pergaulan bebas," jawab Angel dengan sedikit ragu kepada teman barunya itu.

Iya. Angel baru pindah sekolah satu minggu yang lalu dan sekarang dia sudah punya teman baru di Indonesia ini, Cinta, Clara, Anya dan Jordania.

"Well to the well well well. Yang dibilang sama Cinta itu benar banget. Ada baiknya kalau kamu ikut hangout bareng kita. Daripada kamu lebih suka terus tinggal di apartemen kamu sendirian. Mending kamu buang rasa stressmu buat main sama kita," kata Anya membenarkan.

"Kamu sudah tinggal di Amerika, Angel. Kamu bahkan separuh berdarah Amerika dan juga separuh berdarah Indonesia. You know what I mean. Kamu tidak terlalu bodoh untuk tidak tahu apa itu minuman keras, kan? Atau kata bagusnya alkohol," lanjut Jordania sambil tersenyum menyeringai.

Angel tersenyum gugup saat mendengarkan ucapan Jordania.

"A ... Aku tahu tentang minuman keras itu. Itu bisa bikin kita mabuk dan hal itu yang paling aku hindari. Orang tuaku melarang keras agar aku tidak minum minuman memabukkan itu," jawab Angel dengan tidak enak.

"Untuk apa kamu takut dengan ayah dan ibumu?! Mereka sedang ada di Amerika dan kamu sekarang ada di Indonesia bersama kami. So, it's okay kalau kamu ikut bersama kita. Lagi pula mereka tidak tahu kalau kamu sedang ada rencana hangout ke sebuah bar bersama kita," kata Clara.

"Well ... Menjadi anak yang terlalu baik itu tidak bagus, Angel. Sesekali cobalah memberontak dan tidak usah mendengarkan apa kata orang tuamu. Lakukan apa yang ingin kamu lakukan dan jangan terlalu ditekan oleh keinginan orang tuamu," kata Cinta.

"..."

Jordania merangkul pundak Angel sehingga membuat gadis itu langsung menetapnya dengan cepat.

"Yang aku tahu, anak SMA seperti kita dilarang untuk masuk di tempat hiburan malam seperti itu. Kalian juga tahu kalau kita masih kelas 2 SMA, kan?" kata Angel yang masih berusaha untuk mencari alasan agar bisa menolak ajakan teman-temannya.

"Hah! Kalau masalah seperti itu mudah untuk diatur. Jordan punya orang dalam biar kita bisa masuk di bar itu dan senang-senang di sana," kata Anya.

"Kalau perlu, kita masuk di sana dan sewa private room tanpa ada ditemani orang lain. Private room yang di sana cuma ada aku, Anya, Clara, Cinta dan kamu Ngel," kata Jordania membenarkan.

"Bagaimana bisa kalian masuk ke sana? Siapa orang dalam yang kamu maksud?" tanya Angel.

"Pamanku bekerja di sana. Atau lebih tepatnya dia yang merupakan pemilik bar itu," jawab Jordania dengan sombong dan tidak lupa dia mengedipkan sebelah matanya.

"Pamannya memiliki banyak bar terkenal di berbagai belahan negara, salah satunya bar dia yang ada di Jakarta. Bar paman Jordan ada di Cina, Hongkong, Jepang, Singapura dan bahkan di Amerika tempat kamu dilahirkan," jelas Anya.

Angel menganga dengan begitu lebar karena tidak menyangka dengan apa yang dikatakan oleh Anya.

"Paman kamu ternyata orang kaya," kata Angel sambil terkekeh kecil.

"Paman Jordan bukan sekedar kaya saja, Ngel. Paman Jordan itu juga tampan dan statusnya itu masih single," ucap Clara sambil tersenyum dengan begitu lebar.

"Uhm ..."

"Kenapa dia tidak menikah saja? Lagi pula sulit untuk dia kalau tidak menikah. Siapa yang ingin meneruskan sahamnya kalau misalnya nanti dia sudah tiada?" tanya Angel.

"Mungkin saja wanita penghiburnya bisa meneruskan sahamnya?" kata Cinta menyahut sambil tertawa dengan begitu deras dan membuat Clara dan juga Anya ikut tertawa karena ucapannya.

Jordania langsung memukul dengan sahabatnya itu dengan kesal karena sudah berani meledek pamannya seperti itu.

"Enak saja bilang kalau pamanku tidak akan menikah sampai mati. Aku akan marah besar dan aku akan maju paling depan untuk memukul wajah pamanku kalau memang dia tidak mau menikah. Ck! Dia akan membuat keluarga besar kami malu kalau memang dia tidak menikah sampai mati!" sinis Jordania sambil melipat kedua tangannya di depan dada.

"Kamu ambil saja aku untuk jadi istri pamanmu. Tidak usah repot-repot untuk meminta pamanmu mencari calon istri. Aku akan maju paling depan biar pamanmu mau jadi suamiku," kata Clara.

"Ck! Tipe wanita idaman pamanku tidak seperti kamu. Kamu itu tipe wanita yang cuma suka sama pria tampan dan kaya. Dasar wanita matre!" jawab Jordania dengan sarkas dan membuat Clara hanya bisa tertawa deras.

Anya diam-diam melirik ke arah Angel yang hanya terdiam mematung tanpa merespon apapun lagi.

"Kalau memang kamu takut untuk ikut hangout sama kami ke bar paman Jordan. Setidaknya kamu ada waktu walau hanya satu kali saja untuk keluar hangout bersama kita," kata Anya lembut.

Angel menatap keempat sahabatnya itu dengan tatapan yang sulit untuk diartikan.

"Kita sudah bersahabat hampir satu minggu lamanya, Ngel. Jangan sampai kita merasa ilfil cuma karena kamu nggak mau sedikitpun hangout bareng kita," ucap Cinta sambil memegang kedua tangan Angel dengan begitu lembut.

Jordan menatap Angel dengan tatapan yang tenang, lalu dengan santai dia menghisap rokoknya yang baru saja dia hidupkan.

"Pilihan ada di tangan kamu, Ngel. Kalau kamu masih mau berteman dengan kita, setidaknya ajakan hangout pertama kita kamu terima. Tapi, kalau memang kamu ingin buat kita ragu tentang tulusnya kamu berteman sama kita. Silakan tolak ajakan hangout bersama kita," kata Jordania dengan nada suara yang terdengar begitu santai dan penuh akan intimidasi.

"Ke ... Kenapa kamu ngomong kayak gitu sama aku, Jor? Sebelumnya kamu tidak menuntut itu sebelum aku masuk ke dalam circle pertemanan kalian," tanya Angel dengan nada suara yang gugup.

Jordania meletakkan rokoknya di atas asbak dengan santai, lalu dia perlahan mendekatkan wajahnya tepat di depan wajah Angel.

"Di dalam circle kita sebelumnya ada seorang penghianat. Kita tak mau kalau akan ada seorang penghianat untuk yang kedua kalinya. So, kamu jangan pernah menolak kalau misalnya kita memberikan kamu ajakan untuk ke luar bersama. Penghianat itu juga sebelumnya seperti ini. Berkata tidak ingin bergabung karena dia anak yang polos. Tapi, dari belakang dia ternyata lebih berengsek dibandingkan kita berempat," kata Jordania dengan nada suara yang terdengar begitu datar dan ekspresi wajahnya juga bahkan tidak terlihat sedikitpun.

"..."

Angel hanya bisa bergeming di tempatnya karena sekarang pilihan ada di tangannya. Dia akan berada di dalam circle pertemanan itu, tetapi dia harus ikut hangout bersama keempat temannya di tempat hiburan malam. Ataukah dia tidak akan ikut hangout bersama keempat teman barunya itu, tetapi dia harus menerima keputusan dengan cara dia yang tidak diterima lagi di dalam circle itu.