Angel sekarang tengah berbaring di atas kasur Queen size miliknya sambil menatap langit-langit kamarnya dengan tetapan yang bingung.
"Apa aku ikut saja dengan tawaran teman baruku? Tapi, aku takut kalau misalnya nanti ayah dan ibu marah kalau tahu ini," gumam Angel sambil menggigit bibir bawahnya.
"Hah ... Kenapa begitu sulit untuk mendapatkan teman baru di negara baru ini, sih?! Di Amerika aku tidak terlalu sulit untuk mendapatkan teman baru. Ya, walaupun pada akhirnya kalau ternyata mereka hanya ingin mengambil mahkotaku," gumam Angel sambil bergidik ngeri.
Sewaktu Angel masih menetap di Amerika dan bersekolah di sana, Angel memang memiliki banyak teman.
Kehidupan Angel dipenuhi oleh banyaknya teman-teman Angel. Baik itu dari kalangan pria ataupun dari kalangan wanita.
Hingga satu hari Angel tahu bagaimana buruknya teman-temannya itu, kalau ternyata teman wanitanya berusaha untuk menjebaknya agar teman prianya bisa menikmati mahkota Angel yang memang selama ini dijaga oleh Angel. Itu juga yang menjadi salah satu alasan kedua orang tua Angel ingin membawa Angel ke Indonesia.
Tiba-tiba saja ponsel Angel berdering dan membuat Angel dengan refleks terbangun dari posisi baringnya dan mengambil ponselnya yang ada di atas meja.
"Ayah?" gumamnya pelan.
Dengan sedikit gugup Angel mengangkat panggilan telepon dari sang ayah, lalu dia berusaha semaksimal mungkin untuk bersikap santai dan tenang agar sang ayah tidak curiga.
"Good afternoon my daughter," kata sang ayah dengan nada suara yang begitu lembut.
"Afternoon, Dad," jawab Angel tak kalah lembut sambil tersenyum kecil.
"Bagaimana kabar kamu di sana selama seminggu ini, Sayang?"
"Fine. Aku baik-baik saja dan di sini aku sudah dapat teman."
"..."
"Jangan pernah berteman."
Angel membelalakkan matanya dengan cukup lebar saat mendengarkan ucapan tiba-tiba ayahnya.
"Why?! Ayah jangan membuat candaan seperti ini," kata Angel yang menganggap kalau apa yang dikatakan oleh ayahnya itu hanya candaan belaka.
"Ayah sedang tidak bercanda, Sayang," jawabnya.
"Yang ayah katakan itu memang benar permintaan ayah. Kamu jangan berteman sedikitpun dengan orang yang ada di sana," jawabnya dengan penuh permohonan.
"Kenapa aku tidak boleh memiliki teman di sini?! Ayah tahu sendiri kalau di Amerika aku juga memiliki teman. Amerika dan Indonesia sama saja, yah! Aku butuh teman dan hidup sendiri itu tidak menyenangkan!" jawab Angel dengan tidak terima.
"Ayah takut kalau kamu salah memilih teman untuk yang kedua kalinya, Sayang. Kamu tahu sendiri kalau sebelumnya kamu juga berteman dengan orang yang salah di sini, kan?" katanya.
"Di sini berbeda dengan di sana, ayah. Pergaulan di sini tidak terlalu bebas dibandingkan di Amerika," jawab Angel dengan sedih sambil mengerucutkan bibirnya dengan lucu.
"Sekarang aku berada di negara orang atau lebih tepatnya negara kelahiran ayah. Ayah dan ibu sedang tidak berada di sini, lalu aku hidup sendiri di sini. Apa ayah tidak merasa kasihan dengan aku yang tidak bisa berinteraksi dengan siapapun kalau ayah melarangku untuk berteman?" tanya Angel.
Sang ayah menghela nafas dengan cukup panjang di seberang sana dan Angel berdoa di dalam hati agar ayahnya menuruti permintaannya itu.
Enak saja dia tidak punya teman di negara yang di mana dia baru tinggal beberapa bulan saja.
"Oke fine. Kalau memang kamu mau punya teman. Tapi, ayah hanya mengizinkan kamu untuk berteman dengan orang pintar yang ada di sekolah kamu dan juga orang yang terkenal good attitude di lingkungan kamu," katanya.
"Kenapa-"
"Berteman dengan mereka atau tidak sama sekali?" potong sang ayah sebelum Angel sempat berkomentar.
Angel menghembuskan nafas dengan panjang sambil berdehem dengan begitu malas.
"Good girl," katanya.
"Kalau begitu ayah tutup teleponnya dulu. Ada pekerjaan yang harus ayah kerjakan. Jaga diri kamu baik-baik di sana," katanya.
"Ayah-"
Angel langsung menatap layar ponselnya dengan cepat saat setelah dia mendengarkan bunyi panjang dari ponselnya.
"Ck! Baru saja aku ingin bertanya tentang bagaimana keadaan ibu. Ayah langsung mematikan panggilannya seperti ini!" kesal Angel.
Sebuah pop up notifikasi tiba-tiba muncul pada layar ponsel Angel. Itu adalah sebuah pesan WhatsApp yang masuk untuk Angel dari Jordania.
Message From Jordania Hwang :
Bagaimana dengan tawaran kita sebelumnya, Angel?
Ingin ikut hangout bersama kita ke bar pamanku atau ingin tetap menolaknya?
"..."
Angel menggigit bibir bawahnya saat dia melihat pesan masuk dari Jordania, lalu perlahan tangannya bergerak dengan sedikit ragu untuk membalas pesan whatsapp dari Jordania.
Message From Angel Nicholette :
Ya. Aku akan ikut bersama kalian ke bar paman kamu malam nanti.
Message From Jordania Hwang :
Pilihan yang bagus.
Sekarang Anya dan Clara akan on the way ke apartemen kamu untuk memilih pakaian yang layak kamu gunakan ke tempat hangout kita malam nanti.
Message From Angel Nicholette :
Untuk apa mereka memilih pakaian yang harus aku pakai nanti malam? Aku juga pandai untuk memilih pakaianku sendiri.
Message From Jordania Hwang :
Lakukan saja apa yang aku katakan.
Jordania Hwang Went Offline*
Angel hanya bisa pasrah dan mengikuti apa yang dikatakan oleh Jordania. Dia tidak mau apabila nantinya Jordania malah bad mood dan tidak ingin lagi menginvite dirinya untuk masuk ke dalam circle pertemanan mereka.
Angel lebih memilih untuk berbaring kembali di atas kasurnya sambil menunggu kedatangan Clara dan juga Anya.
Sekitar beberapa menit menunggu, akhirnya Clara dan juga Anya datang. Mereka berdua masuk apartemen Angel setelah Angel membukakan pintu apartemen untuk mereka berdua.
Angel, Anya dan juga Clara sekarang sudah berada di clothes room milik Angel, mereka akan memilih pakaian yang akan digunakan oleh Angel malam nanti.
"Ck! Kamu benar-benar wanita yang sangat polos dan juga benar-benar wanita yang sangat suci, Ngel," kata Clara setelah dia melihat seluruh pakaian Angel.
"Persis dengan namanya," lanjut Anya.
"Semua yang ada di sini pakaian tertutup semua dan kamu sama sekali tidak memiliki pakaian terbuka sedikitpun," kata Clara.
Clara mengeluarkan sebuah pakaian dari dalam paper bag yang dia bawa bersama Anya.
"Masih baik aku sempat singgah di salah satu tokoh pakaian terkenal untuk membeli beberapa lembar pakaian yang cocok untuk kamu gunakan," kata Clara.
Angel sedikit membulatkan matanya saat Clara memperlihatkan lebih detail lagi pakaian yang dia beli bersama Anya.
"Kamu suka yang warna merah muda yang terlihat lebih feminim?"
"Ah ... Atau kamu lebih suka yang berwarna merah terang yang lebih terlihat menggoda?"
"Uhm ... Aku juga membeli satu yang berwarna hitam agar lebih terlihat elegan dan menawan."
Angel menggelengkan kepalanya dan tidak memilih salah satu diantara ketiga pakaian yang ditawarkan oleh Clara.
"Semua pakaian yang kamu tawarkan untuk aku kekurangan bahan semua, Clara. Terlalu seksi," tolak Angel.
"Kamu harus memakai pakaian terbuka dan seksi, Ngel. Kita akan ke bar, bukan taman kanak-kanak!" sahut Anya.