Angel mengedipkan kedua matanya berkali-kali saat perlahan kesadarannya mulai datang.
Samar-samar Angel bisa melihat kalau 3 orang wanita tengah duduk tepat di atas kursi yang ada di samping kasur yang dia pakai.
"Cinta? Clara? Anya? ..."
Suara itu terdengar sangat pelan dan bahkan hampir menghilang saat dia melihat ketiga gadis yang beberapa hari ini selalu menghantui pikirannya.
"Apakah kepalamu masih terasa pusing?!" tanya Cinta dengan nada suara yang terdengar begitu khawatir.
Bagaimana tidak gadis itu tidak khawatir kalau orang yang terakhir kali ditemui oleh Angel adalah dirinya. Kalau ada masalah yang terjadi pada gadis Amerika itu, pastinya dia adalah orang pertama yang menjadi pelaku utamanya.
Angel menggelengkan kepalanya dengan lembut tanda bahwa dia tidak apa-apa.
"Bagaimana bisa aku ada di ruang kesehatan?"
"Apa kamu memiliki cukup tenaga untuk menggendong aku agar aku bisa berbaring di sini?"
"Lalu, di mana Jordania? Biasanya kalian akan berempat. Tapi, sekarang Jordania tidak kelihatan sedikitpun."
Anya, Cinta dan juga Clara langsung menatap satu sama lain karena Angel baru sadar dan dia cerewet sekali untuk menanyakan banyak sekali pertanyaan kepada mereka bertiga.
"Untuk pertanyaan kamu yang pertama. Aku tidak tahu kalau setelah bertemu dengan aku ternyata kamu pingsan. Dan masih baik ada orang yang melihat kamu."
"Untuk pertanyaan kedua. Seorang pria membawa kamu ke ruang kesehatan setelah melihat kalau ternyata kamu sedang tidak sadarkan diri."
"Dan untuk pertanyaan ketiga. Jordania tidak tahu kalau kamu tadinya tidak sadarkan diri dan Jordania juga tidak tahu kalau kami bertiga ada di sini."
Cinta tersenyum kecil setelah dia menjawab ketiga pertanyaan cerewet yang dilontarkan oleh Angel kepada dirinya dan kedua temannya.
"Kalian kenapa ke sini tanpa sepengetahuan Jordan? Jangan membuat Jordan marah dengan kalian hanya karena kalian datang ke sini untuk menjengukku," ucap Angel.
"Kalaupun Jordan memarahi kami karena kami datang untuk menjengukmu. Setidaknya itu menjadi kesalahan kamu sendiri," kata Anya cuek.
"Kalaupun memang kamu tidak tulus untuk berteman dengan kita, setidaknya kamu jangan memberikan kita titik harapan agar percaya kalau kamu ingin berteman dengan kita," kata Clara.
Angel menundukkan kepalanya dengan sedih saat mendengarkan ucapan Clara.
"Aku ... Aku memang ingin menjadi sahabat kalian dan aku sangat tulus untuk melakukan hal itu," kata Angel dengan nada suara yang terbata-bata dan masih menunduk sangat malu.
"Kalau memang kamu melakukan hal itu dengan tulus. Kenapa kamu harus bersikap seolah-olah kamu sangat mencurigakan dan kamu bersikap seolah-olah hanya ingin membuat popularitas untuk dirimu sendiri dengan memanfaatkan circle kita?" tanya Anya.
Angel menghembuskan napas dengan cukup panjang.
"Kalian tahu sendiri kalau aku punya trauma tentang persahabatan begini. Apa mudah untuk aku, langsung bergabung dengan kalian tanpa ragu ..." lirih Angel.
"Aku ingin mengikuti sesuai kata kalian. Tapi, aku ... Aku trauma berat ..."
"Lelah rasanya kalau aku langsung mengikuti apa kata kalian tanpa berpikir panjang. Sesak ..."
Angel memegang dadanya dan kepalanya kembali menunduk setelah menatap Anya, Clara dan Cinta.
Anya dan Clara langsung memandang satu sama lain dengan tatapan yang sulit untuk diartikan.
"Ini yang menjadi salah satu alasan mengapa Angel tidak bisa langsung menerima dirinya yang disambut hangat di sirkel pertemanan kita," bisik Cinta pada Anya dan Clara.
"Bukan hal yang mudah untuk melupakan sebuah trauma yang mendalam. Kalian masing-masing juga punya trauma dan melupakan sebuah trauma tidak semudah membalikkan telapak tangan dan tidak semudah dengan apa yang kalian katakan," kat Angel tiba-tiba dan membuat atensi ketiga gadis yang duduk di sampingnya itu langsung menetapnya dengan cepat.
"Aku tahu kalau kalian setia untuk menerima aku ke dalam simple pertemanan kalian. Aku tahu kalau Jordan benar-benar tulus untuk menjadikan aku sebagai temannya tanpa hambatan dan rasa curiga. Tapi, hal lain pastinya dimulai dari aku yang tidak bisa untuk melakukan hal itu dengan tenang dan santai. Trauma ini harus menjadi bumbu pahit agar aku bisa merasakan bagaimana susahnya untuk memiliki seorang sahabat," ucap Angel panjang dan berhasil membuat ketiga gadis itu tercengang.
"Jordania? Aku bisa membaca tatapan matanya kalau memang dia sangat tulus untuk menjadikan aku sahabatnya dan menyambut aku sebagai anggotanya dengan baik. Mulutku ingin berkata kalau aku memang sangat ingin menjadi anggota kalian itu serasa ditahan. Rasa takut dan juga rasa curiga selalu saja menjalar dan meminta aku untuk menahan diri agar tidak ingin berteman dengan kalian," ucap Angel lagi.
"Jadi, aku mohon agar kalian mengerti bagaimana perasaanku tentang hal ini. Aku tidak mungkin berkhianat karena mungkin saja hal yang terjadi adalah sebaliknya," kata Angel.
Clara baru saja ingin memberikan kalimat kasar kepada Angel, tetapi Cinta menahannya dengan cepat karena dia tahu kalau kalimat yang keluar dari mulut Angel adalah kalimat refleks dari seorang gadis polos yang trauma tentang persahabatan.
"Setidaknya kamu juga berpikir dengan panjang dan lawan trauma kamu itu agar kamu tidak di handle dan tidak diposisikan dengan kemauan masa lalu kamu. Masa lalu dan masa sekarang itu berbeda karena tidak ada samanya sedikitpun," kata Anya.
"I know kalau masa lalu dan masa sekarang itu berbeda. Tapi, masalah yang terjadi sekarang adalah cara aku bagaimana aku harus melupakan trauma ini agar kalian tidak merasa terbebani lebih dalam lagi," ucap Angel.
"..."
"It's okay kalau memang rasa curiga kamu dan juga rasa keingintahuanmu itu terjadi karena trauma yang kamu miliki. Tapi, setidaknya kamu tidak melanggar salah satu peraturan yang dibuat oleh Jordania untuk kita semua," ucap Clara.
"Peraturan yang mana?" tanya Angel.
"Salah satu diantara kita dilarang keras untuk mendekati Paman Jordania yaitu Xander," kata Cinta.
"Ha?! Xa ... Xander?! Paman Jordania yang menyebalkan itu?!" tanya Angel dengan nada suara yang terdengar begitu meledek dan juga tidak terima.
Angel masih kesal dengan kejadian di mana cincin kesayangan pemberian orang tuanya itu diambil oleh pria berumur matang itu. Dia masih merasa sangat kesal dan masih membenci bila dia melihat kembali bagaimana waktu itu dia berusaha untuk merebut cincinnya kembali dari perihal itu.
"Mana mungkin aku suka dengan pria usil seperti dia?! Dia benar-benar sangat menyebalkan dan membuat aku hampir gila setelah dia meledekku. Enak saja dia bilang kalau cincin berlian mahal ini seperti cincin anak taman kanak-kanak!" kesal Angel.
Mereka berempat langsung tertawa saat mendengarkan ucapan Angel, sedangkan di luar sana ada Jordania yang menatap Angel dengan tetapan yang sulit untuk diartikan.
Jordania mendengarkan semua apa yang dikatakan oleh ketiga temannya dan juga Angel saat itu. Ya, dari tadi dia menjadi pengungkit handal demi ketiga temannya.