Disebuah kota besar, saat ini tengah mengalami situasi terpuruk. Ribuan hingga puluhan ribu monster tengah berjalan menuju kota tersebut. Bel peringatan evakuasi dibunyikan untuk memperingati semua orang. Meskipun begitu, tidak ada yang panik dan tetap berjalan tenang menuju tempat evakuasi yang berada di bawah tanah.
"Duke Colbert! Saat ini hampir semua orang telah di evakuasi! Kami menunggu perintah selanjutnya dari anda!" ujar seorang ksatria yang memberi hormat.
"Kerja bagus! Segera suruh setiap divisi untuk menyiapkan langkah berikutnya!" balas Duke Colbert.
"Ya!" sahut ksatria tersebut mencoba beranjak pergi, tapi segera berhenti setelah mendengar pertanyaan dari tuannya.
"Ah! Bagaimana dengan orang itu? Apakah sudah ada tanda-tanda kembalinya?"
"Tentang itu, maafkan saya tuan! Kami belum mendapatkan informasi tentangnya!"
"Begitu yah? Kau boleh pergi sekarang!" titah Duke Colbert.
"Duke! Orang itu, sudah tiba!" panggil ksatria lain yang masuk secara tiba-tiba.
"Benarkah? Itu bagus! Dimana dia sekarang?" tanya Duke Colbert.
"Dia dan party miliknya saat ini tengah berada jauh di garis depan! Nampaknya, mereka akan mulai segera membersihkan monster-monster tersebut!" jelas ksatria yang baru datang tersebut.
Duke Colbert yang mendengarnya langsung bernafas lega. Dia juga segera berjalan untuk memeriksa kebenaran tersebut dan benar saja, orang yang dia harapkan, party Rank S yang bisa diandalkan, telah berada jauh di garis depan dan bersiap untuk menghadapi monster dalam jumlah besar tersebut.
Disisi lain, 4 orang dengan komposisi pendekar pedang pria, pemanah Elf wanita, petarung gadis rubah, serta gadis Saint tengah berdiri dihadapan lautan monster tersebut tanpa rasa takut. Keempatnya bahkan menghela nafas karena satu hal yang sama.
"Aku mendengar sekumpulan monster datang, tapi.. bukankah ini terlalu sedikit?" ujar gadis rubah.
"Aku setuju denganmu Mia! Aku rasa mereka akan kalah dalam satu serangan oleh Wira," sahut gadis Saint.
"Hey, memangnya kamu pikir aku tidak bisa menahan diri, Nayla? Jangan menyamakan diriku dengan Feline, oke?" balas pendekar pedang.
"Master, perkataan Anda menyakiti perasaan saya," ujar pemanah Elf wanita.
"Tapi aku benar bukan? Tidak ingatkah kamu saat berada di makam mimpi buruk? Bukankah kamu malah mengalahkan mereka hanya dengan hujan panah sihir?" ungkap Wira.
"Ugh.. itu benar sih. Tapi bukankah Master juga sama? Bahkan Master membakar habis hutan hanya karena tidak ingin repot menghadapi ratusan Grasshopper?" balas Feline.
Wira yang mendengarnya tersenyum masam, setelah mendengar balasan dari Feline. Mia dan Nayla yang mendengarnya tertawa puas. Bahkan sebuah pedang pun ikut tertawa saat mengingatnya. Bahkan sebuah pedang ikut tertawa karenanya.
"Hahaha! Daku juga sangat mengingat hal tersebut! Siapa yang menyangka pria terkuat di dunia ini malah merasa ketakutan dengan mahluk berkaki enam, berwarna hijau, serta selalu melompat kemanapun yang mereka mau seperti belalang hijau itu," ejek sang pedang.
"Berisik! Kau sendiri sangat tidak suka saat aku gunakan untuk menebas para slime bukan? Pleiades," balas Wira.
"Y-yah, itu karena mereka sangat lemah. Tentu saja aku tidak suka menindas mahluk lemah," sahut Pleaides.
"Kalau begitu katakan lagi setelah kita mengalahkan mahluk biru raksasa disana!" ujar Wira menunjuk seekor Slime raksasa dengan menggunakan Pleaides.
"Tunggu sebentar! Bukankah seharusnya disana hanya untuk mahluk tingkat tinggi saja!? Kenapa ada Slime rendahan dibarisan mereka!" sahut Pleiades.
Wira tersenyum menyeringai dengan niat menggunakan Pleiades untuk mengalahkan Slime raksasa tersebut. Feline, Mia, serta Nayla hanya menggelengkan kepala dan menghela nafas mereka karena tahu apa kelanjutannya.
"Yosh! Feline, ku serahkan serangan pertamanya padamu! Mia tolong jauhkan mereka yang mencoba mendekatiku! Lalu untuk Nayla, tolong urus para Undead yang membusuk itu yah!" ujar Wira yang langsung berlari tanpa mendengar jawaban dari rekan-rekannya.
"Tunggu, dirimu benar-benar ingin pergi menghadapinya?" tanya Pleiades panik.
"Ayolah, dia hanya mahluk lemah berlendir dengan ukuran raksasa saja bukan? Kenapa kamu harus panik!?" tanya Wira menggenggam erat gagang Pleiades yang seolah terlihat tidak mau membiarkannya lepas.
"Eh, serius? Dirimu benar-benar menanyakan itu padaku?" sahut Pleiades yang semakin panik.
"Jika kamu menolaknya, aku akan menggunakan pedang lain saja dan membuang pedang yang banyak bicara seperti dirimu,"
"Ugh, dirimu benar-benar membuat daku bingung!"
"Tenanglah, aku akan melakukannya dengan gentle kok!" goda Wira.
"Tidak!!"
Sementara itu, Feline, Mia dan Nayla merasa simpati kepada Pleiades. Mereka tidak dapat melakukan apapun karena Pleiades telah melakukan kontrak dengan Wira. Jadi mereka bertiga hanya bisa melihat Wira melakukan apapun kepada Pleiades sesuka hati mereka. Lagipula itu sudah menjadi kebiasaan mereka berdua sehari-hari yang saling menggoda satu sama lain.
"Nampaknya, kita harus segera melakukan perintah Wira," ujar Nayla.
"Kamu benar. Aku akan segera menyusulnya sekarang!" sahut Mia yang berlari menuju kearah Wira.
"Kalau begitu, saya juga akan memulainya dengan segera," balas Feline yang mulai menarik tali busurnya dan memulai sebuah lantunan melodi indah.
Sebuah panah sihir mulai terbentuk, serta sebuah lingkaran sihir dengan berbagai Rune juga mulai terbentuk. Feline dengan segera melepaskan anak panahnya setelah menyelesaikan lantunannya. Kemudian, ribuan panah sihir mulai keluar tepat setelah panah sihir tersebut menyentuh lingkaran sihir dihadapannya.
Ribuan panah sihir melesat menuju kearah pasukan monster yang tengah berjalan kearah kota. Berkat kontrol baik Feline, dia bisa mengendalikan panah-panah sihir tersebut tanpa khawatir mengenai Masternya dan Mia. Pada sisi Nayla, dia juga tengah melantunkan sesuatu, bedanya lantunan tersebut lebih mirip dengan perintah dibandingkan dengan melodi Feline sebelumnya.
"Sacred Turn Undead!!"
Lingkaran sihir dengan skala besar muncul di tanah para monster pijak. Mengembalikan para Zombie, Skeleton, bahkan Lich yang mengendalikan mereka kembali menjadi jiwa yang suci setelah jeritan pilu mereka.
Mia yang sudah melihat berbagai sihir, menjadi cukup terpukau. Itu karena dirinya hanya bisa menggunakan sihir non atribut seperti Boost dan Acceleration saja, yang mana hanya meningkatkan kemampuan fisik tubuhnya.
"Baiklah, aku juga tidak akan kalah dengan mereka berdua! Karena aku ingin dimanjakan lagi oleh Wira!" gumamnya membangkitkan semangat.
Mia segera menggunakan Boost dan Acceleration secara bersamaan, membuat dirinya menjadi lebih cepat untuk bisa mengejar jarak Wira yang semakin menjauh. Dia menyerang setiap monster yang mencoba menyerang Wira dengan pukulan gauntlet miliknya. Bahkan beberapa kali terlihat, Mia menggunakan tendangan untuk menjangkau monster yang sedikit jauh darinya.
"Baiklah, ini dia!"
"Tidak!!!"
Dengan begitu, ancaman yang dianggap akan menghancurkan kota. Menghilang hanya dalam dua jam saja yang bersamaan membuat pusing Duke Colbert karena harus memikirkan bayaran untuk keempat orang tersebut.
"Ya ampun, sepertinya aku harus meminjam uang milik Yang Mulia Raja lagi," gumamnya menghela nafas.