Bel gereja berbunyi, kami pun segera berkumpul di sebuah ruangan untuk mempelajari teori sihir. Pembimbing kelas ini adalah seorang wanita dengan Job Sage, Rosetta Abigale.
"Sihir, adalah sebuah Skill yang memanfaatkan Mana sebagai bahan bakarnya untuk memanggil berbagai roh dengan elemen berbeda. Biasanya setiap orang hanya bisa mempelajari satu sihir yang sesuai dengan afinitas mereka terhadap roh.
Tapi berbeda dengan orang-orang yang diberkati oleh para Dewa dan Dewi dunia ini. Mereka bisa menggunakan lebih dari satu sihir atau disebut dengan Double Magician, Triple Magician, Quadrople Magician, Pentagon Magician, serta Hexagon Magician.
Mereka yang bisa menguasai dua jenis sihir disebut Double Magician, tiga jenis sihir Triple Magician, empat jenis sihir disebut Quadrople Magician, lima jenis sihir disebut Pentagon Magician, enam jenis sihir disebut Hexagon Magician.
Tetapi, jenis sihir tidak hanya seperti api, air, angin, tanah, cahaya dan kegelapan saja. Terdapat jenis sihir lain seperti sihir suci, ruang, waktu, neraka, es, badai, kristal, petir, kekacauan, surgawi, dan malapetaka. Lalu dari semua itu, hanya sihir suci saja yang tidak termasuk dalam kategori Ultimate Skill.
Para peneliti mengatakan, kalau sihir suci atau Holy Magic hanya dimiliki oleh mereka yang selalu melakukan hal baik dan selalu diperhatikan oleh para Dewa dan Dewi saja. Seperti contohnya, para pendeta, uskup, saint, pahlawan dan lain sebaginya," terang Guru Rosetta pada kami.
"Pelajaran pertama kita adalah tentang Mana. Mungkin diantara kalian ada yang tahu tentang ini?" tanya Guru Rosetta pada kami.
Kebanyakan dari kami mengangkat tangan, termasuk aku. Tapi hanya Fredrik yang dipersilahkan untuk menjawabnya. Itu karena Fredrik lebih dulu mengangkat tangannya dibandingkan kami.
"Energi kehidupan yang menjadi bahan bakar sihir!"
"Hampir benar, tapi tidak salah. Kalau begitu, bagaimana dengan Murid Sirius?" ujar Guru Rosetta menunjukku.
Aku pun berdiri dan menjawab pertanyaan Guru Rosetta. Beruntung, aku sempat melakukan penelitian tentang dunia ini kemarin.
"Baik! Mana adalah suatu konsep yang digunakan untuk pengaplikasian Skill dengan nama Magic! Mereka juga adalah energi kehidupan yang selalu mengalir didalam tubuh melalui sirkuit sihir dalam diri mahluk hidup!" jelasku.
***
Kelas berakhir saat malam hari. Semua orang bertujuan untuk segera makan malam dan tidur di kamar mereka masing-masing. Tetapi berbeda denganku yang memutuskan untuk duduk disebuah bangku taman istana ini.
"Hah, hari yang cukup melelahkan!" gumamku.
Bagaimana aku tidak lelah? Saat pagi hari aku harus berlatih pedang, siangnya berlatih sihir dan malamnya mempelajari teori sihir. Semua itu dilakukan olehku yang memiliki Job Hero. Berbeda dengan teman-teman sekelasku yang hanya mengikuti dua pelajaran saja. Namun aku tidak iri dengan mereka, melainkan sangat bersemangat karena bisa mempelajari hal baru.
"Yah, lagipula di bumi tidak ada yang namanya sihir. Jadi aku rasa ini merupakan hal yang wajar, jika aku merasa kelelahan," ucapku memandang kearah langit.
"Bintang-bintang itu indah sekali bukan?" ujar seorang gadis seusiaku.
Gadis ini memiliki rambut pirang yang dibiarkan terurai, dia mengenakan gaun ala Putri Kerajaan dan mengenakan Tiara diatas kepalanya.
"Kukira siapa, ternyata Tuan Putri Pertama yah?"
"Muu.. bukankah aku sudah bilang untuk memanggilku Anna? Tuan Pahlawan?!"
"Hahaha, maafkan aku. Aku hanya sedang menggoda kamu saja, Anna!"
Benar, gadis ini adalah Putri Pertama sekaligus Putri Mahkota Kerajaan Einhard. Annastasya Silviesta von Einhard. Kami bertemu di perpustakaan kerajaan kemarin.
"Jadi, apa kamu memiliki masalah?" tanya Anna.
"Terimakasih perhatiannya. Tapi aku baik-baik saja. Hanya sedikit lelah karena baru pertama kalinya mengikuti pelajaran dunia ini," jawabku.
"Fufufu, kamu benar! Aku juga pernah mengalaminya saat pertama kali. Bahkan kelas yang aku ikuti cukup banyak lho?" balas Anna.
"Oh, apa kamu sedang mengadu nasib denganku?"
"Yah, mungkin bisa dikatakan begitu?"
Kami tertawa lepas bersama di taman itu. Tidak ada yang mengganggu kami, kecuali suara para serangga di malam hari. Aku mulai menceritakan kejadian yang aku alami di bumi dan Anna mendengarkan semuanya dengan baik. Bahkan dia sangat kagum dengan duniaku sebelumnya.
Begitulah keseharian baru yang aku jalani saat ini. Tapi disaat yang bersamaan, aku juga mengkhawatirkan Nayla dan Wira. Entah mengapa aku tidak ingin percaya kalau Wira benar-benar tiada. Meskipun semua orang mengatakan kalau itu hal yang mustahil baginya bisa selamat dari Labirin Berbahaya tersebut, Lostia Labyrinth.
POV Sirius Diego END
***
"Ice Needle!!"
[Anda membunuh Mythril Tortoise! Mendapatkan 25000 Exp! Karena selisih level lebih dari 100, mendapatkan tambahan +250% Exp! Anda mendapatkan 62500 Exp!]
[Selamat! Anda naik ke level 148!]
"Aku benar-benar tidak bisa percaya dengan ini. Mereka bisa menahan Ancient Sword Technique tanpa terluka, tapi sangat lemah sekali dengan sihir seperti ini?" keluhku menghela nafas.
"Yah, bagaimanapun juga, mereka memiliki Skill: Absolute Defense. Jadi dirimu juga tidak perlu mengeluhkannya," sahut Pleiades.
Saat ini, aku telah menuruni lima lantai jika dihitung dari lantai dimana aku bertemu Pleiades. Ini bukanlah perjalanan yang mudah, bahkan butuh satu hari untuk bisa sampai di lantai 3 setelah lantai Pleiades. Bagaimana aku tahu? Hanya firasat saja.
Penghuni di Lantai berikutnya setelah Lantai Pleiades adalah Red Kong dengan Red King Kong sebagai Bos Lantainya. Mereka memiliki level 100 untuk Red Kong dan 200 untuk Red King Kong dengan HP, STR dan VIT yang cukup tinggi, tapi MP, INT serta AGI yang rendah.
Bahkan hingga Lantai yang aku jelajahi sekarang, kulit Red King Kong yang aku ubah menjadi armor saat ini pun masih sangat baik kondisinya. Berkat hal ini juga, aku mendapatkan Skill baru, yaitu Crafting. Jadi selama memiliki bahan, aku bisa membuat apapun meski terbatas.
Lalu pada lantai setelahnya, aku harus dihadapkan dengan ribuan Lily Spider berlevel 100, ratusan mahluk setengah manusia dan setengah laba-laba atau Arachne berlevel 150, serta berhadapan dengan ratu mereka, Queen Arachne 250. Namun mereka semua lemah terhadap satu hal, yaitu api.
Pada lantai berikutnya, aku dihadapkan dengan mahluk terbang bersayap yang disebut Harpy dengan level 175 dan Queen Harpy berlevel 350. Jika kalian ingin tahu, mereka adalah gadis setengah burung, bahkan mereka tidak mengenakan apapun pada bagian dadanya. Untung saja aku tidak memiliki fetish yang aneh.
Kemudian di lantai sebelum lantai dimana aku berada. Aku dihadapkan dengan ribuan jebakan, kecuali Bos Lantai yang merupakan Trap Box berlevel 400. Beruntung, aku tidak menginjak jebakan teleportasi seperti sebelumnya.
Lalu pada lantai ini, aku berhadapan dengan Mythril Tortoise berlevel 250. Meskipun menjengkelkan karena tidak bisa menggunakan pedang untuk menyerang. Tapi setidaknya aku mendapatkan Drop berharga. Apalagi kalau bukan Mythril.
"Hah, akhirnya sampai disini juga kah?" gumamku dihadapan pintu besar yang tak lain ruangan Bos Lantai.
"Bersiaplah! Mulai dari sini lawan yang akan kita hadapi adalah salah satu mahluk yang daku sebutkan sebelumnya!" peringat Pleiades.
"Aku tahu itu! Jadi jangan khawatir dan ayo kalahkan dia!" sahutku.
GRROOAARR!
Erangan kencang diberikan olehnya untuk menakuti setiap orang yang memasuki ruangan ini. Tapi sayangnya, itu tidak berguna kepadaku yang telah membuang rasa takut dan kelemahan yang aku rasakan selama ini.
Adamantite Turtle
Level: 500
HP: 550000
MP: 150000
STR: 25000
INT: 15000
AGI: 5000
VIT: 55000
Skill: Hard Shell, Persistance.
Ultimate Skill: Absolute Defense.
Ini adalah hasil dari Appraise yang aku berikan pada Adamantite Turtle. Tunggu, kau serius? Dia memiliki Persistance juga disana? itu berarti setelah aku mengalahkannya,
aku harus memberikan serangan padanya sekali lagi agar bisa membunuhnya?
Yah, lagipula dia pasti lemah terhadap sihir. Jadi setidaknya aku bisa mengalahkannya dengan cepat. Tunggu, bukankah yang ada di cangkangnya itu sebuah ore? Mungkinkah jika aku memanaskannya dan mendinginkannya menggunakan suhu tertinggi dan suhu terendah, aku bisa melunakkan cangkang keras miliknya?
Hanya ada satu cara untuk mengetahuinya, aku mengangkat tangan kiri cukup tinggi, membuat lingkaran sihir besar berwarna merah membara tepat dibawah tempat Adamantite Turtle berada. Lantunan syair mulai aku mainkan dan tepat setelah syair itu berakhir, aku menyebut nama sihir tersebut dengan lantang.
"Hell Fire!!"
Api besar segera keluar dari bawahnya Adamantite Turtle, membakarnya dengan api bersuhu tinggi. Ini karena aku menggunakan Ultimate Skill: Inferno Magic.
"Bodoh! Apa yang dirimu lakukan? Menggunakan Inferno Magic padanya? Dia memiliki afinitas terhadap air cukup tinggi, jadi serangan semacam itu tidak akan berguna!"
"Yah, aku tahu itu kok! Makanya aku juga akan menggunakan ini!"
Aku membuat lingkaran sihir lainnya, kali ini berwarna putih salju. Setelah melantunkan syair, aku meneriakkan nama sihir tersebut dan membekukan Adamantite Turtle dalam sekejap.
"Absolute Zero!!"
Beberapa saat setelahnya, es yang membekukan Adamantite Turtle pecah seketika. Erangan kesakitan diberikan oleh Adamantite Turtle, ini menandakan seberapa efektifnya serangan yang aku berikan.
"Baiklah, sekarang waktunya mencoba ini!" teriakku menyiapkan kuda-kuda dengan Pleiades sejajar dengan pinggang.
"Dragon Sword Technique: Dragon Fang, Twin Fangs!!"
Aku mengayunkan Pleiades dari kiri ke kanan dan kanan ke kiri dalam satu tarikan nafas. Serangan ini cukup kuat, setelah aku memanaskan dan mendinginkannya. Bahkan dapat menghancurkan cangkangnya yang super keras itu.
Adamantite Turtle mengerang keras karena kesakitan, tapi tentu saja aku tidak akan melepaskannya. Jadi aku berlari menuju padanya dan menyiapkan serangan padanya. Tanpa cangkang kerasnya itu, dia hanya akan jadi sasaran empuk bagiku.
"Fallen Night Sword Technique: Third Step, Shooting Star Impact!!"
Aku mengayunkan Pleiades dengan cepat secara terus-menerus. Bahkan efek bintang jatuh dapat terlihat setiap kali aku menebas Adamantite Turtle. Hingga akhirnya, sebuah notifikasi muncul untuk memberitahu kalau lawanku sudah mati.
[Anda membunuh Adamantite Turtle! Mendapatkan 100000 Exp! Karena selisih level lebih dari 100, mendapatkan tambahan +250% Exp! Anda mendapatkan 250000 Exp! Karena Adamantite Turtle adalah Bos Lantai, Exp telah dikalikan 500%! Anda mendapatkan 1250000 Exp! Anda mengalahkan satu dari 4 Bos Lantai terkuat, Exp telah dikalikan dengan Level Adamantite Turtle! Anda mendapatkan 625000000 Exp!]
[Selamat! Anda naik ke level 268!]
[Anda naik 100 level lebih dalam satu waktu, membuat Anda berhak mendapatkan gelar, Maniac Leveling!]
Gila! Hanya mengalahkan salah satu dari 4 Bos Lantai terkuat saja bisa menaikkan hingga 100 level dalam sekejap? Selain itu, apa maksud dari Maniac Leveling ini yah? Apa dia akan membantuku mempercepat Leveling? Jika iya, itu pasti akan sangat berguna.
"Yah, lagipula aku akan segera mengetahuinya nanti. Sekarang, mari ambil dropnya dan menuju lantai berikutnya!" ujarku yang ingin menuruni tangga menuju lantai berikutnya.
Tapi saat aku ingin melangkahkan kaki untuk menuruni tangga ini, sebuah lingkaran sihir muncul tepat dibawah kakiku. Aku yang melihatnya menjadi panik dan mengumpat penuh kesal.
"Sialan! Bukankah seharusnya di ruangan ini tidak ada jebakan?!"
"Hanya satu sosok saja yang bisa melakukan hal ini,"
"Blizzard Dragon? Tunggu, serius? Apa dia benar-benar berpikir aku mengancam nyawanya?"
"Entahlah? Tapi sebaiknya dirimu bersiap dengan segala kemungkinan yang ada!"
"Sialan! Yang benar saja?!"
Tak lama setelahnya, aku telah berpindah ke sebuah ruangan yang lain. Ruangan ini dipenuhi dengan hawa panas yang cukup tinggi. Jika bukan karena Heat Resistance, dapat dipastikan kalau aku akan terbakar dalam waktu singkat.
KYAAAK!
"Hey! Hey! Hey! Jangan bercanda! Maksudmu, aku harus menghadapinya saat ini?" umpatku saat melihat status milik burung api yang terbang di langit-langit ruangan ini.
Crimson Phoenix
Level: 1000
HP: 5000000
MP: 5000000
STR: 250000
INT: 500000
AGI: 250000
VIT: 500000
Skill: Fire Magic, Wind Magic, Self Destruct, Self Recovery.
Ultimate Skill: Inferno Magic, Reborn.
"Crimson Phoenix!!" lanjutku.
Bersamaan dengan itu, Crimson Phoenix melesat menujuku. Jika bukan karena peringatan dari Pleiades, aku pasti akan terkena serangannya tersebut. Bahkan hembusannya saja memberikan hawa panas yang jauh melebihi toleransi tubuhku!
"Cih, yang benar saja!" umpatku.
Aku menggunakan sihir angin Flow untuk bisa mendarat dengan baik. Tapi siapa sangka, Crimson Phoenix menggunakan kesempatan itu untuk menerjangku sekali lagi.
KYAAAK!
Aku menjadikan Pleiades sebagai perisai, setidaknya bisa melindungi organ vital yang aku miliki. Benturan antara Pleiades dengan Crimson Phoenix tercipta, membuatku terhempas hingga menabrak dinding ruangan ini. Wajar saja, perbedaan level kami lebih dari 700! Jadi wajar saja jika aku kalah kekuatan dengannya.
"Sial! Mengandalkan Heal sekarang tidak terlalu berguna!" umpatku kesal saat tahu Support Magic, Heal tidak lagi berguna lagi bagiku yang telah berada di level 200.
"Mengapa tak menggunakan Mega Heal? Itu bisa mengembalikan setidaknya 50% HP milikmu saat ini," jelas Pleiades.
"Begitu kah? Kalau begitu tanpa ragu! Mega Heal!" ujarku menggunakan Mega Heal untuk mengembalikan HP milikku yang hilang.
Tubuhku dikelilingi aura hijau, menandakan kalau sihir itu tengah bekerja. Mengapa tak ada lantunan syair? Entahlah, mungkin karena level milikku jauh lebih tinggi dan terlebih lagi berkat gelar Arcane Magic Mastery, membuatku tidak perlu khawatir dengan lantunan sihir yang masih termasuk Skill dan bukan Ultimate Skill.
"Dia datang lagi!" peringat Pleiades.
Crimson Phoenix menerjang ke arahku sekali lagi, tapi karena aku telah siap dengan serangannya, aku menggunakan Enchant Agility untuk meningkatkan kecepatan menghindarku. Tentu saja Crimson Phoenix lebih cepat dariku, makanya aku mengambil langkah menghindar lebih dulu sebelum dia datang padaku.
WUSH! BAMN!
Jika dalam mitologi, Phoenix adalah burung api yang melambangkan keabadian. Saat dia mati ataupun menua, dia akan terlahir kembali sebagai Phoenix muda. Terlebih lagi, melihat status miliknya dengan Ultimate Skill: Reborn. Tidak salah lagi, dia bisa terlahir kembali nantinya. Selain itu, bagaimana caraku mengatasi mahluk dengan 4 kali lipat dari level milikku saat ini?
"Sial! Tidal Wave!!" umpatku menggunakan sihir air kearah Crimson Phoenix tersebut.
Gelombang air besar segera menerjang Crimson Phoenix yang masih terjebak disana. Tapi aku yakin setidaknya, dia bisa menghindari sihir itu dengan mudah. Benar saja, sedetik sebelum gelombang air tersebut mengenainya, dia dengan cepat terbang keatas.