Crimson Phoenix menciptakan sebuah lingkaran sihir berwarna merah, dia mengibaskan kedua sayapnya bersamaan, membuat sebuah badai api besar menuju ke arahku.
"Magic Absorber!!"
Aku mengayunkan Pleiades secara vertikal dan menyerap sihir tersebut yang akhirnya diubah menjadi Mana tambahan untukku. Aku juga menggunakan Mana Converter untuk meningkatkan Agility milikku. Setiap 100 Mana akan membuatnya meningkat sebanyak 10 poin dalam durasi 1 detik.
Sedangkan aku sedikit beruntung, karena sihir yang dilancarkan padaku bisa digunakan untuk Mana Converter. Setidaknya ada sekitar 500000 Mana yang bisa diubah menjadi 50000 Agility dengan durasi 5000 detik atau setara 1 jam 23 menit. Meski hanya sekitar 1/5 dari status Agility milik Crimson Phoenix, tapi setidaknya aku masih bisa melihat kemana arah serangannya meski masih terlalu cepat.
"Sialan! Sialan! Sialan! Sialan! Berhenti menghindarinya!!" umpatku sembari terus menggunakan Tidal Wave pada Crimson Phoenix.
Crimson Phoenix hanya terbang menghindari setiap Tidal Wave yang aku arahkan padanya. Terkadang, aku harus berhenti berlari dan melompat ke belakang sebelum Crimson Phoenix menghantamkan dirinya ke tempatku berada.
"Mengapa dirimu hanya terus menggunakan sihir air sejak tadi? Apakah karena tubuhnya diselimuti oleh api, makanya dirimu menggunakan sihir air untuk memadamkannya?" tanya Pleiades.
Yah, siapapun akan berpikir seperti itu saat melihatku menggunakan sihir air pada Crimson Phoenix. Tapi sebenarnya, bukan itulah yang aku incar.
"Dari mitologi tempatku berasal. Phoenix dikenal dengan burung abadi. Dimana dia akan membakar dirinya lebih dulu, sebelum akhirnya bangkit kembali," jelasku.
"Lalu, apa hubungannya dengan pertanyaan daku tadi?"
"Cobalah berpikir! Apa jadinya, kalau dia ingin bangkit kembali dengan membakar tubuhnya. Tapi tubuhnya basah oleh air?" balasku sambil menghindar dari terjangan Crimson Phoenix.
Pleiades diam sesaat setelah aku mengatakannya. Tapi tak lama kemudian, dia tertawa dan memberikan sebuah usulan padaku. Lebih tepatnya mungkin disebut dengan rencana.
"Aku mengerti, mari coba bertaruh dengan itu!" ujarku.
"Baiklah. Untuk sementara gunakan pedang ini saja lebih dulu. Daku bisa pastikan, kalau setidaknya pedang ini dapat mengimbangi daku dengan baik. Meski sedikit berat dan harus dipegang dengan dua tangan," jelas Pleiades mengeluarkan sebuah pedang dari Dimensional Inventory miliknya.
Rune Blade (Giant Sword)
Level: 250
Rarity: Artifact
Damage: 180000
Defense: 80000
Durability: 8000
Skill: Rune Manipulation.
Apa maksudnya ini? Tidak seperti beberapa senjata yang aku dapatkan dari labirin ini, sepertinya informasi yang diberikan terlalu sedikit. Tapi setidaknya pedang ini bisa ku andalkan disaat Pleiades melakukan tugasnya nanti.
"Sedikit berat, tapi aku bisa meringankannya. Enchant: Lighten! Sekarang, sisanya aku serahkan padamu!" ujarku melempar Pleiades ke langit-langit ruangan ini.
Aku menggenggam Rune Blade dengan dua tangan, meski sudah aku ringankan dengan Enchant. Tapi karena panjangnya sekitar 1,5 meter membuatku harus melakukannya untuk menjaga keseimbangan tubuh.
Crimson Phoenix menciptakan lingkaran sihir yang sama seperti sebelumnya. Mungkin karena dia melihat kalau aku tidak menggenggam Pleiades lagi, membuatnya tidak perlu khawatir dengan Magic Absorber yang aku gunakan sebelumnya.
"Heh! Jika kau memang berpikir seperti itu, maka cobalah!" tantangku yang memasang kuda-kuda dengan Rune Blade.
Crimson Phoenix melepaskan sihirnya, menciptakan badai api besar yang mulai mengarah kepadaku. Aku menghentakkan kaki kiri yang telah berada di depan dan menguatkannya menjadi tumpuan, kemudian aku mengayunkan Rune Blade secepat mungkin sebelum badai api itu mengenaiku. Hasilnya, badai api itu bertubrukan dengan Rune Blade saat hampir mencapaiku.
"Uuuuwwwwooooooooo! Ter.. be.. lah.. lah!!"
WUSH! BLAR!
Crimson Phoenix terhempas hingga menabrak langit-langit. Tapi dia segera sadarkan diri dan mulai menerjang ke arahku. Aku sudah menebak apa yang terjadi setelah aku berhasil menebas sihirnya. Oleh karena itu, aku sudah berancang-ancang melompat setelah menguatkan kedua kakiku dengan Enchant.
WUSH!
"Zeldius Sword Technique: North High Level 3, Heavy Crush Impact!!"
BAMN!
Aku dan Crimson Phoenix beradu serangan. Hasilnya, kami berdua terhempas bersamaan. Namun tentu saja, hanya aku yang menerima damage dari serangan itu. Crimson Phoenix yang telah mengembalikan keseimbangan tubuhnya segera menggunakan sihir yang sama ketiga kalinya.
"Sial! Menggunakan sihir itu lagi setelah menggunakannya sebelumnya, itu curang tahu! Tidal Wave!!"
Api dan air beradu, hasilnya sudah jelas. Kedua serangan kami berubah menjadi uap. Tapi berkat menggunakan Tidal Wave, setidaknya aku bisa menggunakan tembok sebagai pijakan dan melompat kearah Crimson Phoenix sekali lagi.
"Dragon Sword Technique: Dragon Fang, Roaring Killer Fang!!"
WUSH! BAMN!
Aku berhasil mengenai kepala Crimson Phoenix dengan Rune Blade. Erangan keras dikeluarkan olehnya, tapi disaat yang sama dia kehilangan kesadarannya. Tubuh Crimson Phoenix akhirnya menghantam tanah akibat seranganku tadi. Aku segera memanggil Pleiades untuk melakukan rencananya segera.
Pada saat yang bersamaan juga, aku menjatuhkan diri dan bersiap menusukkan Rune Blade yang telah aku "Enchant: Sharpness" sebanyak 5 kali. Pleiades yang mendengar panggilanku segera membuka sebuah portal yang mulai menjatuhkan air dalam skala besar.
JLEB! BYUURR!
Air tersebut jatuh tepat setelah aku menusuk Crimson Phoenix, membuat darah yang menyembur sebelumnya kearah diriku seketika menghilang karena diguyur oleh air yang jatuh dari atas. Aku juga menggunakan sihir angin untuk setidaknya membuatku tetap bernafas disaat tengah diterjang oleh air yang mulai menenggelamkan diriku yang tengah menahan diri untuk tetap menekan Rune Blade ke tubuh Crimson Phoenix. Hingga akhirnya sebuah notifikasi menandakan kalau aku telah berhasil membunuh Crimson Phoenix.
[Anda membunuh Crimson Phoenix! Mendapatkan 2000000 Exp! Karena selisih level lebih dari 500, mendapatkan tambahan +500% Exp! Anda mendapatkan 10000000 Exp! Karena Crimson Phoenix adalah Bos Lantai, Exp telah dikalikan 500%! Anda mendapatkan 50000000 Exp! Anda mengalahkan satu dari 4 Bos Lantai terkuat, Exp telah dikalikan dengan Level Crimson Phoenix! Anda mendapatkan 50000000000 Exp!]
[Anda naik ke level 500!]
[Karena batasan Level Manusia hanya 500, seluruh Exp yang tersisa akan disimpan!]
Sial! Hanya sampai 500? Batasan Level? Kau pasti bercanda bukan?! Aku tidak bisa mengecek statusku saat ini. Jadi aku menunggu agar Pleiades mengembalikan air ini ke tempatnya berasal, yaitu lantai dimana kami bertemu. Setelah beberapa saat, akhirnya airnya mulai berkurang. Setidaknya sampai dimana bisa membuatku dapat bernafas.
"Status!"
Status
Name: Wira Hardianto
Race: Manusia
Level: 500 [34692900000]
Title: Orang yang Terpanggil, Yang Terlemah, Pemimpi Dunia Lain, Reinkarnasi, Orang yang Terbuang, Penantang Labirin, Contractor Merope Pleiades, Zeldius Sword Mastery, Beast Sword Mastery, Arcane Magic Mastery, Sahagin Slayer, Red Kong Slayer, Harpy Slayer, Mythril Tortoise Slayer.
Job: Freelancer
HP: 50000
MP: 50000
STR: 5000
INT: 5000
AGI: 5000
VIT: 5000
Skill: Unknown, Heat Resistance, Zeldius Sword Technique, Beast Sword Technique, Fallen Night Sword Technique, Reptile Sword Technique, Garuda Sword Technique, Dragon Sword Technique, Fire Magic, Water Magic, Wind Magic, Earth Magic, Light Magic, Dark Magic, Support Magic, Enchant Magic, Self Recovery, Mana Absorb, Persistance, Mana Converter, Magic Combination, Crafting.
Ultimate Skill: Ancient Sword Technique, Inferno Magic, Ice Magic, Storm Magic, Crystal Magic, Lighting Magic, Chaos Magic, Magic Creation.
"Jadi hanya sampai sini saja kah, batasanku?" gumamku.
"Ah, nampaknya daku melupakan sesuatu tentang batasan level Manusia yah," sahut Pleiades.
"Tidak masalah, aku tidak terlalu memikirkannya kok!" balasku.
[Skill: Limit Breaker telah terdeteksi! Apa Anda ingin menggunakannya?]
[YA] [TIDAK]
"Eh?"
Aku terkejut saat membaca notifikasi tersebut. Belum lagi ada dua panel melayang bertuliskan "YA" dan "TIDAK" yang menandakan kalau ini sebuah pertanyaan. Belum sempat aku bertanya pada Pleiades, dia pun sudah menjelaskannya kepadaku terlebih dahulu.
"Limit Breaker, adalah Skill yang membuat dirimu dapat berevolusi menjadi Ras yang lebih tinggi atau lebih tepatnya adalah High Human. Berbeda dengan Ras lain yang telah ditentukan oleh batasan Level. High Human, High Elf, Demon Lord, Mythical Beast, True Dragon, Great Spirit, serta True God. Mereka tidak memiliki batasan Level untuk berkembang,"
"Jadi dengan menggunakan Skill ini, aku dapat berevolusi menjadi High Human dan tidak memiliki batasan untuk berkembang begitu?"
"Tepat sekali! Tetapi sebagai gantinya, seluruh Level, Title, Status dan Skill milikmu akan di reset. Ah, tenang saja, seluruh Skill milikmu akan daku ambil kembali. Jadi dirimu tidak perlu khawatir dengan itu, karena nanti daku akan mengembalikannya lagi padamu," jelas Pleiades.
Sial, apa itu artinya aku harus merasakan sakit kepala itu lagi? Tapi jika aku tidak menggunakan Skill: Limit Breaker ini, maka aku tidak bisa berkembang lagi. Artinya, aku tidak akan bisa membalaskan dendam.
"Aku mengerti, akan aku serahkan semuanya padamu. Jika ini bisa membuatku menjadi kuat, aku tidak peduli jika harus menjual jiwaku pada iblis sekalipun!" teriakku menekan tombol "YA" di hadapanku.
Tentu saja Pleiades telah mengamankan seluruh Skill yang telah aku dapatkan selama ini. Yah, lagipula aku juga mendapatkannya darinya. Jadi tidak masalah jika dia ingin mengambil kembali Skill-Skill tersebut.
[Seluruh Level, Title, Status dan Skill yang telah diperoleh saat ini akan di reset. Apa tidak masalah?]
[YA] [TIDAK]
Bahkan setelah menekan tombol "YA" saja masih diberikan peringatan oleh sistem? Aku pun segera menekan tombol "YA" sekali lagi dan akhirnya Skill: Limit Breaker telah aktif.
[Skill: Limit Breaker telah diaktifkan! Mulai mereset Level menjadi 1!]
[Sukses!]
[Memulai penghapusan seluruh Title yang telah diperoleh!]
[ERROR!]
[Title Orang yang Terpanggil dan Title Reincarnation, Contractor Merope Pleiades tidak dapat dihapus! Mengabaikan hal tersebut, seluruh Title telah berhasil dihapus!]
[Mulai mereset Status saat ini!]
[Sukses!]
[Status akan menyesuaikan setelah target berhasil berevolusi!]
[Menghapus seluruh Skill yang telah dipelajari!]
[Sukses!]
[Target dengan nama Wira Hardianto akan memulai proses evolusi dari Human menjadi High Human!]
[1%.. 2%.. 3%..]
"AAAARGHHH!!"
Sialan! Apa-apaan dengan rasa sakit di seluruh tubuhku ini? Ini bahkan jauh lebih sakit daripada pemindahan ingatan pemilik sebelumnya Pleiades, lho! Bahkan kesadaranku juga perlahan-lahan mulai menghilang.
[.. 97%.. 98%.. 99%.. 100%!]
[Evolusi target Wira Hardianto dari Human ke High Human telah selesai!]
[Simpanan Exp telah terdeteksi!]
[Anda telah naik ke level 438!]
[Seluruh status telah disesuaikan!]
***
POV Sirius Diego
Matahari mulai bersinar, menandakan pagi telah tiba untuk menggantikan malam. Kicauan burung-burung sekitar benar-benar sangat enak untuk didengar. Masyarakat sekitar juga telah memulai aktivitas pagi hari mereka. Sedangkan aku saat ini tengah bersama dengan Randy, Siska, Nia dan Rika yang mana mereka berdua kenal dekat dengan Nayla juga Wira.
Nia dan Rika adalah teman-teman Nayla atau lebih tepat disebut dengan sahabat. Mereka berdua sangat mengkhawatirkan Nayla, makanya Siska memutuskan untuk mengajak mereka berdua. Lalu untuk Randy, dia adalah teman masa kecil Wira. Dia juga tahu kalau Wira dan Nayla telah dijodohkan oleh kedua orang tua mereka.
Alasan Randy memutuskan untuk ikut adalah, untuk meminta maaf pada Nayla. Sepertinya dia benar-benar menyesal karena tidak bisa menyelamatkan Wira saat itu. Bagaimanapun, dia memiliki Job Assassin. Dengan menggunakan Stealth seharusnya sudah cukup untuk membuatnya mengendap-endap agar bisa menyelamatkan Wira. Tapi karena syok, tubuhnya tidak bisa bergerak sama sekali.
"Aku benar-benar merasa bersalah," gumam Randy.
"Hentikan itu, Randy. Semua orang sudah tidak marah lagi padamu," balasku.
"Semua orang, kecuali Nayla bukan?" umpat Nia.
"Nia, sudah cukup. Bukankah kalian sudah berbaikan kemarin?" ujar Siska menengahi.
"Hmph! Aku hanya mengatakan fakta saja kok!" balasnya memalingkan wajahnya.
Aku hanya bisa menghela nafas saat mendengar pertengkaran kecil mereka. Siska juga sudah menyerah untuk hal ini. Lagipula, dia juga mungkin masih agak kesal dengan Randy yang secara tidak sengaja membawa kita kemari.
"Oh, kita sudah sampai!" ucapku berhenti di sebuah gereja besar dengan lonceng besar disalah satu menaranya.
Aku pun membuka pintu besar gereja ini, saat masuk, alangkah terkejutnya kami dengan sebuah pemandangan taman yang dipenuhi didalam gereja ini. Daripada disebut dengan gereja, ini lebih disebut dengan sebuah Mansion bukan?
"Oh, jadi kalian datang yah?" sapa seorang pria yang mendatangi kami.
"Tuan Louis! Selamat pagi!" sahut kami bersamaan.
"Selamat pagi. Jadi kalian ingin menjenguknya? Tapi dia sedikit sibuk saat pagi. Jadi, bagaimana kalau kita minum teh dulu?" ajak Tuan Louis pada kami.
Kami pun menerima ajakannya dan diarahkan ke sebuah gazebo yang ada disekitar sini. Dia meminta salah seorang Sister untuk membawakannya teh, serta beberapa camilan untuk kami.
"Tuan Louis, bagaimana keadaan teman kami, Nayla?" tanyaku.
"Louis juga tidak masalah. Lagipula saat ini kita tidak dalam kondisi Formal, Sirius. Lalu keadaan gadis itu saat ini sudah lebih baik. Setidaknya dia sekarang sudah tidak memiliki niat untuk melakukan tindakan nekat seperti sebelumnya," jelas Louis pada kami.
Kami yang mendengar bernafas lega. Bagaimanapun juga, tindakan bunuh diri Nayla itu bukanlah hal yang baik. Kami tidak ingin kehilangan teman lagi, jadi mendengar kabar kalau Nayla sudah tidak berniat bunuh diri lagi, benar-benar sangat melegakan.
"Terimakasih banyak, Louis. Entah bagaimana cara kami membalas kebaikanmu,"
"Tidak perlu berterimakasih padaku. Lagipula aku hanya melakukan apa yang menurutku benar. Selain itu, jika aku datang lebih cepat, aku yakin setidaknya bisa menyelamatkan teman kalian itu," ujarnya dengan wajah bersalah.
"Kak Louis! Aku dengar kakak mencariku? Ada apa?" panggil seorang gadis yang kami kenal.
"Nayla!!"
"Uwah! Nia? Rika?"
Tepat setelah kedatangannya, Nia dan Rika melompat kearah Nayla sembari mengucapkan kalimat syukur dan menangis. Aku, Louis, Siska dan Randy hanya bisa menunggu mereka menyelesaikan reuni mereka bertiga. Bahkan nampak yang harusnya ditenangkan oleh mereka malah harus menenangkan mereka.