Kota Logberg, 1 dari 5 Kota Besar yang dimiliki Kerajaan Einhard. Kota ini diawasi oleh Duke Darius Silviesta, adik dari Raja Julius. Kota ini cukup makmur dibawah pengawasan Duke Darius. Bahkan beberapa desa yang kami lewati, memberikan sambutan hangat kepada kami.
Dari informasi yang aku dapatkan, gelar Bangsawan itu ada 9 gelar. Dimulai dari Knight of Honor, Baronet dan Baron yang merupakan gelar kehormatan bagi para ksatria atau orang yang berjasa pada kerajaan. Viscount yang bertanggung jawab atas tugas kehakiman dan sebagai wakil dari Earl maupun Count.
Earl dan Count memiliki tugas yang sama tetapi mereka berbeda. Earl adalah gelar yang diberikan kepada mereka yang diberikan hak dan kewenangan oleh kerajaan untuk memimpin sebuah kota kecil sekaligus memimpin pasukan bersenjata. Count juga memiliki hak dan kewenangan, tetapi bedanya mereka diberikan hak dan kewenangan tersebut oleh kekaisaran.
Berikutnya adalah Marquis, yang memiliki hak dan kewenangan untuk memimpin kota perbatasan. Mereka benar-benar diberikan kepercayaan oleh kerajaan atau kekaisaran untuk mengatasi segala bahaya yang mengancam kerajaan atau kekaisaran.
Selanjutnya ada Prince atau Princess. Tidak seperti Pangeran Mahkota atau Putri Mahkota, mereka biasanya diberikan hak untuk menjalankan wilayah sendiri dan wilayah tersebut adalah Principality.
Terakhir adalah Duke, yang memiliki hak dan kewenangan untuk memimpin kota besar atau ibukota. Mereka adalah keluarga kerajaan atau kekaisaran yang diberikan hak dan kewenangan dari Raja ataupun Kaisar.
"Tujuan kita kesini adalah untuk melakukan penaklukkan dungeon. Jadi, setelah sampai ditujuan. Kalian akan mencoba menaklukkan lantai 1 setelah istirahat satu jam. Itu tidak masalah bukan?" tanya Louis.
"Tentu. Satu jam itu sudah lebih dari cukup bagi kami," balasku yang diikuti oleh anggukan semua orang kecuali Fredrik yang memasang wajah kesal.
Kami pun berpencar dengan tujuan masing-masing. Fredrik mengatakan kalau ingin berjalan-jalan sebentar, Randy ingin mengumpulkan informasi tentang dungeon dari beberapa petualang, Siska akan menemani Nayla pergi ke gereja sekitar. Sedangkan aku sendiri akan menemui Kepala Desa untuk menyerahkan izin yang kami buat di Guild Petualang agar bisa memasuki Dungeon. Setelah satu jam, kami pun berkumpul kembali.
"Nampaknya Dungeon ini tercipta secara alami. Para Petualang mengatakan, kalau Dungeon ini berisi Monster level 40 keatas untuk Lantai 1-5 dan Monster level 100 keatas untuk Lantai 6-10. Itulah informasi yang aku dapatkan," jelas Randy.
"Begitu yah. Kerja bagus, Randy. Setidaknya dengan status kita yang sekarang, kita bisa mengatasi lantai 1. Jadi, apa bos yang berada di lantai 1?" tanyaku.
Dari penjelasan Randy, monster yang menghuni lantai 1 adalah Killer Ant dengan Queen Killer Ant sebagai Bos Lantai tersebut. Mereka memiliki level 42 untuk Killer Ant dan 84 untuk Queen Killer Ant. Randy pun melanjutkan memberi informasi yang dia dapatkan tadi kepada kami.
Tetapi meskipun begitu, kami kekurangan informasi. Itu karena Dungeon yang akan kami taklukkan memiliki total di atas 25 lantai. Dungeon sendiri terbagi menjadi dua jenis, yaitu Dungeon Alami dan Buatan. Untuk Dungeon Alami sendiri adalah sebutan bagi Dungeon yang baru ditemukan dan belum pernah ditaklukkan sebelumnya, sedangkan Dungeon Buatan adalah kebalikannya.
Dungeon juga dibagi menjadi tiga tingkat. Yaitu dimulai dari Dungeon tingkat mudah dengan total 5 hingga 10 lantai, Dungeon tingkat menengah dengan total 11 hingga 25 lantai, serta Dungeon tingkat tinggi dengan total 26 hingga 50 lantai.
"Baiklah, mari kita coba taklukkan dungeon ini. Aku yakin selama kita bersama, kita bisa melakukannya," ajakku.
Semua orang mengangguk dan kami pun memasuki tempat itu bersama-sama. Kemudian tanpa kami sadari, setelah satu bulan kami yang digunakan untuk menaklukkan dungeon, terdapat informasi yang mengejutkan banyak orang.
POV Sirius Diego END
***
"Jadi ini lantai terakhir yah?" gumamku saat melihat ruangan yang jauh berbeda dari lantai-lantai sebelumnya.
Aku berjalan sembari memasang sikap waspada, untuk menghindari serangan dadakan. Tetapi setelah menunggu lama, tidak ada siapapun disini.
"Hey, Pleiades. Apa ini benar-benar lantai terakhir dari labirin ini? Kenapa tidak ada apapun sama sekali disini?" tanyaku penasaran.
"Daku juga tidak paham apa yang terjadi. Tapi tetaplah waspada! Kita tidak akan tahu apa rencana Froster itu," jawab Pleiades.
"Akhirnya kalian sampai yah?" sambut seorang pria berbaju putih salju dengan rambut yang sama warnanya dengan baju yang ia kenakan.
Secara spontan, aku melompat jauh kebelakang dan memasang kuda-kuda bertarung. Tetapi pria tersebut hanya tertawa saja saat melihat reaksi yang aku berikan.
"Apa yang lucu, pria sialan?"
"Wah, sungguh tidak bermoralnya. Padahal aku sudah repot-repot menggunakan wujud ini untuk menyapa pengunjung yang telah berhasil melewati batasannya. Beginikah caranya para manusia itu berterimakasih?"
Aku mencoba menggunakan Appraisal kepadanya, tetapi hasilnya sungguh mengejutkan.
Blizzard Dragon, Froster
Level: ???
HP: ???
MP: ???
STR: ???
INT: ???
AGI: ???
VIT: ???
Skill: ???
Ultimate Skill: ???
"Ah, menggunakan Appraisal tidak akan berguna bagiku. Jika ingin mengecek statusku, kau setidaknya harus memiliki Ultimate Skill: Clairvoyance jika mau memeriksaku," ungkap Froster.
Yah, wajar jika dia merasa kalau aku melakukan Appraisal padanya. Menggunakan Appraisal bisa membuat mereka terasa sedikit tidak menyenangkan. Contohnya saat aku menggunakan Appraisal pada Pleiades pertama kali.
"Tidak perlu sewaspada itu. Aku tidak ada niat untuk bertarung denganmu, High Human. Atau haruskah aku panggil, Wira Hardianto dari dunia lain?" lanjutnya.
"Kau tahu aku dari dunia lain yah? Apa itu karena mata kiri yang menyala milikmu itu?" balasku.
"Hahaha! Kau benar, ini karena aku mengaktifkan Clairvoyance dengan mata kiriku. Jadi seluruh informasi milikmu, dapat terlihat dengan jelas melalui mata ini," jelasnya sembari menunjuk mata kirinya.
Froster menjentikkan jarinya, memunculkan sebuah meja, tiga buah kursi, tiga cangkir dan satu teko teh dalam seketika. Dia duduk dan menuangkan teh hitam dari teko tersebut ke tigaa cangkir yang dia munculkan sebelumnya.
"Bagaimana jika kita berbincang sejenak sambil minum teh hitam ini? Kau juga boleh menggunakan wujud itu agar bisa ikut menikmatinya, Merope," ajaknya.
Pleiades seketika berubah menjadi wujud seorang gadis kecil dengan rambut biru panjang yang mengenakan gaun putih polos. Aku masih kagum dengan caranya yang dapat berubah dari pedang menjadi gadis dan sebaliknya. Tapi apa dia benar-benar sudah dewasa? Maksudku, tingginya hanya sepantaran dengan dadaku. Terlebih lagi..
"Dada milikmu sama sekali tidak tumbuh yah?" gumamku yang dibalas dengan pukulan kepala dari Pleiades.
BUK!
"Sakit! Apa yang kau lakukan?"
"Maaf saja yah, kalau dadaku sama sekali tidak tumbuh!"
Aku hanya bisa memegang kepalaku yang masih terasa nyeri, sedangkan Pleiades telah duduk di kursi lain dan meminum teh hitam yang telah disajikan oleh Froster, dia juga terlihat menambahkan tiga buah gula batu ke dalam tehnya. Tentunya aku juga ikut meminumnya, rasa pahit nan menyegarkan segera terasa di mulutku. Entah kapan terakhir kali aku meminum teh hitam ini.
"Ini cukup enak,"
"Hoho, tak daku sangka dirimu menyukai teh hitam pahit itu yah?"
"Tentu saja. Lagipula aku sudah terbiasa merasakan pahitnya kehidupanku yang dulu. Selain itu, sampai kapan kau akan terus menambah gula batu itu?"
"Be-Berisik! Jangan samakan daku dengan dirimu itu! Lagipula, daku adalah seorang gadis yang menyukai sesuatu yang manis!"
"Hahaha! Senang mendengar kalian menyukai tehnya," sahut Froster.
Aku meneguk teh hitam sekali lagi, sebelum menanyakan maksud dari apa yang ingin dia lakukan.
"Jadi, apa yang ingin kau bicarakan denganku?"
"Ah, benar. Tapi sebelum itu, aku ucapkan selamat karena telah menaklukkan labirin ini," ungkapnya.
[Selamat! Anda adalah orang pertama yang berhasil menaklukkan Lostia Labyrinth! Seluruh harta yang ada di ruang harta akan menjadi milikmu!]
[Karena ini pertama kalinya anda menaklukkan labirin, Anda berhak mendapatkan gelar Penakluk Labirin!]
Tunggu sebentar, apa maksudnya ini? Aku bahkan belum bertarung dengannya sama sekali lho? Kenapa aku malah sudah berhasil menaklukkan labirin ini? Aku menatap Froster dengan niat meminta penjelasan darinya. Seakan memahaminya, dia pun mulai memberitahu alasannya kepadaku.
"Aku awalnya tidak tertarik denganmu, tapi saat aku tahu kau berhasil mengalahkan Adamas, aku berniat untuk mengujimu dengan mengirim dirimu ke lantai Hiito. Lalu kau juga berhasil mengalahkannya dan berevolusi menjadi High Human. Belum lagi, dirimu berhasil mengalahkan Kohaku yang menggunakan wujud terkuatnya. Tentu saja aku semakin tertarik bukan?" jelasnya.
"Meskipun kau mengatakannya, semua ini berkat Pleiades yang membuatku bisa sampai sejauh ini," balasku.
"Hahaha, kau benar. Dia bahkan memohon-mohon padaku untuk tidak tu--"
PYAAR!
Aku dan Froster terkejut saat melihat Pleiades menghancurkan cangkir ditangannya. Pleiades menoleh ke Froster yang ingin mengatakan sesuatu sebelumnya dan berkata, "Ah, daku tidak sengaja memecahkan cangkirnya. Bisa minta cangkir lainnya?"
"Hah, apa segitunya kau tidak mau menerima terimakasihnya?" gumam Froster pelan dan menjentikkan jarinya yang memunculkan cangkir baru.
"Apa dirimu mengatakan sesuatu?" tanya Pleiades.
"Tidak ada. Aku hanya mengatakan kalau teh tadi jadi terbuang sia-sia," balas Froster.
Aku hanya bisa menghela nafas saja tanpa angkat suara. Aku tidak ingin mendapatkan ocehan Pleiades nantinya. Froster lalu menjelaskan segala yang ia tahu kepadaku. Mulai dari uang, harga berbagai barang, level rata-rata setiap ras, bahkan status dasar dari beberapa Job.
Mata uang dunia ini disebut Ringgo dan menggunakan koin sebagai landasannya. 100 Ringgo setara dengan 1 Koin Tembaga, 10.000 Ringgo setara dengan 1 Koin Perak, 1.000.000 Ringgo setara dengan 1 Koin Emas dan 1.000.000.000 Ringgo setara dengan 1 Koin Emas Putih.
Untuk level rata-rata setiap manusia di dunia ini adalah sekitar 40 sampai 80. Ini karena manusia memiliki umur pendek yang hanya sampai umur 60. Meskipun ada yang melampaui batasan usia mereka pun, level tertinggi mereka adalah 240 ke atas dan kebanyakan dari mereka adalah Raja atau Kaisar.
Untuk status setiap Job, dia menunjukkan beberapa catatannya kepadaku. Tentunya aku mendengarkannya dengan baik, karena informasi ini sangat bagus untukku. Terlebih lagi, Froster mengatakan kalau ini semua agar aku tidak mudah tertipu oleh para pedagang licik yang hanya ingin untung saja nantinya.
"Mungkin aku harus berterimakasih padamu karena telah menjelaskannya kepadaku," ujarku.
"Hahaha! Tak perlu khawatir. Lagipula kau adalah orang yang berhasil menarik perhatianku," balasnya.
Kami pun mengobrol beberapa hal, bahkan aku juga menjelaskan apa yang terjadi padaku hingga sampai dibuang kesini. Froster yang mendengarnya merasa cukup kesal, tetapi dia tidak bisa melakukan apapun karena tidak dapat pergi dari sini. Kemudian setelah beberapa saat, Froster pun mengajak kami ke ruang harta.