Chereads / Seven Stars of Pleiades / Chapter 4 - Chapter 1: Terpanggil hanya untuk Menderita Lagi? Bagian 3

Chapter 4 - Chapter 1: Terpanggil hanya untuk Menderita Lagi? Bagian 3

"Begitu rupanya. Jadi dirimu dibuang ke tempat ini karena dianggap sebagai orang yang paling lemah? Nampaknya mereka sudah mulai melupakan kejadian 2000 tahun yang lalu yah?" ujar Pleiades.

"Apa yang terjadi saat itu? Lalu apa maksud perkataanmu?" tanyaku bingung.

"Umu, kali ini biarkan daku yang menceritakan kejadian masa lalu antara daku dengan pemiliknya sebelumnya," balasnya yang mulai bercerita.

2000 tahun yang lalu, atau lebih tepatnya ketika sebuah kekacauan terjadi. Dikabarkan kalau dia dengan pemiliknya melakukan pembantaian besar-besaran pada sebuah Kerajaan yang telah membuang pemiliknya dengan alasan yang sama sepertiku, yaitu di cap sebagai yang terlemah.

Tetapi ada satu hal yang pasti dalam ceritanya yang diceritakan secara panjang lebar olehnya. Kerajaan itu menghilang dari peta dalam satu malam dan hanya menyisakan para penduduk, juga para ksatria yang menyerah.

"Lalu, apa yang terjadi dengan pemilikmu?"

"Dia telah tiada. Lagipula semua Freelancer itu adalah manusia. Mereka tidak akan bisa hidup panjang seperti Elf, Iblis, serta Ras berumur panjang lainnya,"

"Maaf, karena membuatmu mengingat hal menyakitkan itu lagi," ujarku setelah mendengar jawabannya.

Aku masih belum tahu apapun. Bahkan alasan kami dipanggil kesini pun dengan alasan berperang melawan iblis saja masih abu-abu. Raja Jul-- maksudku, Raja Sampah itu pun tidak memberikan kami penjelasan rinci tentang alasan Iblis memerangi Manusia.

"Hey, Pleiades. Boleh aku bertanya satu hal? Apakah para Iblis dan Manusia memang selalu berperang satu sama lain?"

Pleiades terdiam sesaat, dia memang sudah mendengar ceritaku tentang alasan aku dan orang-orang sekelasku dipanggil ke dunia ini. Bahkan dia juga bersimpati ketika mendengar aku dikhianati oleh Kerajaan Ampas tersebut.

"Jika daku berkata tidak, apakah dirimu akan percaya?" tanyanya yang aku balas dengan anggukan kecil.

"Jujur saja, daku sendiri tidak tahu apa yang terjadi pada mereka. Tetapi jika memang Diabolica yang menyatakan perang pada Manusia, itu menandakan kalau dia telah muak pada sifat busuk Manusia yang selalu melanggar perjanjian," lanjutnya menjelaskan.

"Kalau begitu, satu pertanyaan lagi. Kenapa statusku cukup rendah, meskipun Job yang aku miliki sama dengan pemilikmu sebelumnya?" tanyaku penasaran.

"Akhirnya dirimu menanyakannya. Itu benar, status milik dirimu dengan pemilik daku sebelumnya jauh lebih rendah. Tetapi itu karena dirimu mungkin belum mengetahui potensi mengerikan dari Job Freelancer," jawabnya.

"Potensi.. mengerikan? Apa maksudmu?"

"Freelancer adalah Job rendahan, sekaligus mengerikan jika diasah terus menerus dan didukung oleh peralatan yang memadai. Bahkan mereka bisa menggunakan senjata apapun, mempelajari banyak Skill tanpa memperdulikan batasan dan kondisi yang dibutuhkan untuk mempelajarinya,"

"Lalu bagaimana dengan Skill Unknown milikku?"

"Kalau itu, hanya dirimu saja yang bisa mengetahuinya sendiri. Bahkan pemilik daku saja mengatakan kalau Skill itu memiliki perkembangannya sendiri," jelas Pleiades.

Bahkan pemiliknya pun hanya meninggalkan pesan yang membuatku bingung. Tetapi, karena mungkin akan berguna nantinya. Aku akan menyimpan dan mengingat informasi itu dengan baik di kepalaku.

"Apa tidak ada lagi pertanyaan?" tanya Pleiades.

"Tidak ada. Tetapi, jika kau tahu jalan keluar dari sini. Mungkin aku akan dengan senang hati berterimakasih padamu," jawabku.

"Jalan keluar yah? Ada dua jalan untuk bisa keluar dari labirin ini," balas Pleiades.

"Sungguh? Katakan padaku!"

"Pertama adalah menaiki tangga untuk kembali ke lantai atas dan mencari tangga menuju keatas lainnya, lalu mengulangi hal itu terus-menerus,"

"Ugh, lalu yang kedua bagaimana?"

"Mengalahkan Bos Labirin ini dan menaiki tangga aman yang menjadi jalan keluar dari labirin ini," jawab Pleiades.

Mau pilihan manapun, tetap saja akan membunuhku pada akhirnya. Aku hanya bisa menghela nafas setelah tertawa hambar.

"Yang benar saja," gumamku.

"Daku tahu apa yang dirimu inginkan. Balas dendam karena telah dibuang meski sudah dipanggil kesini. Balas dendam atas apa yang telah mereka perbuat padamu. Juga, untuk merebut kembali apa yang berharga bagi dirimu," ujarnya.

"Karena itulah, daku akan memberikan sebuah penawaran menarik yang dapat menguntungkan kita berdua, tertarik?" lanjutnya mengajukan sebuah tawaran padaku.

"Apa kau mencoba menawarkan sebuah kontrak padaku?" tanyaku.

"Benar! Daku akan menawarkan kekuatan padamu. Tetapi sebagai gantinya, dirimu harus melakukan sesuatu untuk daku," jawabnya.

"Kau tidak akan meminta jiwaku bukan?"

"Hah? Kejam sekali dirimu berpikiran seperti itu tentang daku! Tenanglah, daku hanya ingin dirimu mencari bagian daku yang lain, atau lebih tepatnya keenam bintang Pleiades yang lain,"

"Sesuai mitologinya kah?" gumamku pelan.

"Apa dirimu mengatakan sesuatu?"

"Tidak, bukan apa-apa! Jadi, apa yang harus aku lakukan untuk membuat kontraknya?" tanyaku mengalihkan topik.

Pleiades kemudian membuka sebuah portal dan mengeluarkan jarum kecil dan menyuruhku untuk mengambilnya. Jadi aku pun mengambilnya tanpa ragu dan menanyakan selanjutnya. Pleiades menyuruhku untuk menusukkan jarum tersebut hingga dapat mengeluarkan darah. Nampaknya di dunia lain memerlukan darah untuk membuat sebuah kontrak, tidak seperti disana yang hanya menggunakan kertas sebagai tanda kontraknya.

"Teteskan darahmu padaku dan cabut daku dari sini, maka dasar kontraknya akan tercipta," jelasnya.

Aku segera melakukannya dan meneteskannya kepada Pleiades. Kemudian, tepat ketika aku memegang gagang Pleiades. Sebuah lingkaran sihir berwarna biru dengan lambang bintang ditengahnya perlahan mulai terukir di tanganku. Panas sekaligus nyeri dapat aku rasakan saat lingkaran tersebut mulai terukir, tapi masih dapat aku tahan dengan cukup baik.

[Skill: Heat Resistance berhasil didapatkan!]

Suara seorang wanita muncul di kepalaku, tapi aku mengabaikannya dulu karena masih harus mencabut Pleiades dari tempatnya. Setelah beberapa saat kemudian, akhirnya aku berhasil mencabutnya keluar hanya dengan satu tangan dan mengangkatnya cukup tinggi.

[Kontrak dasar dengan salah satu dari Seven Sisters, Merope Pleiades telah selesai 50%! Bagi kedua pihak diharapkan segera mengucapkan sumpah atas kontrak yang akan dijalin!]

"Wira! Ikuti perkataan yang muncul di hadapanmu saat ini! Maka kontrak kita akan segera terjalin!"

"Aku mengerti!"

Aku segera membaca perkataan yang muncul di hadapanku dan mulai mengucapkan kata-kata tersebut dengan lantang.

"Aku, Wira Hardianto! Menyatakan bahwa saat ini, telah menjalin kontrak dengan salah satu Seven Sisters, Merope Pleiades! Sebagai ganti dari bantuannya untuk membalas semua orang yang mengkhianatiku dan juga mereka yang telah menghinaku. Aku akan membantu dirinya untuk menemukan keenam saudarinya yang terpencar di dunia ini!"

"Daku, Merope Pleiades salah satu dari Seven Sisters! Menyatakan bahwa saat ini, menerima kontrak yang akan kami jalin! Sebagai ganti dari mencari keenam saudariku. Daku akan membantunya untuk membalas pengkhianatan dan juga penghinaan yang dirinya alami!"

"Contract, Accept!!" ucap kami bersamaan.

Lingkaran sihir dengan bintang tadi perlahan berubah menjadi simbol pedang yang menggambarkan Pleiades. Bersamaan dengan itu juga, suara wanita yang sebelumnya muncul dan menyatakan kalau kontrak kami telah resmi dijalin. Jika salah satu dari kami ada yang melanggar janji yang diucapkan, maka pihak yang melanggar tersebut akan diberikan hukuman oleh pihak yang dilanggar.

[Anda telah berhasil melakukan kontrak dengan Merope Pleiades! Merope Pleiades telah menggunakan Sharing Skill kepada Anda! Ingatan dari para pemiliknya terdahulu akan diberikan!]

"AAAARGHHH!! APA INI?! RASANYA KEPALAKU INGIN MELEDAK!!" teriakku mengerang kesakitan.

Berbagai informasi tentang tehnik pedang, pengetahuan sihir, serta pemanfaatan sumber energi yang dapat ditampung atau disebut dengan Mana.

[Skill: Aincrad Sword Technique, North High Sword Technique, Bauldrea Sword Technique, Eastfort Sword Technique, Algreiran Sword Technique yang merupakan satu turunan, telah diubah menjadi Zeldius Sword Technique!]

[Anda telah mempelajari seluruh turunan dari Zeldius Sword Technique, membuat Anda memperoleh gelar, Zeldius Sword Mastery!]

[Skill: Wolf Sword Technique, Tiger Sword Technique, Lion Sword Technique yang merupakan tehnik satu turunan, telah diubah menjadi Beast Sword Technique!]

[Anda telah mempelajari seluruh turunan dari Beast Sword Technique, membuat Anda memperoleh gelar, Beast Sword Mastery]

[Skill: Fallen Night Sword Technique, Reptile Sword Technique, Garuda Sword Technique, Dragon Sword Technique berhasil didapatkan!]

[Karena memperoleh banyak tehnik pedang yang cukup kuat, membuat Anda berhak mendapatkan Ultimate Skill: Ancient Sword Technique!]

"Bertahanlah, Wira! Jika dirimu berhasil, maka dirimu akan memperoleh kekuatan yang bahkan melampaui mahluk hidup di dunia ini!" ujar Pleiades.

"MENGATAKANNYA JAUH LEBIH MUDAH, DARIPADA AKU YANG TENGAH MENGALAMINYA SAAT INI, SIALAN!!" umpatku.

[Skill: Fire Magic, Water Magic, Wind Magic, Earth Magic, Light Magic, Dark Magic, Support Magic, Enchant Magic telah berhasil didapatkan!]

[Karena banyaknya pengetahuan sihir yang telah dipelajari, membuat anda berhak mendapatkan gelar, Arcane Magic Mastery!]

[Skill: Fire Magic, Water Magic, Wind Magic, Earth Magic, Light Magic, Dark Magic terpicu oleh Arcane Magic Mastery! Membuat mereka berevolusi menjadi, Ultimate Skill: Inferno Magic, Ice Magic, Storm Magic, Crystal Magic, Holy Magic, Chaos Magic telah berhasil didapatkan!]

[Skill: Self Recovery, Mana Absorb, Persistance, Mana Converter, Magic Combination telah berhasil didapatkan!]

[Skill: Magic Combination terpicu oleh Arcane Magic Mastery! Membuatnya berevolusi menjadi, Ultimate Skill: Magic Creation!]

"Ya ampun, dirimu benar-benar menyedihkan yah! Kalau begitu, selamat tidur dan selamat datang kembali, Tuanku," lirih seorang gadis yang tiba-tiba muncul.

Sial! Kesadaranku perlahan-lahan mulai hilang dan yang aku ingat adalah seorang gadis yang membiarkanku menggunakan pangkuannya. Tuan? Aku tidak tahu apa yang dia katakan tapi, entah kenapa sesuatu di dalam tubuhku merasakan nostalgia dengan gadis ini.

***

POV Sirius Diego.

"Yang Mulia! Apa yang Anda lakukan benar-benar sesuatu yang kejam! Kalian yang seenaknya memanggil kami kesini, tetapi kenapa kalian membuang salah satu dari kami hanya karena statusnya yang rendah?!" tanyaku dengan nada kesal.

Sialan! Apa-apaan dengan mereka ini? Inikah cara kalian meminta bantuan dari kami?

"Lalu sudah berapa kali aku mengatakan, kalau ini adalah keputusan dari kami! Kalian para penyintas tidak memiliki hak untuk menentangnya!" jawab Raja Julius.

"Kalau begitu, bukankah seharusnya dirimu menanyakan keputusan kami untuk membantu kalian sebelum memanggil kami?!" keluhku.

"Bukankah salah satu temanmu, menekan tombol "YA"? Jadi jangan menyalahkanku atas apa yang terjadi dengan mahluk lemah sepertinya!"

"Huh? Kami bahkan tidak menerimanya sama sekali!"

"Si-Sirius, maafkan aku, sepertinya aku yang salah disini," sahut seorang pria mengangkat tangannya.

"Randy? Apa yang kamu katakan?" tanya Siska.

Aku juga bertanya-tanya apa yang dia maksud, jadi aku mencoba berhenti berdebat dan mendengarkan alasannya.

"Saat itu, aku tengah memainkan game ponsel. Tetapi sepertinya aku salah membaca pesan yang muncul di ponselku dan malah menekan "YA" tanpa ragu. Itu karena game yang aku mainkan memang muncul notifikasi lebih dulu dan aku selalu menekan tombol "YA" tersebut," jelas Randy.

"Kau dengar sendiri, bukan? Jadi jangan salahkan kami atas pemanggilan kalian," sahut Raja Julius.

Kesal rasanya mendengar kita terpanggil kesini karena ketidaksengajaan. Tetapi aku tidak bisa marah padanya karena dia melakukannya tidak sengaja. Namun reaksi seseorang yang lain sangat berbeda dengan apa yang aku pikirkan.

"Jadi kamu? KAMU YANG MEMBUAT KITA DATANG KESINI?!"

"Aku sudah bilang maaf bukan? Aku tidak tahu kalau kita akan dipanggil ke tempat ini!!"

"TAPI KARENA KAMU JUGA, WIRA HARUS MENGALAMI PENDERITAAN ITU! KAMU JAHAT, RANDY! KEJAM! Kamulah.. hiks.. kamulah.. uwaaah!!" tangis Nayla.

Semua orang yang mendengarnya termasuk diriku, tidak kuasa melihatnya menangis. Bahkan aku merasa menyesal karena tidak bisa menyelamatkan Wira saat dia membutuhkan bantuan.

Namun bagi tiga orang, Fredrik, Yanto dan Erwin. Mereka malah tersenyum puas dengan apa yang diderita oleh Wira. Aku tidak tahu apa yang membuatnya sangat membenci Wira. Tapi perilakunya itu sudah melampaui toleransi yang aku berikan.

Aku memang mendengar rumor kalau Fredrik memiliki perasaan pada Nayla. Tapi Nayla menolak karena mencintai Wira. Jadi Fredrik memutuskan untuk menjadikan Wira sebagai pelampiasan kekesalannya. Tidak kah itu terlalu kekanak-kanakan?

"Nayla, aku tahu kesedihan yang kamu rasakan saat ini. Kami juga merasakan apa yang--"

"Kami? Hahaha, hahahaha! Jangan bercanda! Kalian bahkan tidak bergerak saat Wira mengalami hal kejam seperti itu!" potong Nayla yang membuatku tak bisa berkata apapun lagi.

"Benar, yah. Itu benar! Hanya ada satu jalan untuk menyelesaikannya," lanjutnya merebut sebuah pedang dari seorang ksatria yang tengah lengah.

"Tunggu, Nayla!"

"Berhenti! Jangan lakukan hal senekat itu!"

"Kamu malah hanya menambah beban pikiran kami saat ini!"

"Diam! Kalian tidak berhak menghentikanku!" tolak Nayla mengarahkan pedangnya pada kami.

"No-Nona Nayla! Tolong tenangkan dirimu. Anda tidak bisa melakukan hal bodoh seperti itu," pinta Yulia.

"Hal bodoh? Lalu apa kamu pikir perbuatan itu bisa dibenarkan?" balas Nayla yang mulai bersiap untuk menusuk dadanya.

"Nayla, kita bisa membicarakan ini dengan baik-baik dan kepala dingin bukan? Tidakkah kamu berpikir dengan melakukannya, kamu malah membuat Wira bersedih?" ujarku mencoba menenangkannya.

"Hah? Apa kamu pikir Wira tidak tersiksa? Jika Wira tersiksa, hanya aku saja yang bisa menenangkannya. Tapi sekarang? Lebih baik aku mengakhiri hidupku ini, daripada harus melihatnya jauh lebih tersiksa saat dikirim ke labirin yang hanya menanti kematian saja disana!" balas Nayla.

"Kalau begitu, sampai jum-- Akh!"

"Sungguh? Melakukan bunuh diri dihadapan seorang ksatria suci seperti diriku? Kamu benar-benar terlalu nekat, Nona Muda. Tetapi, aku bisa mengerti perasaanmu itu. Jadi tenanglah untuk sementara waktu dan renungkan perbuatan nekat dirimu nanti," ujar seseorang pria yang memukul pelan Nayla dan berhasil membuatnya pingsan.

Aku tidak tahu siapa dia, tetapi dapat aku perkirakan kalau dia jauh lebih berbahaya dari Raja Julius. Meskipun aku harus berterimakasih karena telah menenangkan Nayla, tapi aku harus tetap waspada demi mereka semua. Jadi aku putuskan memberanikan diri untuk menanyakan siapa dirinya.

"Siapa kau sebenarnya, Tuan Ksatria?" tanyaku.