Chereads / BREAK THE RULE OF FRIENDSHIP / Chapter 29 - Kemenangan

Chapter 29 - Kemenangan

Setelah hampir kurang sebulan Kai dan Diga latihan bersama dengan kak Tia akhirnya menemukan titik akhir. Hari ini adalah penyelenggaraan lomba dance di daerah Jakarta Selatan.

Namun, hujan turun tak kala semangat sedang membara. Hujan yang sangat deras sedikit membuat semangat memudar, semua persiapan perlombaan dance sudah siap. Kostum baju ala hiphop dengan warna mencolok sudah melekat di tubuh Kai dan Diga.

Kai dengan croptop abu-abunya dan celana jogger berwarna ungu terang serta sepatu Jordan berwarna putih sedangkan Diga dengan jaket varsity berwarna krem dan biru dan celana jogger berwarna hitam. Keduanya memakai topi bertulisan JB dari singkatan Justin Bieber.

"Gimana, Kai? Hujan gede banget," ucap Diga sambil menatap Kai dengan lemas. Terlihat dari raut waja Kai sedikit ada kesedihan.

"Tunggu aja dulu deh. Nggak apa 'kan Ga?" tanya Kai.

Diga mengangguk cepat berusaha untuk menenangkan sahabatnya dengan perbuatannya.

Pak Jamal supir Diga sedang tidak ada di rumah karena harus mengantarkan ibu ke rumah sakit untuk menjenguk temannya, jadi tidak ada yang bisa diandalkan untuk mengantar mereka berdua.

Beberapa kali Kai melirik jam g-shock berwarna hitam di tangannya, ke khawatiran semakin menjelma di dalam tubuhnya mengingat hanya tinggal 2 jam lagi waktu untuk pentas dan mereka masih berdiri di depan rumah Diga menunggu hujan reda.

"Pesen mobil online aja kali, Kai?" Diga memberi saran. Kai menggelengkan kepalanya karena ia tahu bahwa tarif mobil online akan sangat mahal saat hujan seperti ini.

"Dua ratus ribu!" seru Diga.

"Kan aku bilang juga apa."

"Terus mau gimana? Kamu mau diem di sini aja nunggu hujan yang nggak tau kapan redanya? Udah ayok, aku yang bayar nanti kamu bayarnya kapan-kapan aja," tegas Diga semakin lama ia kesal karena merasa akan sia-sia latihannya selama berminggu-minggu hanya karena hujan.

* * *

"Permisi kak, mau daftar dulu atau gimana?" tanya salah seorang petugas yang berada di gate awal masuk.

"Iya kak. Aku mau ikut kompetisi dance yang ada di gedung ini," jawab Kai semangat.

"Sudah daftar online dulu?"

Kai menggaruk kepalanya kebingungan ia benar-benar tidak tahu bahwa harus mendaftar online terlebih dahulu.

"Yah, belum kak. Terus gimana ya?" tanya Kai semangatnya seolah dipatahkan dua kali.

Setelah berdebat panjang dengan petugas di gate awal akhirnya Kai dan Diga mendaftarkan diri melalui situs web yang diberikan, berharap cemas masih akan mendapatkan nomer antrean untuk mengikuti lomba tersebut.

Diga termenung berpikir apa yang akan terjadi jika mereka berdua gagal, apa yang akan terjadi jika gerakan dancenya yang membuat mereka berdua tidak memenangkan lomba ini?

Beberapa peserta sudah menampilkan dancenya dengan baik, Diga masih berusaha untuk menenangkan Kai dengan cara memegang tangannya.

"Dingin!" ucap Diga di dalam hatinya. Sejak kecil hingga sekarang ia tidak pernah melihat Kai seantusias ini dalam ikut perlombaan.

"Semoga kita menang ya, berdoa. Jangan tegang," ujar Diga tangannya mengelus rambut Kai yang setengah basah karena terkena air hujan saat turun dari parkiran.

Kai menganggukan kepalanya.

Sebenarnya yang dari tadi Kai pikirkan adalah bagaimana jika dirinya tidak bisa memenangkan perlombaan ini, apalagi melihat sang ibu yang semakin hari fisiknya melemah. Ia sangat berharap dengan adanya uang ini setidaknya membuat ibu bisa istirahat lebih banyak dan tidak terlalu banyak mengambil pekerjaan sampingan.

"Peserta nomer 99!" ujar salah satu MC dengan nada yang semangat. Sudah peserta 99 yang berarti 1 peserta lagi Kai dan Diga akan tampil.

Degup jantung berdetak begitu cepat, tangan mereka berdua semakin dingin, semangat semakin terbakar. Semua keresahan seolah hilang, sekarang yang mereka pikirkan adalah bagaimana tampil dengan sangat memuaskan.

Lima belas menit berlalu, peserta dengan nomer 99 sudah selesai menampilkan dance terbaiknya. Memukau! Semua penonton memberikan tepuk tangan yang begitu meriah dan tentu saja juri menilai dengan baik mulai dari pakaian, koreo hingga lagu yang selaras dengan koreonya.

"Peserta nomer 100," teriak MC.

Nomer 100 yang berarti kini waktunya Kai dan Diga yang akan tampil.

"Bismillah, are you ready?" ucap Kai sambil menatap mata Diga dalam-dalam.

Diga menganggukan kepalanya menandakan demam panggung yang akan ia rasakan hilang.

"Kita sambut peserta selanjutnya The Kids!!!!"

Lampu tembak warna-warni sudah menyala, menyorot kesana kemari menghiasi panggung. Lagu Dynamite yang dinyanyikan oleh BTS sudah masuk pada intro, pertanda mereka berdua akan segera tampil.

Pandangan kedepan penuh dengan arti dan harapan akan kemenangan yang ada.

Koreo pertama sudah dimainkan oleh Kai dan Diga dengan sangat bagus, di sayap kanan penonton ternyata ada kak Tia dan Farhan yang menyempatkan diri untuk menonton penampilan mereka. Teriakan kak Tia takjub melihat mereka berdua begitu lihai memainkan koreo yang sudah ia berikan.

Disetiap gerakan kaki yang melangkah kesana kemari tepuk tangan tiada henti, semakin membakar semangatnya menghantarkan pada titik kemenangan.

Meskipun di dalam hati Diga lagu itu berharap cepat menemukan akhirannya ia menikmati setiap gerakan yang sedang ia tampilkan.

"HOREEE!!! PESERTA TERAKHIR HARI INI GIMANA? KEREN BANGET YA?" ucap MC laki-laki dengan suara kemayunya.

Keringat di baju Diga sudah tidak terasa.

Sekarang hanya menunggu hasil sambil berharap cemas bahwa akan ada mukjizat mereka menjadi juara nomer 1.

* * *

"Assalamualaikum," ucap Kai pelan.

Terlihat ibunya yang sedang duduk sambil menonton TV dan tangannya yang sibuk memasukan keripik singkong. Tampaknya ada Raya di rumah ini.

Kai langsung duduk dan mencium kaki ibunya sambil memabawa cek yang bertuliskan uang Rp10.000.000 yang akan menjadi miliknya.

Diga di luar masih sibuk dengan tas serta bawaaan lainnya.

"Bu Alhamdulillah. Kai menang lomba dance bu! Kai dapet uang Rp10.000.000, bu!" ucap Kai semangat sambil mencium kaki ibunya.

Ibu yang kaget seolah tidak percaya dengan ucapan anaknya. Bagaimana bisa ia mendapatkan uang sebanyak itu?

"Alhamdulillah nak. Kamu ikut kompetisi?"

"Iya bu, di radio!!!"

Tidak lama kemudian saat mereka berdua sedang bercengkrama Diga masuk dengan tas besar di punggungnya. Ia langsung mencium punggung tangan kanan ibu Kai.

"Nak Diga. Makasih udah mau bantu Kai, ya Allah," ucap ibu mengucapkan syukur yang tidak ada hentinya.

Diga hanya tersenyum lebar di dalam dadanya juga ada kebanggaan dan kepuasan tersendiri karena bisa membantu temannya untuk mendapatkan kemenangan.

Kemenangan memang membuat hati siapapun bangga, tetapi kita harus ingat bahwa ada perjuangan di dalamnya, kemenangan juga jangan menjadikan kita belajar bahwa berlatih dengan keras adalah kuncinya.

Hati siapa yang tidak melemah mendengar sang kakak mendapatkan kemenangan itu? Raya diam-diam menguping pembicaraan ibu dan kakaknya.