Kai sedang memasukan keripik singkong pada kantong kecil dan besar dengan telaten, ia tata keripik agar tidak remuk ataupun rusak saat dititipkan pada setiap warung langganannya. Jum'at malam ibu sudah menggoreng semua keripik karena esok ia ada panggilan kerja untuk mencuci baju di perumahan sebelah.
Sambil memasukan keripik Kai mendengarkan radio di ponselnya. Ya. Kai memang masih suka mendengarkan radio di era perkembangan teknologi yang sudah semakin pesat tetapi ada kesenangan tersendiri saat mendengar radio. Mulai dari penyiarnya hingga menebak lagu apa yang akan selanjutnya di putar.
"Nanti kalo udah selesai di rapihin ya, Kak. Ibu mau tidur duluan besok pagi udah harus pergi, pintu jangan dikunci Raya tadi bilang pulang malem," pamit ibu sambil memberikan pesan.
Dengus kesal karena mengetahui Raya akan pulang malam lagi semakin membuat darah tinggi Kai naik, ia hanya bisa menyesali mengapa sikap adiknya bisa seperti itu. Kai kepikiran suatu waktu akan mengunjungi sekolah Raya dan menanyakan kepada beberapa teman dekatnya perihal mengapa adiknya selalu pulang telat.
Keseriusan memasukan keripik membawa Kai pada pikirannya yang kemana-mana, pada kehidupannya yang berubah dan terutama uang sekolah serta rasa iba yang terasa setiap kali mendengar ibunya berpamitan untuk kerja.
"Hallo. Selamat malam semuanya, saya Iqbal penyiar kece dari radio kawula muda. Hayooo, di tanggal tua seperti ini pasti dompet kalian sudah kelaperan 'kan? Nah gue, mau kasih tau nih buat nambahin uang kalian di akhir bulan. Tapi dengerin lagu satu ini dulu," ucap penyiar.
"Selesai," ucap Kai sambil menyortir keripik ke beberapa kantong besar dan menamai kantong tersebut masing-masing nama warung. Setelah selesai Kai membereskan serpihan keripik yang berjatuhan di lantai, setelah lagu Sugar oleh Maroon 5 selesai penyiar langsung memberitahu bagaimana mendapatkan uang pada akhir bulan.
"Ya. Kembali lagi dengan saya Iqbal dari radio kawula muda. Gimana? Masih nunggu buat gue kasih tau gimana caranya untuk mendapatkan uang di akhir bulan? Nih gue kasih tau. Awal bulan depan akan ada kompetisi dance di JCC yang di selenggarakan oleh bank ternama BAC!! Gimana apakah kalian berminat?," jelas penyiar radio.
"Aww!" keluh Kai karena kepalanya terpentok oleh meja makan. Ia sangat kaget karena ada kompetisi dance dan mendapatkan uang.
"Dan pasti yang akan kalian tunggu-tunggu adalah hadiahnya 'kan?! Hadiah berupa 10 juta rupiah untuk dance yang paling kece!! Don't miss it kawula muda."
Mendengar penjelasan dari penyiar Kai langsung bersemangat untuk mengikuti kompetisi dance ini alasannya sudah pasti karena uang 10 juta yang akan ia dapatkan dan kemahirannya menari sudah tidak di ragukan lagi. Ia langsung mempercepat pekerjaan mengelapnya karena ia harus memberitahu Diga perihal kompetisi ini.
"Beres!"
Suara pintu terdengar memecah keheningan rumah yang hanya berisi Kai saja. Raya yang baru pulang langsung membuka sepatunya dan menundukan kepalanya saat melewati Kai.
"Kamu pulang jam segini terus, Raya. Kamu ngapain sih?" tanya Kai sinis.
"Kepo, lo."
Mendengar jawaban Raya semakin membuat geram Kai, untuk kali ini Kai tidak bisa menahan emosinya. Ia langsung menggebrak meja makan yang di atasnya ada keripik, hawa panas semakin menjadi di antara mereka berdua.
"Kamu ya, Raya. Jangan mentang-mentang ayah udah jarang ngomelin kamu dan ibu sibuk buat nyari uang untuk kita. Kamu bisa seenaknya untuk pulang malem dan nggak sopan sama kakak. Kamu pikir siapa lagi yang akan perhatiin kamu selain aku?" bentak Kai sambil menahan kepalan tangannya.
"Kak. Kaka sadar nggak? Kaka tuh bukan perhatian sama aku kalo setiap kali aku pulang sekolah kakak cuma bisa ngehakimin aku tanpa tau alasan yang pasti. Yang buat aku jelek di mata kakak itu pikiran kakak sendiri, kakak mikir kalo aku di luar sana melakukan hal negative dan lain-lain. Kakak harusnya sadar diri!" jawab Raya suaranya tidak kalah besar dari Kai.
Keributan malam ini semakin memperenggang hubungan mereka berdua, seolah ada jarak yang harus memisahkan meskipun tinggal pada satu atap yang sama.
* * *
"Pagiiii!!!" teriak Kai di depan rumah Diga. Seperti biasa hanya pak Imam yang menjawab salam Kai dari luar karena dirinya sedang merapihkan kebun di rumah Diga.
"Masuk aja neng. Biasa, mas belum bangun," ujar pak Imam.
Kai langsung masuk ke dalam rumah Diga, setiap ke rumah Diga tempat yang pertama kali ia sambangi adalah dapurnya.
"Pagii tantee!!!" sapa Kai semangat, terlihat ibu Diga sedang menggoreng ceplok telor untuk sarapan.
"Eh, Kai cantik. Udah sarapan? Sarapan dulu ya, bangunin Diga sana sekaliaan ya," perintah ibu Diga.
"Siapp, Tante!" jawab Kai sambil memegang perutnya.
Sesampainya di kamar Diga, Kai langsung mebantingkan badannya kepada Diga yang sedang tidur membuat pemilik kamar tersebut terbangun dan langsung mendorong badan Kai hingga jatuh ke lantai.
"Ga. Gue punya berita baguss! Lo harus dengerrr!!" rengek Kai sambil membukakan jendela yang ada di kamar.
Diga tidak lantas bangun ia semakin mengurungi badannya menggunakan selimut yang sudah Kai buka tadi.
"IHHH!! GUE SIRAM NIHH. BANGUNNNNN!!!" teriak Kai tepat di telinga Diga.
Setelah banyak drama untuk membangunkan Diga akhirnya mereka berdua turun untuk sarapan, tentu saja hanya tinggal mereka berdua yang ada di meja makan. Ibu Diga yang sudah lebih dulu sarapan, kak Pratama dan ayah sedang dinas menjadikan meja makannya sepi.
"Ayo. Di makan yaa," ucap ibu Diga sambil menyiapkan semua lauk yang ada.
Ditengah mereka berdua sedang melahap sarapan, Kai menjelaskan kompetisi dance yang di selenggarakan oleh radio yang semalam ia dengar. Namanya saja Diga sudah pasti ia hanya akan menganggukan kepalanya dan akan menyetujui apa yang di bicarakan oleh Kai.
"Mau beneran?"
"Iya,,," jawab Diga. Mendengar jawaban Diga tangan Kai langsung mengelus pipi Diga dengan halus membuat jatungnya semakin berdebar.
"Ahhh. Tangan lu bau terasi!"
* * *
"Ini upah minggu ini ya. Terima kasih sudah membantu ibu," ujar ibu penjual nasi padang.
Raya tersenyum lebar ketika menerima upah kerjanya, seperti ada perasaan bangga yang menyeruak di dalam dadany. Meskipun upahnya tidak seberapa, tetapi setidaknya ia sudah meringankan beban ibunya.
"Terima kasih, bu. Besok dateng jam berapa ya aku?"
"Nggak usah. Besok rumah makan tutup, ibu ada arisan keluarga. Jadi kamu libur yaa," jawab ibu pemilik warung makan.
Setelah mengambil upah, Raya ingin membelikan makanan untuk ibunya. Beberapa hari yang lalu ibu mengeluhkan ingin memakan kue tart yang ada di Hollan bakery. Tetapi karena uang tidak cukup, Raya hanya bisa membelikan kue tart yang ada di pinggir jalan.
"Mau black forrestnya dua slice ya bu," pinta Raya kepada ibu penjual kue yang ada di pinggir jalan.