"Nggak ke rasa kita udah bareng-bareng sampai umur segini," ucap Kai pada ulang tahun Diga yang ke 15 dengan penuh semangat.
Seperti biasa perayaan ulang tahun sederhana yang selalu mereka rayakan di atas rumah pohon, hanya berbekal kue tart kecil dan satu liter minuman soda berwarna merah serta keripik singkong yang mereka beli di jalan.
"Dewasa!" ujar Diga tiba-tiba membuat Kai tersedak saat sedang minum.
Diga berpikir bahwa menjadi dewasa sangatlah menyenangkan dan itu adalah cita-citanya, padahal kenyataannya tanpa harus menjadi daftar di dalam impiannya menjadi dewasa akan terjadi pada dirinya.
Kai hanya tertawa terbahak-bahak mendengar perkataan Diga ia tidak menyangka bahwa sahabatnya ini mempunyai pikiran yang sempit tentang menjadi dewasa.
"Lo pikir jadi dewasa enak?" tanya Kai.
"Enak, punya uang banyak!" jawab Diga.
Terkadang kita lupa semakin bertambahnya usia semakin banyak juga beban yang harus kita tanggung, menggunung, melimpah bahkan tidak ada hentinya. Kita selalu membayangkan menjadi dewasa akan menjadi lebih mudah, tetapi tidak untuk Kai setelah melihat kedua orang tuanya dan beberapa orang dewasa yang ia kenal selalu mengeluhkan masalahnya.
* * *
Persahabatan mereka dimulai sejak bayi, kedua ibu mereka melahirkan di sebuah Rumah Sakit yang tidak jauh dari komplek perumahaannya. Pada jam yang sama kedua ibu hamil sedang memperjuangkan anaknya untuk bisa lahir ke dunia, meskipun rasa sakit yang harus mereka rasakan dan nyawa yang juga ia pertaruhkan demi anaknya.
"Aduhh, sakitt! Sakit!" keluh Maryam ibu Diga sambil memegang tangan suaminya.
Ayah Diga yang kala itu masih memakai seragam tentaranya karena baru saja pulang dari dinas di luar kota berusaha untuk menenangkan istrinya.
"Sabar, bu. Ayo bisa, jangan di tahan, teriak aja," ucap suster yang berdiri di ujung kaki Maryam.
Maryam terus mencengkram tangan suaminya untuk berbagi ke sakitan yang sedang ia rasakan demi mengeluarkan anak mereka berdua karena anak adalah tanggung jawab suami istri bukan hanya di bebankan oleh istri saja.
"Sabar ya mah, ayah disini."
Disisi lain ada Ratna yang merupakan ibu Kai juga sedang memperjuangkan anaknya untuk bisa lahir dengan selamat, beberapa suntikan perangsang kehamilan sudah di masukan ke dalam tubuhnya karena sejak tadi ibu Ratna hanya mengeluh sakit perut tetapi masih pada pembukaan 4. Air ketuban yang semakin mengering menjadi pertimbangan dokter untuk membawa pasiennya melakukan operasi cesar.
Mereka berdua sama-sama sedang berjuang yang memakan waktu hingga 6 jam lamanya. Suami Ratna yang kala itu tidak kuat menahan isak tangis karena istrinya harus melahirkan secara cesar membuat dirinya harus lebih gencar menyemangati istrinya.
"Mamah kuat ya, gak apa ya anak kita lahirnya cesar yang terpenting bisa lahir dengan selamat," ucap Surya suaminya.
Terdengar suara tangisan bayi pada ruang persalinan menandakan Kai dan Diga sudah lahir secara bersamaan meskipun pada cara yang berbeda. Saat kedua ibunya dipindahkan ke ruang rawat inap ternyata kedua keluarga yang sedang berbahagia itu bersebelahan dan memulai perbincangan satu sama lain hingga mengetahui bahwa jarak rumahnya tidak terlalu jauh.
* * *
"Satu permintaan lo di hari ulang tahun ini, apa?" tanya Kai sambil mengemut lolipop rasa strawberry di mulutnya.
Diga langsung mendangakkan kepalanya melihat ke arah pepohonan yang rindang serta burung yang terbang bebas kesana kemari. Ia memikirkan permintaan apa yang sangat ia inginkan.
"Bareng sama lo terus sampe tua," ucap Diga.
"Ah, itu terus. Yang lain dong,,," pinta Kai karena setiap kali dirinya berulang tahun pasti permintaan yang selalu ia semogakan adalah itu dan tidak pernah tergantikan oleh yang lainnya.
"Oh oke. Bisa masuk universitas yang sama bareng sama lo," ucap Diga lagi. Meskipun permintaanya berbeda tetapi ujung dari kalimat itu yang tidak pernah lepas dari permintaannya.
Kai hanya tertawa mendengar ucapan Diga. Mereka memang berencana untuk masuk Universitas Indonesia dan berharap dengan jurusan yang sama yaitu komunikasi.
Setelah menyanyikan lagu ulang tahun dan mempertanyakan keinginanya mereka melanjutkan perayaan ulang tahun Diga di rumahnya menyantap mie tek-tek buatan Maryam yang sudah menjadi tradisi. Menu yang tidak boleh ditinggalkan dalam momen apapun.
"SURPRISEEE!!!" teriak Maryam dari balik pintu bersama dengan suaminya lengkap dengan topi kerucut ala ulang tahun.
Diga tidak menyangka akan ada sang ayah karena saat dirinya berangkat sekolah pagi hari ayahnya juga berangkat untuk dinas, semua berteriak riuh menyanyikan lagu wajib dalam ulang tahun.
"Selamat ulang tahun, selamat ulang tahun," nyanyi kedua orang tua Diga diiringi dengan tepuk tangan dari Kai.
Namun, di setiap kehangatan dari keluarga Diga sedang berlangsung ada hati yang teriris menginginkan semuanya bisa terjadi pada keluarganya. Kai selalu menutupi rasa sedihnya, semua pengharapan seolah menelusup dengan bebas di otaknya imajinasi bisa merasakan pelukan dari setiap anggota keluarga selalu terbesit di kepalanya.
Meskipun kedua orang tua Diga sudah menganggap Kai adalah anaknya sediri tetapi hati kecilnya juga menginginkan kedua orang tuanya seperti itu.
Terkadang ada luka yang tidak bisa kita ceritakan kepada orang lain, mengubur semua rasa sakit dan keingingnan yang tidak mungkin bisa di capai.
* * *
Layaknya lilin di tengah kegelapan Diga dan Kai adalah lilin yang saling menerangi satu sama lain, menjadi cahaya disaat mereka berdua tersesat dalam ketidaktahuan, hidup mereka seperti kanvas putih yang bersih dan mereka adalah cat air sekaligus kuas yang siap untuk melukis kehidupannya masing-masing.
Canda tawa serta tangisan menjadi makanan mereka setiap hari. Pernah suatu waktu Kai yang tiba-tiba datang ke rumah Diga saat malam hari karena kedua orang tuanya sedang bertengkar hebat.
Kai menangis tanpa memberikan ruang untuk Diga menanyakan perihal mengapa dirinya, kala itu mereka masih duduk di bangku 2 SMP. Diga yang tidak mengerti harus menanggapi tangisan Kai seperti apa ia hanya membelikan es krim vanilla di sebuah super market menggunakan uang sakunya tadi sekolah.
"Ini buat lu," ucap Diga seraya memberikan es krim vanilla.
Kai yang tadinya menangis tanpa jeda langsung mengambil es krim itu dan makan bersama Diga di taman depan rumahnya.
"Ada apa Kai?"
Diga berusaha untuk menanyakan meskipun ia tidak pernah merasakan sakit yang Kai rasakan sekarang, tetapi kepeduliannya untuk menanyakan alasan adalah sebuah bentuk dari kasih sayang Diga kepada Kai.
"Mamah dan papahku berantem lagi, aku pusing, Ga. Aku mau kabur tapi bingung harus kemana. Maafin aku yang terus nyusahin kamu," ucap Kai suaranya melemah semakin membuat Diga mengasihani Kai.
Tanpa pikir panjang tangan Diga langsung merangkul Kai berusaha untuk menenangkan ala anak remaja yang tidak tahu harus seperti apa.
Saat Diga sudah serius untuk menangkan Kai. Kai malah mencubit perut Diga dan langsung berlari ke halaman belakang rumahnya dan melihat Maryam sedang menyiram tanamannya.
"Eh,,, ini pada berantem aja ya,,," ucap Maryam dengan kencang memarahi kedua anak kecil itu.