Chereads / BREAK THE RULE OF FRIENDSHIP / Chapter 3 - 13 Peraturan Dalam Persahabatan

Chapter 3 - 13 Peraturan Dalam Persahabatan

Tidak hanya sekolah atau instansi pemerintahan saja yang mempunyai peraturan, pada persahabatan Kai dan Diga juga mempunyai beberapa peraturan yang tidak boleh dilanggar oleh keduanya.

Peraturan ini dibuat saat mereka berada di bangku kelas 6 SD karena kala itu Diga yang akan pergi hampir seminggu lamanya ke Bali.

"Kamu ke Bali nanti aku mainnya sama siapa?" tanya Kai kala itu dengan polosnya karena di kompleknya tidak ada anak yang semenyenangkan Diga.

Seperti biasa Diga tanpa menjawab pertanyaan Kai hanya bisa membawanya ke rumah pohon dan langsung berbicara serius disana.

Diga mengambil sebuah alat lukis yang ada di dalam rumah pohon lengkap dengan kuas dan cat warna.

"Kamu tulis deh apa yang kamu mau," perintah Diga kepada Kai.

Kai tanpa banyak bertanya langsung mengambil kuas dan menulis '13 peraturan dalam persahabatan' membuat Diga terkejut karena anak kecil sepertinya bisa menulis seperti itu.

"Maksud kamu apa?" tanya Diga.

"Karena kamu mau pergi ke Bali dan itu lama. Kamu harus tulis peraturan apa yang nggak boleh kita langgar."

Setelah banyak negoisasi yang mereka lakukan akhirnya terbentuklah '13 peraturan dalam persahabatan' ala mereka.

Yang pertama kali Diga tulis adalah 'tidak boleh bohong' entah apa maksudnya tetapi peraturan itu disetujui oleh kedua belah pihak. Di lanjut oleh Kai ia menulis pada nomer dua yaitu 'tidak boleh suka satu sama lain', membaca peraturan itu membuat Diga langsung menyeringitkan dahinya heran.

"Kenapa emang?"

"Kamu pokoknya nggak boleh suka sama aku!" ujar Kai tegas.

Sampai akhirnya mereka menulis pada nomer terakhir yaitu 13, semua peraturan terlukis di kanvas dan tidak boleh di langgar jika ada yang melanggar tentu saja persahabatan ini akan bubar.

* * *

Waktu berjalan begitu cepat terlihat dari dua anak kecil ini sudah tumbuh menjadi remaja dan duduk di bangku SMA. Mereka sudah tidak sabar menyambut keseruan yang akan di rasakan karena mereka selalu mendengar kedua orang tuanya atau orang dewasa lainnya yang sangat bersemangat jika membicarakan masa SMA-nya.

Mereka masuk sekolah ke SMA Negeri 70 Jakarta meskipun dari TK mereka sudah berada di sekolah yang sama tetapi saat masuk SMA ini ada kejadian yang hampir membuat Kai tidak bisa masuk sekolah ini.

Pendaftaran melalui jalur nilai dilakukan pada hari senin dengan kuota yang sedikit, Kai yang kala itu sedang kabur dari rumahnya karena ada masalah dengan orang tuanya pergi begitu saja tanpa ada kabar yang membuat Diga kebingungan.

Hampir satu hari Kai pergi begitu saja tanpa ada informasi, Diga yang sangat mengenal watak Kai mengerti bahwa ia pergi untuk menenangkan pikirannya tetapi kali ini tidak di ampuni oleh Diga.

Diga terus mencari Kai ketempat yang sering ia singgahi jika sedang banyak masalah yang datang ke dalam hidupnya, taman, rumah pohon, mie ayam pak 'De hingga perpustakaan yang berada di ujung komplek tetapi tidak ada tanda-tanda keberadaan Kai.

Kaki terus melangkah untuk mencari sahabatnya yang kabur dan matanya yang tidak lengah ke setiap tempat, hingga akhirnya langkah kaki itu terhenti ketika melihat sendal berwarna biru milik Kai yang selalu ia pakai di depan warung internet.

Dengan emosi yang sudah memuncak Diga masuk ke dalam warung internet dan benar seja mendapati Kai yang sedang asyik bermain game online disana.

"Kai lo apaaan sih, ngapain lo disini sampe malem?" ucap Diga suaranya berusaha untuk ia pelankan agar tidak ada menimbulkan keributan.

Kai yang terkejut melihat Diga langsung menariknya ke luar ruangan.

"Apaansih! Lo nggak usah berisik deh!" ujar Kai kesal.

"Lo yang gila! Hari ini pendaftaran masuk SMA dan lo malah kabur tanpa kabar kayak gini," ucap Diga semakin emosi melihat tingkah laku temannya.

Mata Kai langsung membulat setelah mendengar perkataan Diga, ia benar-benar lupa bahwa hari ini adalah pendaftaran masuk SMA dengan cepat Kai langsung menarik Diga ke dalam ruangan itu lagi untuk memastikan bahwa masih ada kuota yang tersisa untuk dirinya, tetapi semua itu nihil kuota masuk SMA melalui jalur nilai telah habis.

"GA! GIMANA DONG GUE?! GUE HARUS GIMANAAA?!" ucap Kai setengah berteriak, Diga yang masih kesal berusaha untuk mengacuhkan sahabatnya itu.

Diga diam sambil memikirkan cara agar Kai bisa masuk ke SMA 70 juga, ia merogoh kantung celananya untuk mengambil ponselnya lalu melihat info di grup whatsaap 'masuk SMA 70'.

"Nih, ada masuk lewat jalur prestasi!" seru Diga dengan penuh semangat.

Kai langsung merebut ponsel Diga dengan kasar karena penasaran.

"Lo bisa masuk lewat sini," ucap Diga.

Kai memang mempunyai prestasi dalam bidang olahraga yaitu anggar ia pernah membawa nama sekolah SD, SMP sampai pada tahap antar kota dan menjuarai perak.

* * *

"YES KITA LOLOS!" ucap Kai sambil memeluk Diga di depan komputernya. Ia tidak menyangka bahwa mereka berdua bisa lolos masuk SMA 70 yang sangat terkenal di daerahnya. Mereka memang sangat pandai untuk melakukan peraturan nomer 8 dalam persahabatnnya yaitu 'menduku satu sama lain'.

"Alhamdulillah," ucap Maryam dari belakang punggung mereka.

Setelah memeluk Diga, Kai langsung memindahkan pelukannya kepada Maryam sebagai bentuk kesenangannya yang tidak bisa ia bendung sendiri.

"Mau makan malam apa hari ini?" tanya Maryam lengkap dengan senyuman yang indah.

"Makan mie tek-tek buatan ibu!" seru Kai.

Diga hanya bisa menggelengkan kepalanya lalu pergi ke ruang TV untuk bermain play stasion sambil menunggu sang ibu membuatkan mie tek-tek kesukaan mereka berdua.

* * *

Sambil menyeruput mie Diga berusaha untuk menanyakan mengapa Kai bisa sampai kabur ke warung internet dua minggu lalu karena menurutnya ini adalah waktu yang tepat.

"Lo kenapa kemaren kabur?" tanya Diga serius.

Kai hanya diam tidak menjawab perkataan Diga ia terus menyeruput mie yang ada di depannya dan menambahkan semua sambal yang sudah di sediakan oleh Maryam.

"Kai!" bentak Diga kesal melihat kelakuan temannya.

"Gak ada apa-apa, Ga," ucapnya santai.

"Inget peraturan nomer 1? Nggak boleh bohong! Kalo lo nggak mau cerita gue akan tutup mulut 2 hari," ancam Diga kepada Kai.

Kai langsung menghela nafasnya panjang karena sebenarnya ia juga malas untuk menceritakan masalah yang ada di rumahnya.

"Ya biasa, Ga. Bokap gue ngamuk lagi, minta uang buat main judi. You know mereka berdua berantemnya kayak apa," jelas Kai lalu kembali menyeruput mienya.

Meskipun Diga sudah mengetahui masalah itu sejak lama tetapi setiap kali mendengar Kai bercerita hatinya seperti patah dan di cabik-cabik karena ia mengerti posisinya sebagai anak pasti sangat kecewa melihat kedua orang tuanya seperti itu.

Kesunyian terjadi setelah Kai menjelaskan masalahnya, pikiran Diga mencoba untuk menjelajahi beban yang baru saja dibicarakan oleh Kai tentang rasa ingin mempunyai kedamaian.