Terkadang banyak hal di dunia ini yang datang begitu saja, tanpa aba-aba, tanpa permulaan mengalir hingga tidak disadari oleh kita sendiri.
Diga baru saja keluar dari tendanya karena saat itu dirinya masih merasakan lelah yang tidak berkesudahan, bukan lelah karena perjalanan tetapi lelah karena harus berinteraksi dengan banyak orang lain. Tipikal introvert yang energinya habis dimakan oleh orang lain sehingga menyerap energi negatif yang ada di sekitar dengan cepat.
"Dek, bantuin kakak buat ambil air di bilik belakang mau?" tanya kak Rara kepada Diga yang sedang menarik nafas dalam-dalam untuk mengembalikan energinya lagi.
Diga, manusia yang tidak bisa berkata tidak kepada orang lain memaksakan diri untuk membantu kak Rara kala itu. Mereka berjalan menyusuri hampir semua bilik perkemahan yang ada, kak Rara yang terkenal di SMA 70 menjadi sorotan karena berjalan dengan Diga.
Sesampainya di bilik Rara yang tidak bisa mengangkat air yang banyak, membuat Diga harus mengambil tindakan juga.
"Biar aku aja kak yang ambil airnya. Kakak pegangin ini aja ya," ucap Diga seraya memberikan galon yang sedang ia pegang.
Beberapa tumpahan air yang sudah ditimba oleh Diga semakin lama mengisi galon tersebut hingga penuh.
"Makasih ya, dek," ucap kak Rara.
Saat di perjalanan Rara bercerita bahwa sedang bertengkar dengan kekasihnya, yaitu Dimas yang merupakan anggota OSIS juga. Sepanjang jalan Diga berusaha untuk mendengarkan meskipun dirinya tidak ingin mengetahui masalah orang lain, hingga pada puncaknya Rara menangis karena tidak ingin hubungannya dengan Dimas berakhir begitu saja.
Memang disetiap hubungan pasti akan ada salah satu yang tidak ingin berpisah begitu saja, meskipun mengetahui bahwa hubungannya sudah tidak bisa untuk diperjuangkan.
"Yang sabar ya, kak," ucap Diga.
* * *
Kai sedang membereskan tendanya bersama dengan penghuni tenda lain yang berjumlah 10 orang.
"Sini gue bantuin," ucap Nanang kepada Kai yang sedang kesusahan membuka kerangka kasur.
Kai langsung menganggukan kepalanya berusaha untuk tidak menunjukan kekagumannya dengan Nanang. Nanang merupakan salah satu anggota OSIS yang terkenal dan menjadi the most wanted boy di SMA 70.
"Boleh kak," ujar Kai.
Kai melemah di depan laki-laki yang ia kagumi ini. Kai yang biasanya selalu kuat dan berusaha sendiri di setiap kesulitannya tetapi untuk kali ini ia berusaha untuk menjadi perempuan lemah yang tidak berdaya.
Akhirnya mereka berdua bercengkrama sambil membukakan kerangka tempat tidur, percakapan demi percakapan Kai nikmati karena ini adalah momen yang langka dan tidak akan bisa terjadi di sekolah.
"Gimana? Kira-kira menyenangkan nggak kegiatannya?" tanya Nanang sambil menatap dengan dalam ke arah Kai.
Kai langsung menundukan kepalanya, dipikirannya sekarang adalah bayangan wajah Diga yang pasti akan tertawa terbahak-bahak jika melihat kelakuannya seperti ini.
"Mungkin, kak," jawab Kai.
Setelah semua sudah terbuka dengan rapih, penghuni tenda lain keluar karena sudah ada peringatan untuk kembali pada barisan karena urutan acara akan di bacakan, mengingat hari yang semakin gelap maka panitia akan mempercepat pembicaraanya kali ini.
"Kalo ada apa-apa bilang sama gue aja ya," ucap Nanang sambil melangkah meninggalkan Kai.
Sesampainya di aula perkemahan Kai langsung masuk ke arah barisan, terdengar suara dari belakang yang sedang membicarakan tentang seseorang.
"Iya, kak Rara lagi di deketin kayaknya sama anak kelas dua," terdengar ucapan itu.
Kai berusahan untuk tidak mengambil pusing omongan itu karena menurutnya juga tidak ada kepentingan. Hingga akhirnya ada yang berbicara tentang Diga.
"Katanya sih, Diga ya namanya. Ada anak mawar."
Kai langsung menolehkan wajahnya seperti tidak percaya, karena beberapa hari ini Diga tidak bercerita apapun kepadanya. Akhirnya karena mendengar ucapan itu, Kai akan menemukan Diga setelah panitia membacakan rundown kegiatan perkemahan ini.
* * *
"Gue liat cewe lu lagi di deketin tuh sama adek kelas," ucap Wisnu.
Dimas yang kala itu sedang galau karena sedang bertengkar dengan Rara langsung emosinya tersulut. Ia langsung berdiri dari duduknya dengan tatapan marah kepada Wisnu.
"Tau dari mana lo?"
"Anak-anak pada ngomongin. Soalnya dari kemaren tuh adek kelas bantuin Rara mulu sampe angkat galonpun dia mau. Haha," ucap Wisnu lagi.
Dimas tidak mau langsung bertindak untuk mencari tau kebenarannya dan melihat sendiri apa yang dilakukan oleh Rara.
* * *
"Ga!" panggil Kai.
Diga langsung menoleh ke arah Kai dengan wajahnya yang lusuh dan lemas serta bibirnya yang semakin memucat.
"Hah? Lo kenapa?"
Diga menggelengkan kepalanya berusaha menutupi kelelahannya hari ini, tetapi Kai yang sudah mengenal Diga sejak kecil dan mengetahui bahwa sahabatnya ini adalah seorang introvert pasti kelelahan sudah bertemu dengan banyak manusia.
"Minum dulu nih," Kai memberikan jus jeruk dalam kemasan yang sudah ia bawa.
Setelah Diga meminum jus jeruk itu dan terlihat sudah lebih fresh Kai langsung membuka topik perihal gosip yang tersebar disini.
"Lo emang ngapain sih sama kaka pembimbing lu?"
"Maksudnya?"
"Itu anak kelas gue lagi pada gosipin lo sama Rara katanya lo lagi deketin dia," jelas Kai.
Diga langsung menyeringitkan dahinya bingung karena ia tidak merasa bahwa sedang mendekatkan Rara atau siapapun.
"Engga, sumpah gue nggak deketin siapapun," jawab Diga.
Saat Diga menjawab seperti itu, perasaan lega langsung menyeruak dengan riuh di dalam hati Kai karena saat mendengar gosip yang Kai pikirkan bukan hanya Diga yanga kan menjadi bahan omongan setiap siswa melainkan ada perasaan yang sedikit retak di dalam hatinya.
Meskipun Kai berusaha untuk menyukai orang lain, termasuk Nanang yang menjadi incarannya perasaan cinta yang tulus kepada Diga tidak bisa dihilangkan begitu saja.
"Oh, gitu. Yaudah, hati-hati aja."
"Kenapa?"
"Pacaranya galak," ucap Kai dan langsung bergegas ke arah tendanya karena hari yang mulai malam dan mengingat besok kegiatannya sangat padat.
Angin yang berhembus kencang menelusup melalui jaket biru yang sedang Diga pakai, perjalanannya menuju ke perkemahan lumayan jauh dari tempat mereka berdua sedang mengobrol.
Pikiran tentang gosip yang beredar semakin membuat Diga kelelahan karena ia akan terus memikirkan itu, terlebih kata terakhir Kai yang membuat dirinya semakin takut.
Diga benar-benar tidak menyangka kebaikannya akan menjadi bahan gosip satu sekolah dan mungkin saja akan menjadi bumerang bagi dirinya sendiri, sesekali Diga menghembuskan nafasnya karena merasa bersalah sudah berbuat baik dan ia juga lupa bahwa Rara adalah siswa yang terkenal sehingga mudah sekali menjadi sasaran empuk bagi orang lain untuk membicarakannya.
"Woy, lo Diga?"
"Ii--ya, kak"
"Jangan main-main sama gue!"
Diga diam tidak tahu harus menjawab apa, malam ini seperti menjadi malam yang tidak pernah ia inginkan. Harus berurusan dengan kaka kelas adalah hal yang paling di hindarkan oleh Diga.