Setiap insan di dunia ini pasti mempunyai kesulitannya sendiri dalam hidupnya, begitupun dengan Kai. Semenjak ayahnya di PHK 3 tahun lalu, sang ibu harus banting tulang bekerja menjadi penjual keripik dan tentu saja membantu orang lain mengerjakan pekerjaan rumahnya.
Ini adalah hidup yang tidak pernah keluarganya Kai bayangkan, tetapi bukannya hidup memang penuh kejutan selalu ada banyak hal yang mengejutkan setiap harinya.
Ibu Kai menjadi penjual keripik lalu di titip jualkan ke pada pedang warung kelontong dan kantin sekolah, meskipun awalnya Kai sangat malu harus membawa sekantong plastik besar setiap kali sekolah. Namun, ia lebih sakit lagi jika melihat ibunya yang harus banting tulang sendirian untuk menghidupi keluarga kecilnya ini.
"Sini gue bantuin bawa," ucap Diga setiap pagi.
Kai dengan senang hati membagi kantong plastik yang besar dibagi dua dengan Diga.
"Lu pernah mikir nggak sih, kalo kesulitan yang ada di hidup ini adalah sebuah kenikmatan juga," ucap Kai.
Diga menyeringitkan dahinya.
"Kenikmatan yang orang lain bahkan selalu nggak pernah merasakannya, padahal dari kesulitan ini kita akan menuju kebahagiaan. Coba kalo kita lagi bahagia pasti akan menuju pada kesulitan," ujar Kai matanya sambil menatap jalan.
Hari ini mereka berdua memutuskan untuk berangkat sekolah menggunakan angkutan umum karena ayah Diga yang masih dinas dan supirnya yang sedang cuti karena anaknya akan menikah.
Diga diam berusaha untuk mencerna ucapan Kai.
"Hmm, kurang setuju pada kata terakhir. Nggak juga pas kita lagi bahagia akan menuju ke pada kesulitan, tapi ya hidup emang nggak ada yang tau aja sih. Menurut gue saat kita bahagia ya dinikmati pas susah pun kita harus sambut dengan riuh," ujar Diga.
Terkadang angan-anganlah yang membuat kita jatuh terjerembab kedalam sebuah jurang yang dinamakan ekspektasi, kita kurang bijak dalam menaruh angan itu sendiri. Tidak mengukur pada realita yang ada, biarkan angan-angan menjadi sebuah motivasi untuk menuju ke kehidupan yang selanjutnya, tidak perlu berlebihan.
"Gue jadi inget deh, Ga. Waktu awal masuk SMA gue di bully habis-habisan sama putri temen SMP kita, gara-gara gue jadi jualan keripik sekarang," ucap Kai lagi.
Diga langsung menoleh ke arah Kai berusaha melebarkan telinganya untuk menampung omongannya pagi ini.
"Gue di bully karena dulu pas SMP selalu di anter jemput sama supir sekarang jualan keripik. Kenapa ya, Ga orang tuh jahat banget?"
Diga menghentikan langkahnya seperti ada sesak di dada setiap kali Kai menceritakan tentang kehidupannya sekarang, karena lagi-lagi ia tidak bisa berbuat apa-apa untuk membantu sahabatnya. Hanya telinga yang setia mendengar keluh kesahnya dan kebaikan-kebaikan kecil yang ia bisa tunjukan.
"Ya jawabannya karena mereka nggak pernah ngerasain apa yang orang lain rasain. Bayangin deh lu jadi astronot, banyak orang yang pengen ke luar angkasa karena melihat astronot dengan mudahnya kesana padahal jauh sebelumnya astronot ini harus belajar, memahami resiko-resiko yang akan terjadi saat dia terbang ke angkasa," jelas Diga.
"Orang mana mau tau proses panjangnya. Yang mereka tau, astronot dengan mudahnya buat naik ke angkasa," jelas Diga lagi.
Angkot 02 arah ke sekolah sudah datang, mereka segera naik karena jam sudah menunjukan pukul 06.15. Saat mereka baru saja menaruh badannya di bangku angkot ada ibu-ibu yang langsung melihat keripik yang mereka bawa.
"Berapaan ini dek?"
"Lima ribu bu," jawab Kai dengan senyuman merekah yang ada di bibirnya.
"Saya mau 5 ya," ujar ibu itu lagi.
Senyuman dari bibir Kai tidak hentinya merekah membuat hati Diga ikut senang karena melihat jualan sahabatnya ini laku.
"Makasih ya bu."
"Iya. Laku ya jualannya," ujar ibu itu lagi sebelum ia turun.
* * *
Sesampainya di sekolah Kai langsung menuju ke arah kantin untuk menitipkan keripiknya kepada bu Asih. Bu Asih adalah satu-satunya penjual di kantin yang mau untuk dititipkan keripik oleh Kai.
Saat di kantin ia bertemu dengan Nanang yang sedang sarapan nasi uduk bersama dengan teman-temannya. Kai hanya bisa menundukan kepalanya karena rasa malu itu masih ada setiap kali bertemu dengan orang yang ia segani.
"Eh, lagi ngapain?" tanya Nanang rupanya ia tidak tahu bahwa Kai suka menitipkan keripik di kantin sekolah.
Tiba-tiba saja Dinda kaka kelas yang sangat sebal dengan Kai karena melihat Nanang yang selalu mendekatinya lewat.
"Jualan keripiki lah," celetuknya sambil memalingkan wajah yang menyebalkan.
Kai hanya diam dan langsung pergi karena tidak ingin ribut dengan kaka kelasnya.
* * *
Seperti yang sebelumya di ceritakan Kai juga membantu ibunya mencari uang dengan mengerjakan tugas sekolah anak-anak kaya yang malas, seperti Putri yang selalu memakai jasanya.
Diga belum mengetahui karena memang Kai selalu sembunyikan karena jika ia tahu sudah pasti akan sangat marah, apalagi yang ia tolong adalah Putri manusia yang pernah membulinya habis-habisan.
"Udah belom tugas gue?" tanya Putri dengan suara yang menyebalkan.
Kai langsung mengeluarkan buku gambar yang sudah ia isi dengan gambar pemandangan lengkap dengan warna gradasinya.
"Good. Berapa?" tanya Putri.
"Lima puluh ribu," ucap Kai.
Meskipun Kai menjadi pekerja sampingan mengerjakan tugas orang lain ia menarifkan tugasnya dengan harga yang tinggi karena mengetahui bahwa tugasnya akan mendapatkan nilai yang bagus.
"Kai coba maju kerjakan soal nomer 5," ucap bu Marni guru matematika yang sangat killer di sekolah ini.
Kai dengan santai berjalan menuju papan tulis yang ada di depan kelas dan langsung mengerjakan soal yang ada disana, dengan mudah ia kerjakan tidak ikut bimbel atau apapun membuat teman sekelasnya terpesona dengan kepintaran Kai.
"Sudah bu," ucap Kai.
Tidak terasa bel istirahat sudah berbunyi seperti biasa ia pasti langsung menghampiri Diga untuk membantu menghabiskan bekal yang di bawakan oleh ibunya.
Saat sampai di kelas Diga terlihat sekerumunan laki-laki sedang mengerumuni Diga, terlihat sosok Dimas di dalam sana.
"Ngapain lo?" ucap Kai yang baru saja sampai.
Dimas hanya menatap Kai kesal dan langsung pergi.
"Ngapain lagi sih tuh orang?"
"Udah jangan marah-marah aja. Makan nih sushi," ucap Diga sambil menyuapkan sushi ke dalam mulut Kai.
"Sebel banget tadi di kantin. Pas mau nganterin keripik ke bu Asih ada Dinda sama Nanang," ujar Kai dengan mulutnya yang di penuhi dengan sushi.
Suasana kelas saat itu sedang sepi karena istirahat kedua adalah waktunya untuk jajan di kantin tetapi tidak untuk mereka berdua ia lebih memilih menghabiskan bekal yang ada.
"Kenapa?"
"Kak Nanang nanya kenapa kok di kantin terus Dinda langsung nyeletuk kalo gue lagi nitipin keripik," ujar Kai.
"Terus? Malu? Malu di depan Nanang kalo lo jualan keripik?"
Kai langsung terdiam dengan ucapan Diga seolah mengingatkan dirinya pada obrolannya tadi pagi.