Chapter 7 - Kemah

Kegiatan camping yang sudah banyak ditunggu-tunggu oleh para siswa kelas II SMA 70 akhirnya terlaksana juga, katanya kegiatan ini akan sangat menyenangkan dari rentetan kesibukan sekolah yang memusingkan, tetapi tidak bagiku. Aku tidak terlalu suka dengan keramaian dan tentu saja pergi ke alam terbuka bukanlah pilihanku untuk menyenangkan diri.

Kai sudah datang di rumahku sejak jam 06.15 pagi ia sangat bersemangat karena inilah kegiatan yang sangat ia sukai, kegiatan yang ekstrem dan penuh dengan tantangan. Hari ini aku bangun telat karena pada malam harinya aku menonton serial netflix kesayanganku hingga jam 12 malam.

"Diga, ayo bangun. Kai udah nyamper ini," teriak ibuku dari lantai bawah meskipun suaranya samar tetapi suara itulah yang selalu menjadi alarm untuku bangun.

Setelah aku siap, aku langsung turun ke lantai bawah sudah terlihat Kai sedang mengobrol dan makan nasi goreng kampung buatan ibuku. Obrolannya selalu menyenangkan bagi mereka berdua tentang apapun mulai dari tanaman, masakan hingga film jaman sekarang.

"Ini bekelnya ya! Kamu satu, Kai satu. Jangan nggak makan, jangan tidur kemaleman dan jangan lupa pake lotion biar nggak di gigitin nyamuk," ucap ibuku sambil tangannya memasukan bekal ke dalam tasku.

"Ga? Serius mau ke alam pake celana jeans?" tanya Kai dengan ekspresi wajah kebingungan.

"Kenapa?"

"Sumpah lo ganti deh. Nyesel, lagian ke alam terbuka enaknya pake celana bahan atau training," jelas Kai mulutnya penuh dengan nasi goreng tetapi masih sempatnya saja untuk memarahiku.

Sesampianya aku di sekolah bersama dengan Kai sudah terlihat siswa lain sudah berlalu lalang menunggu aba-aba untuk masuk ke dalam bus.

"Sampai ketemu nanti!" ujar Kai karena kami berdua harus berpencar masuk ke dalam barisan kelas masing-masing.

Ada salah satu teman sekelas yang lumayan dekat denganku kelakuan dan tingkah lakunya sangat mirip, bedanya ia sangat sering di jahili oleh senior karena keluguannya. Aku melihat dirinya sedang duduk di bawah pohon sambil makan sandwich yang sering ibunya bawakan, terlihat disudut kiri sudah ada senior yang sering mengerjai Farhan sudah memperhatikan gerak-geriknya.

Aku dengan keberanian seadanya berusaha untuk melindungi Farhan.

"Oi, diem aja sendirian," ucapku kepada Farhan dan langsung memberikan kode menggunakan mata melirik ke arah senior itu.

Farhan langsung memberhentikan kegiatan makan sandwichnya dan langsung menarikku untuk duduk di sebelahnya.

"Lo sini aja please," pintanya sambil berbisik.

* * *

Suara toa dari depan lapangan sudah terdengar dengan kencang pertanda semua siswa kelas II harus segera merapihkan barisan dengan kelasnya masing-masing. Saat ini aku hanya sedang fokus pada OSIS yang sedang berbicara di depan, menerangkan berbagai peraturan terkait kegiatan camping yang akan berlangsung.

"Kegiatan ini akan di adakan selama dua hari satu malam. Semua makan dan perlengkapan kesehatan disediakan dari sekolah, semua kegiatan akan berjalan dengan lancar jika kalian juga mengikuti arahan ini," ucap Rio ketua OSIS kelas III yang sedang berbicara.

Aku langsung menggaruk kepala karena sudah membayangkan bagaimana repotnya di sana.

"Pradiga Utomo. Kamu masuk kelompok mawar," ucap kakak OSIS yang ada di depanku.

Aku langsung mengehela nafas karena harus melawan semua ketakutan yang ada di dalam diriku, tetapi hidup memang seperti ini banyak kejadian yang tidak bisa aku kendalikan. Banyak kejutan yang terkadang sangat bertolak belakang dengan diriku satu-satunya yang bisa aku kendalikan adalah diriku sendiri.

Semua barisan sudah bubar karena akan masuk ke dalam mobil transporter milik TNI-AD yang sudah di sewa oleh sekolah.

"Dek, kamu nanti pembimbingnya aku ya," ucap kak Rara anggota OSIS yang akan menjadi pembimbing pasukan mawar.

Di sepanjang perjalanan aku mencari Kai karena ingin melihat wajahnya yang pasti sedang kegirangan dengan semua agenda camping ini. Saat mataku menangkap keberadaan Kai aku melihat dirinya sedang asyik mengobrol dengan kakak OSIS yang sepertinya pembimbing pasukannya.

Warna hitam pekat matanya terlihat sangat menikmati obrolan yang sedang berlangsung begitupun senior OSIS laki-laki yang menatap mata Kai dengan serius. Terukir lekukan senyuman dari mulut Kai.

Tiba-tiba saja rasa cemburu langsung menguasaiku, perasaan yang tidak akan pernah bisa aku ungkapkan seolah memberontak menggedor mulutku yang selama ini bungkam. Kekesalan ini hanya bisa aku redam dengan diam, aku mengerti posisiku hanya sebagai sahabat untuknya.

"Ayo semua anak-anak kita berangkat," ucap pak Woto seraya tangannya mengarahkan siswa ke mobil transporter itu.

Suasana di dalam transporter yang pengap dan panas serta bau dari semua badan seperti menjadi satu membuatku pusing dan ingin mengeluarkan semua isi perutku. Aku mencoba untuk menahan tetapi pada saat mobil menemukan jalan yang penuh dengan lobang, semua isi perutku keluar. Beberapa kali kepalaku terbentur oleh badan transporter ini yang semakin membuat kepalaku pusing.

Semua mata tertuju kepadaku, kak Rara yang ada di sebelahku langsung dengan sigap mengambil kantong plastik hitam yang memang sengaja di sediakan.

"Sini aku lap ya,' ucap kak Rara dengan suara lembutnya. Berbeda jika Kai yang ada di sebelahku pasti ia sudah memarahiku sambil membantu mengelap semuanya ini adalah konsep kebaikan yang Kai selalu tunjukan meskipun tidak banyak disetujui oleh banyak orang.

"Makasih kak," ucapku sungkan.

Perjalanan membawaku pada pemikiran bahwa kita sebagai manusia memang selalu membutuhkan makhluk lain karena akan ada saatnya kita akan jauh dari manusia yang paling nyaman di hidup ini.

Bahwa hidup adalah tentang belajar dari satu masalah ke masalah lain, dari satu peristiwa ke peristiwa lain tetapi banyak aku dan kebanyakan orang lainnya susah untuk memaknai itu semua.

Mobil transporter kami sudah memasuki kawasan Cibubur yang merupakan tempat kemah atau camping bagi setiap sekolah, pepohonan yang rindang membuatku terkesima. Ada taman sebesar ini dan pepohonan yang rindang di tengah kota yang berisik.

Aku mulai mencoba membayangkan hal indah yang akan terjadi saat kemah, tentang kebersamaan, tolong menolong hingga menyatu dengan alam.

"Adik-adik kita sudah memasuki wilayah camping. Mohon untuk merapihkan semua barang bawaan, karena mobil akan terapkir jauh dari tempat acara," ucap kak Rara.

Saat aku baru saja turun dari mobil terlihat Kai masih mengobrol dengan kakak OSIS dan terlihat semakin akrba sambil membawa kardus berisi air botol dalam kemasan.

Aku hanya menghela nafas panjang hingga tidak sadar kak Rara sedari tadi memanggilku untuk meminta bantuan.

"Dek, tolong bantuin aku bawa ini ya," ucapnya sambil menunjuk ke arah kardus yang berisi makanan untuk kami santap nanti.

Aku langsung menyunggingkan senyuman dan membantunya, akhirnya kami jalan bersama ke arah aula yang sudah di siapkan. Namun, seperti ada seseorang yang sepanjang jalan melihatku bersama dengan kak Rara.