Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

SEBATAS KONTRAK TERTULIS

🇮🇩Januar_EL_Capirco
--
chs / week
--
NOT RATINGS
10k
Views
Synopsis
Sebuah gelar menjadi isttri telah tertulis di atas kertas bermeterai, tetapi semua yang ada hanya terbatas kontrak tertulis. Lika liku hidup dari awa; hingga akhir masih belum menemukan titik temu. Bagaimana ceritanya? Simak selengkapnya di novel : Sebatas Kontrak Tertulis
VIEW MORE

Chapter 1 - Masa Kecil

Terlihat dari kejauhan, anak kecil yang kali ini telah kebingungan sendirian di taman sekolah.

Anak kecil yang berjenis kelamin perempuan berusaha meminta tolong ke sana ke mari.

Orang-orang yang lalu lalang untuk menjemput anak, sementara ia berusaha terus agar bisa mendapatkan kesempatan.

"Ibu, ibu. Saya mau minta tolong antarkan saya segera pulang." Keluhnya.

Dia yang takut berjalan pulang sendirian karena kerap dihantui perkataan sang ibu semakin membuatnya gelisah.

Keramaian yang semakin menjadi sepi hanya tertinggal dia sendiri di sana. Para guru sudah pulang dan gerbang sekolah hendak ditutup.

"Loh, Salsa belum pulang?"

"Belum masih ninggu bunda, tapi enggak tahu kenapa bunda begitu lama menjemput aku."

"Benar juga ya, ya biasanya bunda kamu jemput sering tepat waktu."

Salsa murung di tempat ia berdiri, memang kali ini adalah kali pertama sang bunda tidak tepat waktu menjemput.

Dikarenakan hari sudah begitu sore dan gerbang harus ditutup, Salsa yang bingung akhirnya meminta tolong penjaga sekolah untuk mengantar ke rumah.

Dalam perjalanan yang letaknya cukup jauh dan ditempuh menggunakan sepeda motor akhirnya sampai juga.

"Sudah pak sampai sini saja."

"Loh kenapa enggak sampai rumah? Kan bapak bisa antar sampai rumah, eh tunggu bapak angkat telepon dulu."

Dengan penuh ketaatan, Salsa yang benar-benar menunggu orang mengantarnya. Melihat penjaga sekolah usai merespon dia pun mengucapkan terima kasih.

"Bapak, terima kasih ya sudah mengantar Salsa."

"Iya sama-sama, tapi maaf Salsa. Maaf kalau bapak tidak bisa mengantar ke rumah, ya ini ada telepon dari anak minta segera dijemput."

"Iya, pak. Salsa bisa pulang sendiri dan lagian sudah dekat, terima kasih."

Jarak gang dengak rumah sudah cukup dekat. Salsa yang tidak sabar untuk sampai rumah malah melihat pintu rumah tertutup rapat.

Dia pun sangat bingung akan apa yang sebenarnya terjadi. Bunda yang terlambat menjemput bersamaan dengan pintu yang tertutup.

"Ini bunda ke mana ya? Tadi enggak jemput aku, ini juga pintunya ditutup."

Salsa yang penuh akan kebingungan itu pun menunggu cukup lama di teras depan rumah.

Dengan sabar menunggu dia pun bertemu bundanya.

Sang bunda yang datang menghampiri Salsa langsung memeluk erat. Anak kecil itu semakin dibuatkan bingung dan berbagai pertanyaan pun muncul.

"Bunda, bunda kenapa tadi telat jemput Salsa? Terus juga bunda, pintunya kok ditutup rapat? Bunda dari mana?"

Wanita dengan tubuh kecil, berdaster itu pun menyeka air matanya.

Dengan posisi besujud di hadapan sang anak membuat wanita paruh baya itu semakin tak sanggup dan kembali memeluk.

"Salsa bingung, bunda kenapa menangis? Apa bunda sakit atau bunda dinakalin orang? Biasanya kalau Salsa nangis itu sedang sakit dan juga dinakalin sama teman-teman Salsa."

Bundanya pun bercerita semua baik-baik saja dan yang ada hanya merasakan kelaparan, tetapi di samping itu juga terlupa jika Salsa pulang lebih cepat.

Mereka berdua yang telah masuk ke dalam rumah. Salsa, anak kecil yang penuh kesantunan dan taat akan apa diperintahkan sang bunda itu pun berganti pakaiannya sendiri.

Selesai berganti Salsa pun dikejutkan dengan pemberian sang bunda.

"Ini buat Salsa."

"Ini apa bunda?"

Sebuah kardus kecil berisikan kue tart membuat Salsa begitu senang. Dia tak pernah menyangka akan pemberian itu.

"Ini buat Salsa?"

"Iya, selamat ulang tahun anak bunda. Maaf kalau bunda memberinya hanya kue kecil. Semoga kamu tumbuh menjadi wanita cantik, wanita menawan, dan wanita penuh iman."

"Makasih bunda."

Salsa yang baru pertama kalinya mendapatkan kue tart langsung memeluk bunda begitu erat.

Saking terharunya dia malah justru ikut menangis dan bahkan tak terlepas dari sana ada satu barang yang belum diberi.

"Sebentar ibu ambil korek dulu buat nyalain lilin, sekalian ada satu kado spesial buat Salsa."

"Asyik, Salsa dapat kado. Kadonya apa bunda?"

"Tunggu dulu ya? Bunda ambilkan dulu."

Anak kecil yang dibuat penasarak akan belum pernah memegang maupun merasakan kue tart itu terus saja memutar kardus.

"Ini ya yang dinamakan kue ulang tahun? Kalau aku colek manis pasti rasanya, he he he."

"Salsa, ini buat kamu, nak."

"Ini apa bunda?"

"Coba deh dilihat, tapi nunggu potong kuenya dulu ya?"

"Iya, bunda."

Mereka yang merayakan ulang tahun berdua telah bertepatan juga jika hari ini adalah ulang tahun sang ayah.

"Salsa, ada yang harus kamu ketahui."

"Apa itu bunda?"

"Hari ini adalah hari dimana bertambahnya usia kamu, kamu pun juga sudah tahu tiap tahunnya. Mengenai tiap tahun mama sering kali merayakan ulang tahunmu pun meminta Salsa mendoakan ayah, memang ayah sudah jauh di Surga. Jadi, hari ini Salsa jangan lupa ya mendoakan ayah."

Salsa anak kecil yang cukup tegar hanya mengangguk dan bergerak segera menundukkan kepala lalu berdoa.

Dia memang dari lahir belum menjumpai sang ayah yang sudah meninggalkan dunia. Salsa yang terbiasa hidup sederhana dengan sang bunda sudah merasa jika orang tuanya telah menyayanginya.

Sedari kecil dia yang juga ditanamkan kasih sayang maupun cara-cara hal baik membuat Salsa usai mendoakan sang ayah seketika berdiri.

"Salsa mau ke mana? Kan belum selesai, bunda juga belum kasih kado."

"Salsa mau ambil bingkai foto itu, Salsa mau juga lihat ayah di tengah-tengah ulang tahun Salsa."

Mengambil bingkai lalu meletakkan di meja kecil membuat Salsa tersenyum lebar.

Perasaan cukup bahagia semakin dirasa ketika dia hendak membuka kado. Kado yang pemberian sang bunda membuatnya segera melepas kertas berwarna.

Kado sudah terbuka lebar telah menjadikan terlihat isinya dan seketika dikeluarkan ternyata sebuah gaun.

"Bunda, ini kan gaun."

"Iya benar itu gaun."

"Kan gaun mahal bunda, gimana caranya pakai? Ini kan juga besar dan Salsa masih kecil."

Dengan penuh kebingungan hanya menjadikan jawaban kecil saja sang bunda.

"Ya, itu gaun memang mahal kalau beli di luar. Tetapi itu yang buat adalah bunda, ya sekarang bunda simpan di lemari dan nanti kalau kamu sudah besar bisa mengenakannya."

Semakin ada Salsa semakin dibuat makin sayang dengan apa yang diberikan bunda. Dia yang memeluk erat itu pun mengucapkan janji.

"Salsa sangat sayang sama bunda, Salsa pengen bunda terus ada sama Salsa. Salsa enggak mau bunda yang lain, bundanya Salsa itu cuman bunda aja. Salsa janji sama bunda, bunda akan selalu ada di hati Salsa."

Bundanya yang cukup begitu gemas dengan Salsa hanya memberikan sebuah cubitan kecil di hidung anaknya.

Mereka berdua yang sedang bergurau membuat semakin menumbuhkan rasa kasih sayang yang berlipat pada Salsa.

"Bunda mau tanya, Salsa cita-citanya mau jadi apa?"

"Salsa mau kayak bunda."

"Kok begitu?"

"Salsa mau jadi bunda, bunda yang pintar memasak, bunda yang pintar menjahit dan juga semuanya."