Panas begitu menyengat sudah menembus kulit tipis itu. Salsa dan bundanya usai merayakan ulang tahun secara sederhana kali ini melanjutkan ke ladang.
Menjadi anak seorang buruh tani tentu membuatkan Salsa cukup bersyukur. Di samping dia mengenal alam ditambah lagi bisa membantu jualan bundanya.
"Bunda, nanti kita jadi jualan cabai?"
"Jadi dong, tapi kamu bantu petik sayuran yang lainnya dulu ya? Ya bunda dipanggil sama bos."
"Iya, bunda."
Dengan perasaan yang cukup berseri dan bersemangat membuat Salsa perlahan-lahan memetik hasil panen minggu ini.
Namun siapa sangka ketika dia sedang memetik ada seorang anak kecil seumuran dengannya justru menangis.
"Hi hi hi, aku di mana? Mama, papa... Aku takut."
Rasa hati Salsa begitu iba dengan anak itu dan dicobalah untuk menghampiri. "Kamu kenapa menangis? Kok anak laki-laki menangis, kata bunda aku itu kita enggak boleh cengeng dan harus kuat."
Bukannya berhenti malah menjadikan anak laki-laki itu semakin terisak. Salsa yang merasa bersalah pun juga meminta maaf.
Uluran tangan Salsa justru ditepis dan malah semakin menjadikan isak tangis yang menjadi-jadi.
"Memang rumahmu mana sih? Salsa bingung."
Tanpa sebuah respon malah yang ada Salsa didorong cukup keras dan membuatnya sakit.
"Aduh, sakit!"
"Sukurin salah siapa jahat!"
Salsa ditinggal begitu saja dan bahkan juga diantaranya mendapat ledekkan dengan menjulurkan lidah.
Hati anak kecil cukup mudah marah dan disaat Salsa hendak membalas akan apa yang dilakukan laki-laki itu dia pun mendengar suara sang bunda memanggil.
Dia yang bergegas menuju ke ladang lagi segera memetik sayuran. Namun siapa kira kejahilan anak laki-laki itu semakin nakal.
"Aduh jangan dicabut."
"Biarin wekk!" Ledek anak laki-laki itu.
Salsa yang melihat akan hal ini dia pun cukup marah kepada anak laki-laki sebaya dengannya.
Dia mendorong cukup kuat anak laki-laki itu dan membela sang bunda. "Kamu ya? Kamu dari tadi enggak ada habisnya ganggu aku, sekarang kamu pun mengganggu bundaku. Pergi, pergi dari sini!"
Anak laki-laki itu pun cengeng dan bahkan juga diantaranya melaporkan yang tidak kepada orang tuanya.
Sebuah kejadian salah paham pun terjadi. Salsa mapun ibundanya telah menjelaskan dengan kejujuran, namun apa yang ada menghasilkan hal buruk.
"Sekali lagi saya minta maaf atas nama anak saya juga, tetapi beneran juragan jika anak saya tidak mungkin melukai orang lain jika tanpa alasan."
"Sudah, saya sama sekali tidak mau mendengar akan apa yang kalian katakan. Sebagai ganti rugi baju kotor anak saya, ingat kamu satu bulan ini tidak terima gaji dan juga sebagai ganti tanaman yang sudah anak kamu cabut. Mengerti?!"
"Iya juragan, saya ngerti."
Terpaku terdiam dan merasa cukup bersalah membuat Salsa enggan menatap wajah sang bunda.
Anak perempuan yang begitu polos terus saja menangis. Beranggapan jika kesalahan ini adalah kesalahan dirinya malah memukul dadanya tiga kali.
"Salsa, anak bunda. Kamu kenapa?"
"Salsa nakal, Salsa gagal nurut sama bunda."
"Salsa sudah jangan begitu, lihat. Lihat mata bunda sekarang."
Dia pun menatap dan mendengar apa yang dikatakan ibundanya. "Salsa dengar, Salsa tidak salah membela orang lain jika orang itu sudah jujur. Tapi, lebih baik kita mengalah. Orang mengalah itu sebenarnya sang juara sejati."
Air mata yang dihapuskan itu pun membuat Salsa masih teringat peristiwa dianggapnya cukup nakal.
"(Kalau bunda enggak dapat uang terus bunda enggak makan dong.)"
Memikirkan dengan apa yang ada justru dia pun bergegas menyelesaikan membantu orang tua dan segera meninggalkan ladang.
Menuju ke rumah kembali telah membuat Salsa justru mencari tempat wadah beras.
"Nahkan tinggal ini saja, gimana cara Salsa dapat uang? Salsa bingung."
Kebingungan yang ada membuat Salsa kembali ke ladang dan mempertanyakan mengenai mencari uang.
Bertanya dengan sang ibunda malah membuatkan Salsa justru tak mendapat jawaban.
"Kamu tanya mengenai kerja kenapa, Salsa?"
"Salsa mau bantu bunda."
"Salsa sayang anak bunda, dengarkan lagi. Bunda sama sekali tidak ingin Salsa terganggu belajarnya."
"Enggak kok bunda, Salsa enggak merasa terganggu."
"Iya bunda tahu niat Salsa untuk membantu bunda, tapi bunda hanya ingin Salsa rajin belajar saja. Itu sudah lebih baik."
Tak dapat menjadikan semangat malah membuat Salsa kepikiran. Dia pun beranggapan jika kebohongan terpaksa dilakukan. "(Maafkan Salsa, bunda. Salsa harus kerja tanpa sepengetahuan bunda, Salsa tidak mau bunda kerja sendirian.)"
Sejenak membantu bunda berjualan hasil sayur di ladang, Salsa yang berpikiran ingin bekerja dia pun menuju ke rumah juragan ladang itu.
Dengan sedikit memberanikan diri tetap saja membuat Salsa hendak memencet tombol bel malah menjadikan dia lalu lalang saja.
Hati penuh keraguan malah membuat Salsa justru kepergok pekerja lain di sana. Anak kecil itu pun menjelaskan jika ia ingin bekerja dan mengumpulkan uang.
Salsa yang dianggap anak bawah umur maupun juga tidak bisa apa-apa hanya ditertawakan, tetapi dengan hal begitu dia justru mengambil sapu didekatnya dan memberikan contoh jika keseriusan itu ada.
"Saya bisa bersih-bersih kok, Salsa juga bisa menyapu terus mengepel dan semuanya Salsa bisa."
"Oke, oke, oke. Om mengerti jika kamu begitu semangat, tapi usia kamu itu masih belum cukup umur dan yang ada nanti om sama tante-tante di sini dimarahi orang tua kamu."
"Salsa mohon, Salsa pengen bantuin bunda."
Tidak ada yang bisa dilakukan lagi untuk mencari uang. Salsa terus saja memberikan tampang memelas dan sedikit menunduk.
Sebuah pengharapan itu pun langsung terwujud, tetapi ketika juragan datang Salsa dimintai pertanggung jawaban lain sebelum dia diterima bekerja.
"Kamu anaknya tukang ladang tadi kan, mau apa kamu ke sini? Mau cari gara-gara lagi sama saya?"
"Tidak om, Salsa hanya ingin kerja. Om tadikan minta bunda bertanggung jawab, ya Salsa mau ikut bertanggung jawab."
"Tahu apa kamu? Sudah sana pergi!"
"Om, beri Salsa pekerjaan. Memang Salsa masih kecil tapi Salsa bisa menyapu, Salsa juga bisa mengepel. Salsa mohon."
"Enggak, enggak bisa. Kamu itu sudah membuat anak saya terluka, belum juga ladang kamu cabutin tanamannya bikin rugi. Eh nanti yang ada berantakkan kerjaan saya."
Dengan percaya diri yang penuh telah membuat Salsa juga terus saja memohon dan akhirnya pun diizinkan.
"Oke, oke. Kamu boleh bekerja di sini, tapi dengan syarat kamu tidak boleh membuat ulah dan satu lagi kamu harus akur dengan anak saya."
"Iya, Salsa akan menurut dan tidak menakal lagi. Salsa janji, Salsa janji."
"Sudah enggak usah berlebihan, sekarang kamu sama om itu dan bantu dia untuk membersihkan ruangan. Ingat baik-baik, kamu tidak diberi upah sampai ibu kamu melunasi apa yang sudah dia perbuat. Kalian berdua harus bertanggung jawab, setelahnya baru kalian dapat upah."