Chereads / SEBATAS KONTRAK TERTULIS / Chapter 5 - Mustahil

Chapter 5 - Mustahil

Niatan datang menuju ke tempat kerja tentu tak lain dan tak bukan ialah memberitahukan kabar ke ibunda maupun juga bekerja.

Dirinya yang sedang mengerjakan tugas lainnya itu pun dipanggil oleh sang bos.

Salsa sama sekaili tidak tahu jika kabar yang diberikan telah membuat dia kaget maupun tercengang.

"Ibunda kamu sudah beberapa waktu yang lalu pulang, ya katanya mau ke sekolah kamu.Ya katanya juga sih mau lihat kabar kelulusan kamu, jadi ya saya izinkan."

"Bapak yakin?"

"Iyalah yakin, mana mungkin saya berbohong? Apa gunanya saya berbohong ke kamu?"

Gadis itu pun juga berpamit untuk segera pulang, dia sangat tahu bahwa kemungkinan saja sang ibunda menunggu di sekolah.

Berlari dan terus berlari bahkan dengan nafas yang tersengal-sengal masih membuatkan Salsa mencari sang ibunda tidak ada di sana.

Panik akan bagaimana mencari sang ibunda lagi malah bertemu dengan sosok pria sebelumnya.

"Kamu kenapa?"

'Tidak apa."

"Sebentar, ini ada minuman bisa kamu teguk. Aku sama sekali belum minum kok, tenang saja."

"Terima kasih."

Minuman itu diteguk hingga habis, semua yang diambilkan garuk-garuk kepala ditambah clingak-clinguk.

"Kamu ini cari apa sih?"

"Bunda."

"Lah bunda kamu di mana? Oh iya, kamu ada fotonya ya barang kali saja aku bisa bantu."

Menyodorkan sebuah foto kecil di dompet ada nama maupun kenangan masa kecil.

Sang ibunda yang bernama Ning maupun dirinya bernama Salsa jelas keberadaannya.

"Ya sudah Salsa, sekarang kamu coba cari sebelah sana dan aku coba cari sebelah situ. Nanti apapun hasilnya kita ketemu lagi di sini."

"Iya, kak."

Pencarian pun dilakukan bahkan juga diantaranya Salsa tidak mau menyerah akan pencarian ini.

Sebuah kabar bahagia itu harus disampaikan namun yang datang hingga sore hari belum juga menemukan sang ibunda.

"Huh, bunda ke mana? Masak bunda meninggalkan aku sendirian? Aku ingin beri kabar ke ibunda mengenai kabar bahagia, tapi kenapa bunda enggak muncul begini?"

Kewalahan sang ibunda bahkan diantaarnya sangat terdiam dalam duduk.

Sosok laki-laki tinggi putih bening pun kembali di tempat yang sudah dijanjikan.

Salsa sangat mengharapkan jika orang tersebut datang akan memberikan kabar baik.

"Gimana, kak?"

"Hasilnya nihil, tapi katanya ada orang habis tabrakan di area sana."

"Hah, apa? Tabrakan, di mana?"

"Mau aku anter? Ayo, tapi sebentar kita pakai sepeda motorku!"

Salsa pun menaiki motor laki-laki itu untuk mencari sang ibunda, dia benar-benar resah dan bahkan tidak tahu harus bagaimana lagi.

Tiba di tempat kejadian, dia benar-benar melihat ada garis polisi dan datangnya mencoba untuk bertanya denagn orang yang kemungkinan mengetahui akan keberadaan sang ibunda.

Omong punya omong pun benar saja jika tadi ada kecelakaan dan betapa terkejutnya jika salah satu korban tewas di tempat.

"Maaf sebelumnya, bu pak. Tadi apa benar di sini ada kecelakaan?"

"Iya, benar dik. Tadi ada kecelakaan di sini, tapi pelakunya justru melarikan diri."

"Hah, terus korbannya di mana?"

"Ya dua orang korbannya di bawa menuju ke rumah sakit terdekat di sini."

Dia benar-benar gemetar dan bahkan meminta pria di sampingnya bergegas untuk menuju ke rumah sakit.

"Kak, kita ke rumah sakit terdekat di sini ya? Sekarang!"

"Iya."

"Cepat ya kak? Tolong."

"Iya kamu pegangan sekarang, kamu pegangan yang kuat kita ke sana."

Mengarahkan ini Salsa terus saja bingung, dia berkeringat dingin dan bahkan tiba di rumah sakit langsung berlari menuju ke ruangan resepsionis.

Dengan mempertanyakan korban kecelakaan tentu ada dua orang diantaranya telah meninggal tentu semakin membuatkan dia cukup sulit akan di mana sang ibunda.

"Kamu tenang dulu, jangan panik. Ya memang saya tahu pasti pikiran kamu kacau, tapi itu semua sama sekali tidak bisa membawa penyelesaian namun semakin rumit."

"(Tuhan, semoga saja ibunda baik-baik saja. Salsa mohon.)"

Dia kembali berlari menuju ke ruang UGD dan bahkan diantaranya sampai di sana masih mengambilkan diperiksa lebih lanjut oleh dokter.

Di ruang tunggu, Salsa yang tidak tenang itu pun mondar-mandir dan berharap jika di dalam ibunda baik-baik saja.

"Em, maaf. Kamu duduk dulu saja, maaf kalau lancang."

"Iya, kak."

"Maaf sekali lagi, saya Fajar. Ya panggil saja nama, ya kemungkinan usia kita tidak jauh berbeda. Tapi, Fajar harap juga ibunda kamu baik-baik saja."

"Amin."

Dokter belum juga keluar dari ruang pemeriksaan bahkan diantaranya hati Salsa sudah cukup tak menentu, bahkan diambilkan keluarnya pun membuat nafas sedikit lega.

"Dokter, gimana dengan kondisi ibunda saya? Beliau baik-baik saja kan, dokter? Jawab dokter, jawab!"

"Maaf sebelumnya, pasien saat ini belum sadarkan diri dan terlebih lagi akibat luka bakar hebat yang mengenai wajahnya masih menjadikan kita pihak medis mencoba mengobatinya."

"Luka bakar? Astaga bunda."

Salsa tak sanggup menahan kabar berita dari dokter, dia yang semula berdiri sempurna telah pingsan di tempat.

Dibawa menuju ke ruangan dan diberikan pertolongan pertama pun masih mengarahkan dia sama sekali belum sadar.

Beberapa menit datangnya akan kesadaran telah mengambilkan Salsa terus saja mengigau nama sang ibunda.

Dia yang bergegas bangun dari ranjang itu pun bergerak ingin memastikan menuju ke UGD.

"Kamu mau ke mana?"

"Saya mau lihat kondisi bunda sekarang, saya sangat khawatir dengan kondisi ibunda saya."

"Salsa, kamu tenang dulu. Kamu masih sangat lemah sekarang, tunggu saja jika kondisi kamu sudah membaik."

"Maaf kak tidak bisa."

Salsa pun dengan keras kepala memaksa menuju ke UGD.

Dia seketika langsung dihentikan untuk tidak masuk, jiwanya benar-benar meronta jika semua dianggapkan sebuah mimpi.

"Maaf, selama pemeriksaan belum bisa dikunjungi terlebih dahulu."

"Tapi saya anaknya suster, saya mohon untuk kali ini saja jika saya ingin masuk dan bertemu dengan bunda saya."

"Sekali lagi maaf, selama pemeriksaan mengenai autopsi pasien belum bisa dijenguk terlebih dahulu."

Hatinya cukup menangis pedih, Salsa yang seketika duduk di ruang tunggu itu menutup wajahnya dengan kedua tangan.

Dia benar-benar sama sekali tidak ingin jika mengenai kesedihan diperlihatkan oleh siapa saja.

Perempuan yang tengah menangis saat ini telah berusaha dihibur oleh laki-laki yang mengantarnya.

"Em, maaf sebelumnya. Fajar sama sekali tidak bermakud menggangu, tapi saya harap kamu yang kuat menghadapi ini."

"Saya, saya sama sekali tidak bisa menerima ini semua. Andaikan saja jika mengenai ini saya sendiri yang menerimanya bukan malah ibunda."

"Salsa tidak boleh begitu, semua yang ada itu bergantung pada takdir. Ya kita yang berada di sini itu tidak bisa menyalahkan Tuhan atau hal lainnya, tetapi cobalah untuk memilihkan berdoa agar semuanya bisa baik-baik saja. Ya pesan Fajar hanya itu, kamu harus kuat."