Chereads / SEBATAS KONTRAK TERTULIS / Chapter 10 - Tamu Kebesaran

Chapter 10 - Tamu Kebesaran

Kepala terasa sangat menyakitkan dan bahkan usahanya mencari obat yang biasa dikonsumsi mendadak hilang tidak tahu ke mana.

Salsa yang sudah merasa kesakitan itu tidak sanggup menahan.

'Brukk!'

Terdengar cukup keras dia terjatuh membuatkan tak sadarkan diri lagi.

"Fajar, Fajar, Fajar!"

Sebuah teriakkan dari luar tentunya tidak membuat Salsa tahu dan bahkan datangnya seorang wanita telah mengarah di mana orang tergeletak.

"Siapa dia apa jangan-jangan dia maling?"

Wanita itu pun mencoba membangunkan dengan menyenggol-nyenggol tubuh Salsa menggunakan kaki.

Salsa yang tersadar telah membuatkan masih sakit kepala dan juga dia justru bertanya dengan siapa wanita di hadapannya kali ini.

"Maaf, ibu ini siapa ya?"

"Saya ini nyonya besar di rumah ini, lancang sekali kamu main tidur di kamar anak saya. Keluar, keluar sekarang!"

"Maaf, bu. Saya tidak ada maksud."

Wanita yang tidak mau mendengar penjelasan justru telah menyeret Salsa untuk keluar dari kamar.

Dengan merasa dirinya sangat tak disukai telah berulang kali memohon maaf.

Nyonya kebesaran sama sekali tidak cukup terima dan memilih untuk berdiam saja.

"Saya memohon maaf kepada ibu, saya benar-benar tidak bermaksud untuk mencuri atau hal yang lainnya. Tolong, tolong jangan bawa saya ke kantor polisi."

"Mana ada maling mau mengaku? Yang ada nanti penjara akan penuh, berdiri kamu. Berdiri dari hadapan saya, berdiri!"

Tidak ada kata berhenti untuk Salsa selama dia belum mendapatkan apa yang dimau.

Bahkan diantaranya sang penolong yang baik hati telah pulang dan melihat akan Salsa masih bersujud di hadapan nyonya besar.

"Mama, sejak kapan mama pulang?"

"Bukan kamu yang seharusnya bertanya, tetapi seharusnya mama yang bertanya. Siapa perempuan ini, apa dia pencuri atau jangan-jangan?"

"Apa sih, ma? Aku sama sekali tidak rela jika mama bicara seperti itu ke dia. Salsa, ayo kamu bangun sekarang."

Fajar telah berusaha membantu Salsa untuk berdiri namun yang datang justru mamanya sangat marah.

"Kamu ini apa-apaan sih, Jar? Kamu tahu, tangan kamu terlalu sempurna untuk memegang tangan anak miskin ini."

"Stop, stop saying that to her!"

"Kamu membentak mama, Jar? Sejak kapan kamu berubah seperti ini? Oh jangan-jangan cewek miskin ini yang mempengaruhi kamu sekarang, astaga mama benar-benar tidak habis pikir dengan kamu."

Salsa berusaha bangun dan juga berpamitan dari mereka, tetapi Fajar yang sama sekali tidak iklhas malah mengerahkan untuk perempuan itu bertahan di rumahnya.

"Jika kedatangan saya telah membuat kekacauan, Salsa lebih baik pergi dari sini. Terima kasih kak Fajar, terima kasih bu. Saya permisi dulu."

"Ya bagus kamu sadar diri, sana pergi dan jangan kembali lagi di sini!"

Fajar pun berteriak. "Tunggu!"

Fajar pun telah meminta Salsa untuk kembali dan tidak meninggalkan rumahnya.

Tak bisa untuk pergi seenaknya tentu Salsa ditahan kali ini di rumah dan juga mengenai dia hari ini ingin bertemu dengan sang ibunda justru ditahan juga.

"Kamu sama sekali tidak boleh pergi dari rumahku, memang mama aku ada di rumah ini. Tapi, sesuai dengan kesepakatan kamu bekerja di sini dan mengikuti akan apa perintah bos. Bos di sini aku dan bukan mama aku."

"Fajar!"

"Maaf, ma. Fajar itu juga memiliki kebijakkan dan tidak selamanya semua diatur mama sekarang, kalau mama sama sekali tidak suka. Mama boleh kok pergi dari sini."

Salsa semakin tidak enak hati dengan apa yang dilakukan oleh laki-laki itu, sedangkan dia yang justru menangis membuat pergi dari sana karena semakin merasa tak nyaman.

Menuju ke dapur dengan perasaan tidak nyaman tangan Salsa cukup bergetar kuat.

Dituangkan air putih ke gelas malah yang ada justru tertumpah ke lantai.

"Ya ampun, mbak Salsa. Mbak kayaknya masih kurang enak badan, lebih baik mbak istirahat saja dan biar bibi yang melanjutkan."

"Sudah, bu. Salsa baik-baik saja kok, lagian juga ini sudah hal biasa."

"Ya sudah pelan-pelan ya, mbak. Takutnya nanti gelasnya pecah dan justru kena."

"Iya."

Baru juga diberitahu untuk pelan-pelan namun yang datang serangan sakit kepala.

Teko berisikan air minum itu telah terjatuh dan bahkan juga mengambilkan Salsa ingin membersihkan.

Awalnya tidak menjadikan apa-apa, tetapi nyonya besar justru marah-marah.

"E eh, kok jadi lautan begini ini rumah? Kamu lagi, kamu lagi. Memang kamu orang tidak tahu diuntung, diusir baik-baik enggak mau. Apa perlu mengundang polisi baru keluar?"

"Maaf ndoro, saya izin unuk membersihkan dulu."

"Siapa yang menyuruh kamu? Tidak ada yang menyuruh kamu untuk membersihkan, sekarang kamu buatkan saya jus jambu. Sekarang!"

"Tapi, ndoro?"

"Ini perintah, bukan main-main. Jika kamu masih mau bekerja silakan lakukan apa yang aku suruh."

Perempuan yang sangat lugu itu merasa segalanya memang salahnya, tetapi sekarang semua telah mengarahkan untuk membersihkan dengan tisu.

Sedangkan dia yang sudah berhati-hati dalam memberikan terbaik tetap saja saja salah.

"Aw!"

Tangan kanan Salsa itu justru diinjak menggunakan sepatu hells tinggi.

"Ups maaf, tidak tahu kalau ada sampah di bawah saya."

"(Ya Tuhan, kuatkan aku untuk menerima ini. Aku harus bertahan di sini untuk bunda, bunda membutuhkan banyak biaya sekarang. Mana mungkin gara-gara sepatu hak tinggi saja membuat aku menyerah. Enggak, enggak boleh aku begitu. Ayo, Salsa kamu harus semangat dan semangat pokoknya.)"

Dengan membersihkan minuman yang tertumpah telah membuat masalah baru.

Makanan yang baru selesai dimasak dan disajikan di meja makan tiba saja terlepeh.

"Huek, makanan apa ini? Enggak enak banget. Siapa yang bikin, kamu ya bi? Tumben banget rasanya asin begini dan ini apa lagi makanan kok kangkung, memang kita kambing apa? Ganti!"

Fajar yang berganti pakaian itu pun telah datang dan melihat kelakuan mamanya terlewat batas.

Makanan sudah dibuatkan dengan susah payah dan bahkan juga diantaranya tersaji dengan cukup rapi maupun menggiyurkan.

"Apa-apaan ini, apa yang mama lakukan? Mama melepeh makanan yang dibuat oleh Salsa? Astaga, tidak seharusnya mama melakukan ini."

"Kenapa, kamu belain dia? Seumur hidup mama, mama tidak pernah makan masakkan kampungan begini. Dan mama jijik maupun bisa buat sakit perut tahu enggak?"

"Maafkan saya, bu. Saya sama sekali tidak tahu jika sayur kangkung bisa membuat ibu sakit perut, biarkan saya ganti dengan makanan yang baru."

Salsa yang bangun dari membersihkan air itu telah berupaya untuk memasak lagi, tetapi datangnya justru nyonya besar sudah tidak bernafsu untuk makan.

"Tidak perlu, saya sudah tidak selera makan sekarang. Lebih baik kasih makanan itu ke kambing saja, makanan kambing kok dikasih ke manusia. Ya saya tidak level tentunya, cuih. Dasar kampungan!"