Jamuan makan telah siap maupun juga sudah dirasa cukup memuasakan.
Tapi, semua yang ada justru datangnya sebuah tamu kebesaran telah merubah segalanya.
Kedatangan mama dari Fajar membuat Salsa sama sekali tidak tahu jika masakkannya begitu asin dan tak bisa dimakan.
"Sudahlah, ma. Aku tidak mau mama seperti ini."
"Mama sama sekali tidak terbiasa makan, ya makanan kampungan seperti ini. Bisa jadi sakit perut."
Dalam hati seorang perempuan di tengah keluguan tentu saja bagaikan teriris-iris.
Mencoba untuk bertahan maupun kuat tentu dikerahkan saat ini.
Perempuan itu pun mencoba membereskan makanan yang ada di atas meja makan, tetapi adanya juga Fajar justru meminta untuk menghentikan.
"Lebih baik saya ganti saja makanannya kak, makanan ini tidak layak untuk ibunya kakak."
"Tidak, tidak begitu. Aku minta kamu jangan bereskan makannan ini, sekarang kamu duduk."
"Tapi, kak?"
"Aku minta kamu duduk Salsa, sekarang kamu duduk."
"Baik kak."
"Bagus."
Fajar pun kali ini giliran berdiri lalu menyediakan makanan untuk Salsa.
Semua yang diserahkan mengenai nasi maupun juga lauk sengaja diambilkan dan disajikan di atas piring olehnya.
"Kakak mau makan lagi?"
"Tidak."
"Lantas makanan itu, buat siapa?"
"Buat kamu, sudah sekarang kamu temani aku makan. Ini lauk kamu, pasti kamu suka dengan ini. Ada udang goreng tepung dan sayur kangkung, sekarang temani saya makan."
"Tapi, kak? Bagaimana jika nanti ibunya kakak melihat ini? Apa aku pantas makan di meja makan bersama kakak?"
"Kamu perempuan dan kamu juga manusia, semua tingkatan manusia itu derajatnya sama. Sekarang kamu makan, baru kamu ikut dengan saya."
Dia belum pernah makan dengan sendok maupun garpu, Salsa terbiasa makan dengan tangan.
Fajar yang melihat ini cukup menelan lidah dua kali, sedangkan Salsa terlihat sangat lapar dan bahkan bibirnya penuh belepotan nasi.
"(Perempuan ini lama-lama cantik, kasihan dia. Siapa sih yang tega menabrak ibunya dia? Benar-benar deh orang itu keterlaluan banget. Ah, apaan sih Fajar kamu ini? Ingat kamu sudah tunangan dengan Cinta. Jangan sampai keluarga mereka kecewa karena kamu dekat dengan Salsa.)"
Diamnya Salsa yang menikmati makanan tak terbiasa sembari berbicara telah membuatkan tangan laki-laki di dekatnya pun membersihkan nasi di bawah bibir.
Cukup reflek bagi perempuan itu menjaga dirinya dari apapun bentuknya para laki-laki.
Terlihat parasnya sangat lugu dan bahkan juga usai makan malah membuat segera mencuci piring.
"Aku tahu kamu sangat terhormat Salsa, tapi tidak perlu kamu begitu. Aku tahu caranya menjaga harga diri wanita, kamu tak perlu cemas aku apa-apakan kamu."
"(Salsa, ingat kamu ini hanya pembantu di rumah dan mana mungkin seorang majikan menyayangi kamu. Astaga ngomong apa sih aku ini.)"
Jalan apa yang ada Salsa justru sangat gugup karena dia merasa jika laki-laki bosnya memiliki kepribadian cukup baik.
Menyerahkan akan apa yang ada Salsa pun selesai membantu pekerjaan rumah, baik menyiapkan makanan maupun juga mencuci piring.
"Sudah selesai?"
"He he, sudah kak."
"Bagus, sekarang kamu ganti baju kamu dan ikut dengan aku."
"Kita ke mana, kak?"
"Sudah kamu tidak usah banyak tanya, sekarang ganti baju dan ikut."
"Baik, kak."
Menuju ke kamar untuk berganti baju malah ternyata nyonya besar rumah berada di kamar.
"Eh, siapa suruh kamu masuk ke dalam kamar anak saya? Lancang, keluar kamu!"
"Maaf, bu. Saya sama sekali tidak bermaksud masuk ke dalam kamar anak ibu, tapi...."
"Tidak ada kata tapi-tapian, sekarang keluar dari kamar ini. Keluar!"
Keributan terdengar dari luar dan bahkan Fajar terus memanggil namanya untuk segera datang.
Salsa memang datang tepat waktu tetapi dia belum juga berganti pakaian.
"Loh, kamu kok belum ganti baju? Tadikan aku minta kamu ganti."
"Iya kak, ini juga mau ganti."
"Sudah enggak bisa menunggu lagi, sekarang kamu ikut dengan aku sekarang. Semua enggak bisa terburu lagi."
Tangan Fajar pun meraih tangan Salsa yang cukup dingin.
Perempuan lugu itu juga tidak tahu akan ke mana sang bos mengajak.
'Clunting'
"Tunggu sebentar ada pesan."
(Percakapan dalam pesan)
Cinta : Sayang kamu kok lama banget sih? Aku sudah lama tahu menunggu ini
Fajar : Kamu sabar ya cintanya aku, aku sedang ada masalah ini
Cinta : Buruan ya? Aku ini sudah banyak keringat tahu, mana gerah sumpek ini
Fajar : Sabar ya, sekitar setengah jam lagi aku sampai
Cinta : Lama amat, buruan ke sini
"Sekarang kita berangkat."
Keduanya pun saling bergandengan tangan sampai di depan mobil, tetapi Salsa sangat bingung bagaimana membuka pintu.
"Kenapa kamu tidak masuk ke dalm mobil? Kita sudah telat ini, ayolah bantu cepat sedikit."
"Maaf, kak. Tapi?"
"Aduh Salsa, kalau aku makin telat yang ada nanti makin pusing tahu. Ayo buruan masuk!"
"Kak, kak Fajar enggak sadar ya? Maaf bukannya Salsa lancang sama kakak, tapi dari tadi itu tangan kakak genggam tangan Salsa. Terus gimana caranya Salsa mau membuka pintu mobil kalau tangan aku digenggam terus sama kakak?"
Fajar pun terkejut. "Hah, aku genggam tangan kamu? (Oh iya astaga, kenapa aku malah enggak kepikiran gini sih? Nahkan malu sendiri.)"
Karena tidak tahu harus melakukan apa ketika tangan sudah terlepaskan malah membuat Fajar masuk ke dalam pintu yang salah.
"Kak Fajar, maaf sekali lagi ini. Salsa sama sekali tidak bisa menyetir mobil, kalau kakak di sini. Terus yang menyetir siapa?"
"Ha ha, bego. Benar juga ya?"
"Kakak, aduh kak. Kakak ini panik beneran atau apa ya? Kalau kakak di belakang, gimana lagi? Aduh, Salsa beneran bingung sama kakak."
Situasi berubah menjadi sangat kocak, tetapi datangnya Fajar sangat gerogi pun membuat Salsa apa lagi.
Keringat dingin maupun juga merasa sangat gerah membuat dia semakin kacau.
"(Masak sih aku jatuh cinta sama kak Fajar? Tapi, kalau aku benar-benar jatuh cinta ya mana mungkin kak Fajar mau sama aku? Secara aku itu hanya pembantu.)"
"Salsa!"
"Iya, kak."
"Sebelum berangkat, aku mau minta tolong ambilkan kunci mobil di atas meja makan. Aku lupa membawanya."
"Iya kak."
Salsa pun kembali masuk ke dalam untuk mengambil anak kunci, sedangkan laki-laki yang di luar rumah itu justru mondar-mandir tidak jelas.
Perasaannya cukup gugup dan bahkan perasaan yang belum pernah dirasakan justru datang ketika datang seorang perempuan yang sangat lugu dan manis.
"Sadar, ayolah sadar Fajar. Mau ditaruh di mana tunangan kamu? Kenapa kamu cukup ceroboh sih? Dari genggaman tangan sampai salah masuk ke dalam mobil itu benar-benar gila, astaga Fajar. Mikirin apa sih kamu ini? Astaga, jangan sampai Salsa melihat aku begini."