Aku Madinah Almayra kerap dipanggil Dina atau Mae. Aku berusia 18 tahun. Sekarang aku sudah tamat di bangku SMA dan rencananya aku akan melanjutkan pendidikan di salah satu Universitas yang ada di kota Jakarta yaitu Universitas Garuda. Aku hidup di lingkungan keluarga yang sangat menyayangi ku dan selalu mendukungku. Ohiya, Ibu Ratih adalah nama Ibuku dan ayahku sendiri Pak Rahman. Aku merupakan anak tunggal dari pasangan suami istri tersebut. Keluarga kami sangatlah harmonis meskipun hidup yah serba dicukup-cukupkan tetapi kami tetap bersyukur dan sabar. Bapak ku Pak Rahman berprofesi sebagai guru honorer di salah satu sekolah dasar di kampung ku dan ibuku sendiri sebagai pedagang serabutan kadangkala menjual nasi kuning, gado gado atau apapun itu yang ia racik dengan tangannya sendiri. Tapi selain seorang pedagang ibu juga sebagai ibu rumah tangga yang selalu mengurus segala keperluan dan kebutuhan kami setiap harinya mulai dari pagi buta hingga kami terlelap kembali. Ahh kasih sayang ibu luar biasa dan tentunya Bapak juga dong. Heheh
"Bu, Mae bapak pergi yah. Bapak ada jadwal mengajar di jam pertama," ucap bapak kepada Ibu Ratih dan Mae putri satu-satunya.
"Iya Pak, bapak hati hati yah," jawab Ibu Ratih.
Terlihat Mae hanya melemparkan senyum dan pelukan seperti biasanya kepada Bapaknya.
Pak Rahman pun berjalan menuju teras dan menyalakan motor tua miliknya dan melaju dengan sangat pelan.
POV Ibrahim Devandra Widyanto
***
Ibrahim Devandra Widyanto merupakan salah satu anak konglomerat yang sangat terkenal karena kesuksesannya dalam dunia bisnis. Baim anak sulung dari pasangan suami istri Bapak Widyanto Pratama dan Ibu Megawati Kusuma Wardani. Baim memiliki adik lelaki yang bernama Bobby Devandra Widyanto. Bobby saat ini masih mengenyam pendidikan di bangku SMA ternama di Jakarta dan sebentar lagi melajutkan pendidikannya ke salah saatu Universitas terkenal yang ada di Jakarta yakni Universitas Garuda milik Ayahnya sendiri.
Sejak pagi tadi Ibrahim Devandra Widyanto atau kerap disapa Baim terlihat begitu gusar akibat tingkah sekretarisnya yang tidak becus mengurus segala jadwal meeting bosnya itu yakni Baim.
"Mayang kamu ini yah sangat tidak becus menghandle segala keperluan ku," ucap Baim dengan nada tinggi kepada Mayang.
"Maaf Pak Baim," jawab Mayang dengan perasaan bersalah.
"Mulai detik ini saya tidak mau melihat kamu di kantor saya," ucap Baim dangan membentak Mayang.
Mayang pun berjalan menuju ruangannya dan membereskan segala barang barangnya yang ada di meja dan bergegas keluar kantor milik Baim.
"Tok, tok, tok," suara ketukan pintu ruangan Baim.
"Eh mama, masuk mah. Ada apa?." Tanya Baim sembari masih memasang wajah kesalnya kepada sekretarisnya itu.
"Kamu yang ada apa, suara kamu tuh yah kedengaran sampai di luar. Mama ini heran kamu kok dikit dikit marah melulu sih kayak perempuan yang lagi menstruasi saja," ledek Bu Mega kepada Putra Sulungnya sembari tertawa.
"Mamaaaa Baim itu kesel sama sekretaris itu, jadi Baim pecat deh," jawab Baim dengan nada sedikit ketus.
"Ya udah, nanti mama yah yang cariin sekretaris buat anak ganteng Mama," imbuh Mama Mega kepada Baim sambil melemparkan senyum.
"Jangan lama-lama tapi," Jawab Baim.
"Okey sayang, percayakan hal ini kepada Mama. Mama bakal cariin kamu perempuan yang cantik, pinter, ramah dan rajin pastinya," celetuk Ibu Mega.
"Terserah mama aja deh," jawab Baim dengan suara pasrah.
POV SDN PERTIWI
***
Pak Rahman bergegas memasuki ruang guru dan duduk di kursi miliknya. Beberapa menit kemudian, bel berbunyi.
"Saatnya jam pertama di mulai. It's time to begin the first lesson," suara bel memenuhi sekolah.
Pak Rahman berjalan menuju ruang kelas 6 dan terlihat membawa buku tulis yang kemungkinan besar buku tulis milik siswa kelas 6 SDN PERTIWI.
"Assalamualaikum," ucap Pak Rahman kepada siswa kelas 6.
"Waalaikumussalam warahmatullahi wabaratuh," jawab siswa secara kompak dan penuh semangat.
Pak Rahman pun melemparkan senyum kepada siswa dan segera duduk di meja.
Pak Rahman pun memulai pembelajaran dan menjelaskan materi dengan penuh semangat. Tampak siswa begitu antusias dan serius menerima materi oleh Pak Rahman.
Beberapa menit kemudian, bel kembali berbunyi menunjukkan pergantian materi pelajaran. Pak Rahman merapikan seluruh perkakas pembelajaran dan keluar kelas menuju ruang guru.
POV Ibrahim Devandra Widyanto
***
Angga sebagai sahabat Baim dan juga sebagai manager di kantornya datang menghampiri Baim di ruangannya.
"Baim, makan yuk," ajak Angga kepada sahabatnya.
"Eh elu, ya udah ayo. Gue juga laperr nih," ujar Baim.
"Let's go," Ucap Angga.
Kedua sahabat itu berjalan menuju parkiran untuk mengambil mobi milik Baim. Mereka melaju ke restoran yang biasa mereka tempati. Tiba di restoran, Angga langsung memesan makanan favoritnya dan begitu juga dengan Baim. Makan siang itu begitu khidmat karena tidak ada percakapan seperti biasanya. Mereka fokus pada makanan masing-masing. Setelah makan siang usai, dua sahabat itu bergegas kembali menuju Kantor yakni Widyanto Group.
POV Madinah Almayra
***
Di kamar tidur, Mae sibuk Googling universitas yang cocok menurutnya menyediakan beasiswa dan bantuan lainnya. Tapi kini keputusannya hanya tertuju pada Universitas Garuda karena di universitas Garuda lah yang menyediakan berbagai jenis beasiswa. Mae segera membuka website Universitas Garuda dan melihat alur pendaftaran dari universitas tersebut.
"Astagaa, ternyata pendaftarannya sudah buka," Mae tampak kaget sambari memegang dahinya.
Mae segera mengumpulkan berbagai dokumen dan berkas berkas lainnya yang menunjang proses pendaftara itu. Setelah itu, Mae keluar rumah guna untuk mencari jasa scan dan printer.
Tiba di tempat jasa scan dan printer, Mae bertemu dengan teman SMA-nya yang kerap kali membullynya.
"Eh ada si Mae, keluarga miskin," kata Mayang kepada Mae.
"Hahahah, iya nih. Ngapain Mae loo kesini?," Tanya indah kepada Mae dengan wajah kesal.
"Oh ini Indah, mau ngescan berkas berkasnya aku," jawab Mae.
"Oh loe mau daftar juga, emang mampu apa. Dasar anak Miskin," ucap Mayang sambil mendorongnya tapi untungnya Mae tidak terjatuh ke tanah namun hanya tersandar ke tembok.
Mata Mae pun berkaca-kaca dan menggerutu kesal dalam hati.