Chereads / SEBUAH KISAH / Chapter 8 - Chapter 8

Chapter 8 - Chapter 8

***

POV Bobby Devandra Widyanto

Mengenakan kaos polos dengan outer jaket denim, Bobby keluar dari kamarnya berjalan menuju meja makan untuk sarapan bersama orang tua dan Baim kakaknya.

"Pagi ma, pa, bang Baim," sapa Bobby.

Dengan senyum dan kasih sayang yang tulus seperti biasanya, Ibu Megawati menyambut putra bungsunya dengan mengambilkan sarapan nasi goreng pada untuk di letakkan di piring milik Bobby.

"Kak Baim, sebentar lagi kan Bobby bakal semester 7 nih dan bakalan KKN gitu. Terus rencananya Bobby bakal magang di kantor Abang yah," ucap Bobby membuat Baim memalingkan wajahnya langsung ke Bobby.

"Kenapa harus di kantor, emang nggak ada tempat lain,?" Jawab Baim.

"Baim, kok ngomongnya gitu sih sayang", ucap Ibu Megawati kepada Baim.

Ucapan Bobby membuat mood Baim kini berubah. Bobby merasa dengan keberadaan adiknya di kantor itu hanya untuk bermain-main atau menggoda para staf dan pegawai.

"Maksud Baim mah, di luar sana kan banyak tempat, Baim kira kantor di luar sana akan nerima lo gitu," ucap Baim yanga masih bersikeras tidak ingin menerima adiknya magang di kantornya.

"Tapi Bang, apa kata orang gitu kalau Bobby magang di kantor mereka sedangkan Bobby sendiri punya kakak yang memiliki kantor yang luar biasa", jawab Bobby dengan wajah cengingisannya membuat dirinya tampak lebih lucu.

"Ya udah lah, Baim betul kata Bobby. Bagaimana tanggapan tanggapan orang diluar sana kalau tahu adiknya Baim Devandra Widyanto magang di kantor orang lain. Pasti kamu juga akan merasa tidak enak dengan perkataan-perkataan orang di luar sana sayang", jelas Ibu Megawati kepada Baim.

Kini Baim tertunduk pasrah dan menyelesaikan makanannya padahal masih banyak. Mendengar perintah ibunya, Baim mengizinkan Bobby untuk melaksanakan magangnya di kantornya. Baim adalah anak yang selalu tunduk terhadap orang tuanya apalagi ibunya.

"Baiklah, lo boleh magang kapan saja," ucap Baim sebelum meninggalkan meja makan.

Pak Widyanto kini memperingati putra bungsunya agar bersungguh sungguh seperti kakaknya, "Bobby kamu harus serius sayang. Kalau magang nanti jangan pernah membuat onar ataupun melakukan tingkah yang membuat abangmu malu yah," Jelas Pak Widyanto kepada Bobby.

"Pasti dong Pah, Bobby janji deh sama Papa dan Mama Bobby bakal nurut dengan yang diperintahkan Abang Baim kepada Bobby," jawab Bobby.

"Ia sayang kamu harus serius yah," ucap ibu Megawati.

Kini Bobby meninggalkan ruang makan dan pamit kepada orang tuanya untuk berangkat ke kampus.

"Kamu hati-hati yah sayang," ucap Ibu Megawati.

"Iya mah pah," jawab Bobby.

***

POV Kediaman Keluarga Pak Rahman

Pagi itu ibu Ratih tengah sibuk di dapur. Ibu Ratih memasak bubur untuk suaminya pak rahman. Selain memasak bubur ibu ratih juga memasak obat herbal untuk pak Rahman. Setelah memasak ibu Ratih menyiapkan masakannya untuk di bawah ke kamar tidur mbak Rahman. Tiba di kamar ibu Ratih mencoba membangunkan suaminya namun hasilnya nihil karena apa Rahman belum menyadarkan diri. Hal tersebut makin membuat ibu Ratih merasa khawatir.

Kini ibu Ratih kembali ke dapur dan mengerjakan pekerjaan lainnya seperti mencuci. Setelah mencuci beberapa lembar pakaian tiba-tiba terdengar ketukan pintu dari luar rumah. Ibu Ratih kini bergegas menuju ke ruang tamu dan mengecek siapa yang datang mengunjungi rumahnya itu.

" assalamualaikum," ucap pak Anto yang merupakan saudara dari pak rahman.

" wa'alaikumussalam," jawab ibu Ratih.

Pak anto merupakan saudara kandung dari pak Rahman yang tinggal di sebuah kota besar dimana kota besar tersebut tempat Madinah Almayra mengenyam pendidikan nya yakni di Universitas Garuda.

Ibu Ratih langsung mempersilakan pak Anto untuk duduk karena ibu Ratih benar-benar paham perjalanan yang ditempuh oleh pak Anto lumayan jauh sehingga pasti sangat melelahkan bagi Pak Anto.

" Rahman apa kabar ? dimana dia?,"tanya pak Anto kepada ibu Ratih.

Belum menjawab pertanyaan dari pak Anto ibu Ratih sudah meneteskan air mata karena kondisi yang dialami oleh suaminya.

"kamu kenapa ratih ada apa dengan rahman," tanya Pak Anto.

Mendengar pertanyaan dari pak Anto ibu Ratih tak mampu menjelaskan panjang lebar kondisi suaminya itu. ibu Ratih hanya menunjuk kamar tidurnya, dan berkata kepada pak anto bahwa "kamu bisa melihatnya di kamar tersebut."

Pak Anto kini berjalan menuju kamar tidur yang ditempati oleh pak Rahman terbaring lemah. Tiba di kamar pak Anto shock melihat saudaranya berbaring tak berdaya. Pak Anto duduk bersimpuh di dekat ranjang tidur pak Rahman. Pak Anto memegang tangan dan juga dahi pak Rahman. Pak Anto juga mencoba membangunkan Pak Rahman namun hasilnya tetap nihil. Pak Rahman belum saja bangun dari tidurnya.

"Ratih kenapa dia seperti ini, apa sudah lama dia sakit," Tanya pak Anto kepada ibu Ratih.

" Sudah hampir seminggu kak bapak Mae seperti ini. Sudah hampir dua hari ini dia tidak sadarkan diri," jelas Ibu Ratih.

"Lalu mengapa kamu tidak memberi kabar kepada kami, dan juga Mae apakah di sudah tahu kalau bapaknya sedang sakit" tanya Pak Anto.

" iya kak kami sudah memberikan informasi kepada Mae mungkin Mae masih memiliki banyak urusan di kampus jadi sampai saat ini belum datang," jawab Ibu Ratih.

Ibu Ratih kini menjelaskan kenapa pak Rahman bisa seperti ini. ibu Ratih menjelaskan bahwa "Pak Rahman sepertinya sangat rindu kepada putri semata wayang nya karena ketika di awal sakitnya Pak Rahman selalu menyebut nama anaknya Madinah Almayra," jelas Ibu Ratih.

Mata pak Anto ini tampak berkaca-kaca seperti ingin meneteskan air mata akibat mendengarkan cerita dari ibu Ratih. pak Anto sangat menyayangkan sikap dan perilaku yang dilakukan oleh Mae kepada bapaknya Pak Rahman.

***

POV Bobby Devandra Widyanto

Tiba di kampus bobby langsung memarkirkan mobil sport nya. Seluruh mata khususnya mahasiswi tertuju pada Bobby Devandra Widyanto. Pesona yang dimiliki oleh Bobby tak bisa dipungkiri apalagi kendaraan mewah yang digunakannya menjadi nilai plus untuk Bobby.

Bobby kini berjalan menuju ruang kelasnya karena sebentar lagi kuliahnya akan dimulai.

"Woy, makhluk sok ganteng," teriak Andi teman Bobby.

Bobby pun langsung balik badan setelah mendengar teriakan oleh temannya, "ngapain lo teriakin gue kayak gitu. emang gue ganteng nggak ada tandingannya lagi," jawab Bobby dengan nada sombongnya namun juga disertai dengan candaan.

"Oh iyayah, mata gue nih sedikit bermasalah," ucap Andi.

Bobby dan Andi kini berjalan bersama menuju ke kelasnya. Sesekali mereka tertawa terbahak-bahak karena lelucon yang dilakukannya. Mereka berdua adalah dua teman yang mirip dari tingkah lakunya, sama-sama memiliki humor yang tinggi.

Di ruang kelas, Bobby kembali bertingkah karena menggoda teman sekelasnya yang bernama Indah Ramadani Putri. Indah memang merupakan gadis incaran Bobby semenjak siswa baru hingga sekarang mereka semester 6.

Indah yang sedang asyik nongkrong di pojok bersama temannya, namun tiba-tiba terhenti setelah mendengar namanya disebut oleh seorang lelaki yang tak lain adalah Bobby.

"Indah, ngedate yuk," ajak Bobby kepada Syifa.

Tatapan sinis disertai senyum kecut Indah menjawab, "no thanks."

Kelas kembali heboh setelah Indah menolak ajakan ngedate dari Bobby menjadikan Bobby makin merasa tertantang dan penasaran dengan Syifa. Bobby benar-benar mengaku bahwa Indah adalah gadis pertama yang sangat sulit ia taklukan.

Mendengar jawaban dari Indah yang menolaknya mentah-mentah secara terang-terangan membuat Bobby naik pitam.

Bobby langsung menghampiri Indah hingga Indah kaget dan langsung berdiri dari tempat duduknya. Bobby mencekal Indah dengan kedua tangannya hingga Syifa tak mampu bergerak meninggalkan tempat dimana ia berdiri.

Wajah keduanya tampak begitu dekat membuat nafas Indah mampu dirasakan oleh Bobby dan begitupun sebaliknya. Namun tiba-tiba saja, Bobby memegang wajah Indah dengan kedua tangannya dan langsung mendaratkan bibir Bobby kepada dahi milik Indah.

Kejadian itu berlangsung beberapa detik, hingga Indah sadar dan menepis kedua tangan Bobby. Namun, Bobby tetap menahannya dan mengatakan sesuatu kepada Syifa bahwa "Gue nggak bakal lakuin hal lain sebelum loe nyetujuin gue untuk melakukannya sendiri," ucap Bobby dengan berbisik di telinga Indah.

Perkataan Bobby membuat Indah merinding. Teriakan dan ledekan teman sekelas mereka membuat Indah sadar dan merasa malu terhadap apa yang dilakukan oleh Bobby kepada dirinya. Kini Indah berlari keluar dari kelas meninggalkan ledekan dan teriakan oleh temannya.

Berbeda dengan Indah, Bobby hanya tersenyum dan merasa menang terhadap tingkahnya kepada Indah. Melihat Indah berlalu dengan cepat, Bobby bahkan masih sempat-sempatnya teriak dan berkata "Indah gue tunggu lo di cafe dekat kost lo jam 8," ucap Bobby.

Mendengar teriakkan oleh Bobby, Indah hanya menghiraukan dan pergi bersama teman-temannya.