Chapter 13
Hampir dua pekan sudah Mae di kampung halamannya dan kondisi Pak Rahman ayah Mae sudah tampak pulih kembali. Kesehatan Pak Rahman pula kini berangsur membaik sejak kedatangan putrinya Madinah Almayra.
Suasana pagi di desa Sukamaju begitu sejuk, sehingga masyarakat begitu gemar mengonsumsi makanan dan minuman hangat untuk menghangatkan badan. Keluarga kecil ini Pak Rahman, Ibu Ratih dan Mae tengah menikmati gorengan pisang dan teh hangat di ruang tamu. Pak Rahman membuka obrolan pada putrinya.
"Mae gimana kuliahnya sayang?" Tanya Pak Rahman.
"Alhamdulillah lancar kok Pak," ucap Mae dengan perkataan bohong.
Tiba-tiba saja Pak Rahman menanyakan hal tentang mengapa beasiswanya bisa dicabut.
"Beasis Mae kok di cabut? Kenapa yah?" Tanya Pak Rahman.
Mendengar pertanyaan tersebut, Mae merasa kaget dan bingung jawaban apa yang harus ia katakan kepada orangtuanya.
"Mungkin pemerintah sudah menghapus Pak, jadinya Mae dah nggak terima," kata Ibu Ratih mengeluarkan jawaban dugaan.
Mendengar perkataan ibu Ratih, Mae merasa selamat terhadap jawaban itu.
"Bener bangett Bu, Pemerintah sudah menghapus kebijakan itu. Jadinya beberapa mahasiswa yang nerima beasiswa kayakn Mae dulu yah harus berhenti kuliah karena merasa kesulitan Pak Bu," jelas Mae.
"Oh begitu yah Nak," pungkas Pak Rahman.
Mae kemudian memberi informasi kepada Orangtuanya untuk keinginannya kembali ke kota.
"Bapak, besok lusa Mae berangkat ke kota lagi yah, libur Mae sudah mau berakhir dan Mae mau ngurus administrasi di awal kuliah" kata Mae.
"Looooh, kok tiba-tiba sih sayang. Rindu Ibu belum tuntas nih," ucap Ibu Ratih sambil melemparkan senyum kepada putrinya.
"Ibu mah gitu, ini kan untuk kebaikan Mae juga Bu," jawab Mae dan beranjak memeluk ibunya.
"Benerr tuh Bu, ini kan untuk kebaikan putri kita," kata Pak Rahman yang juga beranjak dari kursinya dan ikut memeluk Putri dan istrinya.
"Iya-iya deh. Iyain aja. Jadi lusa Mae berangkat?" Tanya Ibu Ratih.
"Iya Bu, Mae berangkat lusa yah," jawab Mae.
Mendengar jawaban Mae, Ibu Ratih hanya bisa pasrah. Kemudian Pak Rahman mengajak Mae dan Ibu Ratih untuk melihat semua jenis tanamannya yang ada di kebun.
"Kita ke kebun Yuk," ajak Pak Rahman.
"Ayukkkkkkk," pungkas Mae dan beranjak meninggalkan tempat duduknya.
***
POV Ibu Megawati Kusuma Wardani
"Lusa nanti Mama mau ke terminal nih jemput Tante Ria dari kampungnya, Baim temenin mama yah," Kata Ibu Megawati mengajak putran Baim.
"Berarti selasa yah mah?" Tanya Baim.
"Iya Im, kita bareng yah. Soalnya mama sudah ajak Bobby, tapi kata Bobby dia ada kuliah. Jadi Mama ajak Baim yah. Mau yah sayang." Jelas Ibu Megawati.
Baim yang sedang duduk di ruang keluarga sambil menonton TV tengah memikirkan ajakan Ibunya.
"Ya udah deh Mah, nanti Baim yang temenin mama," kata Baim.
"Gitu dong sayang," kata Ibu Megawati.
Ibu Megawati kemudian duduk di dekat Baim sembari memegang handphonenya dan membuka galeri untuk memperlihatkan foto seorang wanita kepada putranya Baim.
"Im, lihat deh ini namanya Nanda anaknya Tante Suci. Dia cantik kan. Sekarang tuh dia masih kuliah, sudah semester akhir loh Im," jelas Ibu Megawati.
Di foto tersebut seorang wanita mengenakan pakaian cukup terbuka sehingga membuat Baim langsung melongo ketika melihatnya.
"Cantik kan?" Tanya Ibu Megawati.
"Gimana Im?" Tanya Ibu Megawati untuk kedua kalinya.
"Hah, cantik mah. Cantik kok," jawab Baim dengan keadaan terpaksa.
"Emang cantik anak ini. Nanti Mama ajak dia yah ke rumah supaya Baim bisa lihat langsung," kata Ibu Megawati.
"Hah, nggak usah mah. Nanti Baim ketemu dia yah," tolak Baim secara halus ke ibunya.
Mendengar jawaban Baim, Ibu Megawati senyum senyum sendiri karena mendengar penolakan secara halus oleh Putranya.
Ibu Megawati dan Baim masih saja melangsungkan obrolannya dan tiba-tiba Pak Widyanto datang menghampiri mereka dengan membawa sebuah paket yang tak tahu berisikan apa dan berasal dari siapa.
"Baim, ini ada paket Papa ambil di pos satpam," Ucap Pak Widyanto.
Mendengar perkataan Ayahnya, Baim merasa bingung karena dirinya tak pernah memesan apapun.
"Lohhh, kok bisa sih Pah. Baim nggak pernah mesen apapun Pah Mah," jelas Baim.
Ibu Megawati pun mengambil paket yang dipegang oleh Suaminya dan segera ingin membukanya karena rasa penasarannya yang begitu besar pada paket yang tak ditahu asal usulnya.
"Sini Pah, biar mama yah buka," Pungkas Ibu Megawati.
Pak Widyanto segera memberikan paket tersebut kepada istrinya. Ibu Megawati kemudian membukanya dan kaget ketika melihat isi dari paket itu.
"Ada apa Mam, Pah?" Tanya Baim yang merasa penasaran mendengar ibunya.
Paket yang dibawa oleh Pak Widyanto itu ternyata berisikan sebuah foto Baim bersama seorang perempuan yang tampak begitu mesra berada di ruangan kantornya sendiri. Perempuan tersebut tak lain ialah Syifa Anastasia Putri sekretaris Baim sendiri.
Ibu Megawati langsung melayangkan pertanyaan beruntun kepada putranya, karena di foto itu Baim terlihat sangat mesra dengan wanita yang ada di foto.
"Baim ini siapa?" Tanya Ibu Megawati.
"Iya Im, ini siapa atuh? Cantik yah Mah," tambah Pak Widyanto.
Mendengar perkata suaminya yang memuji wanita difoto, Ibu Megawati langsung jengkel karena tidak sesuai dengan yang ada dipikirannya sendiri.
"Apanya yang cantik, wanita dengan pakaian kurang kain seperti ini dibilang cantik. Dihhhh, apa-apaan papah ini," ucap ibu Megawati merasa kesal.
Menden ibunya yang kesal, Baim langsung menjelaskan bahwa kejadian itu tidak sesuai dengan yang dipikirkan oleh kedua orangtuanya.
"Mah ,Pah foto itu nggak seperti yang mama papa pikirkan kok. Ini sekretaris Baim mah. Dia itu temannya Angga. Nggak tahu kenapa Angga bisa nemuin wanita kayak gitu terus langsung ngejadiin dia sekretarisnya Baim," Jelas Baim.
"Jadi tuh wanita emang selalu make pakaian gitu Mah Pah," tambah Baim agar Mamanya tidak kebingungan dan bertanya-tanya lagi.
Baim pun merasa kesal, entah siapa yang telah melakukan hal iseng pada dirinya. Dan akhirnya Baim langsung berfikir bahwa sahabatnya Angga yang telah melakukan hal itu padanya.
"Awas looo Angga, tunggu pembalasan gue," ucap Baim membatin.
Setelah menjelaskan kepada Orangtuanya mengenai foto, Baim meninggalkan ruang keluarga dan bergegas menuju kamarnya.
"Mah, Pah Baim naik yah ke kamar," Pamit Baim.
Ibu Megawati hanya melemparkan senyum kepada Baim menandakan bahwa ia menyetujuinya. Ibu Megawati dan Pak Widyanto tertawa melihat tingkah anaknya karena sudah tahu siapa pelaku dari paket yang tak di kenal ini. Dan pengirimannya sudah pasti Angga Aldivano sahabat Baim Baim.
"Mama lihat tadi ekspresi Baim. Dia langsung pucat gara-gara kita hakimi dia Mah," ucap Pak Widyanto dan langsung tertawa bersama sang Istri.