Chereads / SEBUAH KISAH / Chapter 15 - Chapter 15

Chapter 15 - Chapter 15

***

POV Madinah Almayra

Saat ini Mae sudah tiba di Terminal. Dari Terminal Mae harus menempuh perjalanan lagi kurang lebih 4 jam dengan kecepatan mobil rata-rata. Mae turun dari mobil yang ia tumpangi dari kampungnya ke mobil lain untuk mengantarkannya ke kosannya dekat Universitas Garuda.

"Terimakasih atuh Pak," ucap Mae dengan menyodorkan uang biaya transportasi dari kampung halaman ke Terminal yang ia tempati sekarang.

"Makasih Neng, hati-hati yah," jawab Pak Supir yang sudah menjadi langganan keluarga Pak Rahman.

Mae turun dari mobil dan berjalan sambil membawa tas ranselnya. Ditangannya juga ia menenteng tas yang berisikan pakaiannya lagi.

Suasana terik sinar matahari begitu terang sehingga memberikan efek yang cukup panas bagi orang-orang yang ada di terminal.

"Bukkkkk," suara tabrakan oleh Mae dengan seseorang yang membuat Mae terjatuh berserta barang-barang yang ia tenteng.

"Maaf Bu, Maaf," Ucap Mae kemudian bangun dari tempat dimana ia duduk tersungkur karena terjatuh.

Seorang Ibu itu adalah Ibu Megawati yang menjadi penyebab utama sehingga Mae terjatuh. Ibu Megawati berjalan demikian karena merasa kebingungan mencari-cari saudarinya sehingga ketika berjalan ia tak memperhatikan jalan dan orang lain di sekitarnya. Ibu Megawati benar-benar fokus mencari saudarinya itu.

"Enggak nak, Tante yang salah. Tante tidak hati-hati ketika berjalan," Jelas Ibu Megawati kepada Mae sembari menatap wajah Mae tiada henti karena kecantikan yang Mae miliki.

Mae kemudian membantu Ibu Megawati untuk bangkit dari tempat terjatuhnya juga. Mae mengulurkan tangannya dan Ibu Megawati kemudian menggapainya.

"Terimakasih banyak nak," Kata Ibu Megawati.

"Sama-sama Tante," jawab Mae kemudian berlalu dengan cepat karena mobil yang ia cari sudah dilihatnya.

***

POV Ibu Megawati Kusuma Wardani

"Hey nak tunggu, nama kamu siapa? " Teriak Ibu Megawati kepada Mae.

Sudah beberapa langkah Mae meninggalkan ibu Megawati, namun ia dapat mendengar teriakkan dari Ibu Megawati yang menanyakan namanya.

"Madinah Tante," Jawab Mae dengan teriak pula.

"Masyaa Allaah namanya Madinah, cantik sekali gadis itu. Sopan, cantik, berpakaian syar'i pula. Uhhh idaman aku bangetttt" ucap ibu Megawati dengan senyum karena merasa senang dengan Mae.

Berselang beberapa menit kemudian, Baim datang menghampiri ibunya karena telah memarkirkan mobilnya.

"Mama kenapa? Mama baik-baik aja kan?" tanya Baim pada ibu Megawati.

Mendengar pertanyaan oleh Baim, Ibu Megawati langsung menjelaskan kepada putra sulungnya bahwa ia baru saja bertemu dengan seorang bidadari.

"Im, tadi mama ketemu gadis cantik banget, sopan, pakaian syar'i pula. Pokoknya mama mau deh kalau dia menantu mama. Dia itu bagaikan bidadari turun dari kahyangan Im" jelas Ibu Megawati dengan penuh semangat kepada Baim.

"Semoga aja Baim yang jadi jodohnya Madinah, Aamiin," sambung Ibu Megawati.

Mendengar perkataan Ibunya, Baim senyum-senyum tak jelas dan memberi respon kenapa ibunya bisa mengetahui namanya.

"Jadi Mama sudah tahu namanya?" Tanya Baim.

"Jelas dong. Namanya Madinah," jawab Ibu Megawati.

"wah mama aku ini hebat bangettt sih." puji Baim kepada Ibunya.

Kini tak henti-hentinya Ibu Megawati memuji Madinah hingga Baim merasa bosan mendengarnya. Baim kemudian menggandeng tangan ibunya untuk mencari keberadaan Tante Ria saudari ibunya yang tiba dari kampung. Keduanya saling melemparkan pandangan ke sisi yang berbeda. Keduanya sangat kompak dan penuh semangat, apalagi pada Ibu Megawati tambah semangat setelah melakukan pandangan pertama pada gadis yang menurutnya sangat cantik.

Ibu Megawati dan Baim sudah berjalan cukup jauh dan mengelilingi terminal namun hasilnya nihil. Ibu Megawati juga menelpon saudarinya itu, tapi nomor tersebut sedang tidak aktif membuat Baim dan Ibu Megawati sulit menemukan keberadaannya. Baim akhirnya memutuskan untuk berpencar dengan ibunya agar dapat menemukan Tantenya dengan cepat.

"Bagaimana kalau kita berpencar saja mah, Mama ke arah sana dan Baim kearah kanan," jelas Baim dengan menunjukkan arah sebelah kiri untuk ibunya.

"Kalau mama sudah ketemu, kabarin Baim yah," sambungnya.

"Baim juga yah, kabarin mama kalau sudah ketemu Tante Ria," kata Ibu Megawati.

"Iya mah, hati-hati yah." Baim berjalan ke arah kanan dan tak henti-hentinya memperhatikan setiap orang yang ada di terminal.

Begitu pula dengan ibu Megawati, sesekali juga mengecek handphonenya dan menelpon kakaknya itu.

Baim terus mengedarkan pandangannya ke sisi lain sehingga membuat Baim menabrak seseorang yang tak lain adalah Madinah Almayra.

"Astagfirullah," ucap Mae secara spontan.

Dari tabrakan tersebut, membuat handphone yang dipegang oleh Baim terjatuh.

"Maaf Mas, Mae nggak sengaja" ucap Mae dengan perasaan bersalah karena ia merasa saat berjalan dengan sangat terburu-buru dan tidak memerhatikan jalan.

Mae segera mengambil handphone milik Baim kemudian diberikannya langsung.

"Aku yang minta maaf," ucap Baim dan mengulurkan tangannya ke Mae sembari mengambil handphonenya yang dijulurkan oleh Mae.

Melihat Baim mengulurkan tangannya, Mae hanya menangkupkan tangannya dan berkata "sekali lagi maaf mas."

Mae kemudian berjalan terburu-buru karena takut mobil yang akan ditumpanginya meninggalkannya.

"Masyaa Allaah, indah sekali ciptaan Tuhan," ucap Baim terpaku melihat sosok Madinah Almayra.

"Astagfirullah, apaapan gue ini. Tapi emang cantik sih, pasti kalah dengan perempuan yang ceritain mama tadi" dengan memukul jidatnya langsung dan merasa lucu sendiri.

Telpon Baim pun berdering dan panggilan dari sahabatnya sendiri yakni Angga dan Baim pun mengangkat telponnya. Di panggilan tersebut, Angga bertanya tentang keberadaan Baim karena tidak ada di kantor.

"Loe kemana sih, sekretaris loo yang paling cantik, manja,imut dan seksi nyariin loo tuh," jelas Angga dalam telepon dengan suara tawanya yang sangat terdengar jelas.

Mendengar perkataan Angga, Baim tertawa mendengar sahabatnya.

"Gue lagi di terminal nih. Anterin nyokap gue untuk jemput Kakaknya," jawab Baim.

Setelah obrolan ringan tersebut berakhir, Baim pun melanjutkan pencariannya namun baru melangkahkan kakinya, handphonenya lagi lagi berdering menandakan panggilan datang dari Ibunya.

"Iya mah," ucap Baim.

"Im mama sudah ketemu Tante Ria. Cepat kesini. Mama ada di Toko "Ole-ole Oke", cepat yah sayang mama tunggu.

Mendengar jawaban ibunya, Baim segera bergegas menemui ibunya ke tempat yang di maksud.

Tibalah Baim di Toko dimana ibunya berada. Baim pun yang melihat saudari ibunya yakni Tante Ria langsung ia Salami dan mengucapkan selamat datang.

"Tante kok nggak bisa dihubungi sih,?" Tanya Baim.

Mendengar pertanyaan Baim, Tante Ria menjelaskan mengapa ia tak bisa dihubungi karena ternyata handphonenya tertindih didalam tas dan tak menyadari bahwa handphone tersebut membuatnya tidak aktif.

Selesai menjelaskan Ibu Megawati, Baim dan Tante Ria meninggalkan tempat dan berjalan ke parkiran dimana Baim memarki mobilnya. Baim membawa beberapa tas milik Tantenya.

Tiba di parkiran Baim menghampiri mobilnya dan masukkan semua barang yang ia bawa sedari tadi. Ibu Megawati dan Ibu Ria juga ikut masuk ke mobil. Mereka pun meninggalkan terminal. Di Terminal tersebut Baim memiliki pengalaman yang membuatnya merasa bahagia begitu juga dengan ibu Megawati. Ia berdua bertemu dengan seorang gadis yang sama yakni Madinah Almayra.